Minggu, 10 Februari 2008

Membina Hubungan Orang Tua dengan Anak Sentuh dan Belailah Mereka

Pendidik dan guru pertama dan utama bagi anak sebenarnya bukan guru di sekolah, tetapi orang tua. Ahli ilmu jiwa anak dan tokoh-tokoh pendidikan anak sering mengatakan, bahwa salah satu hal yang perlu dilakukan oleh orang tua dalam usaha memberikan pendidikan yang baik kepada anak ialah membina hubungan emosional orang tua dan anak, yang perlu dilakukan sejak anak masih bayi. Salah satu manifestasinya berupa sentuhan, belaian, pelukan, ciuman dan berbicara dengan anak. Bila bertambah usia anak, komunikasi lisan pun bertambah penting. Dengarkanlah pendapat dan perasaan yang dikemukakan anak. Anak akan merasakan bahwa orang tua mempunyai perhatian terhadap dirinya, mencoba memahami dirinya, sehingga ia pun terlatih untuk mengutarakan perasaan dan pendapatnya. Maka penting bagi orang tua untuk melatih diri sendiri menjadi pendengar yang baik. Orang tua cenderung berbicara dengan anak dan mulai menayakan "mengapa" atau "kapan" . Atau cenderung berbicara dengan nada perintah, marah atau menggurui. Mengapa sayurnya tidak dimakan? Ayo kerjakan peernya sekarang! Kapan kamu belajar untuk mendengarkan nasehat mama? Dan adakalanya ayah baru berbicara kepada anaknya, menasehatinya panjang lebar bila si anak telah membuat suatu kesalahan.

Pertanyaan-pertanyaan seperti ini akan memojokkan si anak sehingga dia akan membela diri atau diam. Tetapi jika pertanyaan-pertanyaan itu dimulai dengan "Apa" atau "Bagaimana". Apa yang kamu kerjakan tadi ? Bagaimana disekolah tadi? Maka pertanyaan itu akan membuka anak untuk bercerita. Dan agar komunikasi orang tua anak dapat berlangsung dua arah, maka orang tua pun harus pula bisa mengeluarkan perasaannya. "Ibu senang nilaimu baik di sekolah". "Ayah bangga kepadamu."

Ada baiknya jika orang tua sengaja menyediakan waktu setiap hari bagi anak atau menciptakan suatu kebiasaan bersama anak, sehingga anak tahu bahwa ada waktu khusus di mana orang tuanya ada. Membina hubungan intim dengan anak memerlukan latihan dan seyogyanya dimulai sejak anak masih kecil. Hubungan menjadi sulit bila pembinaan baru dimulai pada waktu anak sudah besar atau sudah mulai remaja.

Dr. Matti Gershenfeld, seorang prikolog dari PhiladelhiaTemple University memberi rumus yang dapat menjadi pengangan bagi orang tua yang ingin meningkatkan kualitas hubungan orang tua anak. Ada empat faktor yang perlu diperhatikan yaitu:
· Secara fisik berdekatan dengan anak
· Adanya kontak mata
· Belaian
· Komunikasi lisan

Prinsipnya ialah suatu informasi akan lebih mudah ditangkap jika kita menerima informasi tersebut melalui lebih dari satu panca indera. Bukankah kasih sayang itu juga merupakan suatu informasi yang ingin kita sampaikan kepada anak?

Coba kita bandingkan dua sikap ini. Bila tiba waktu tidur, kalau ibu hanya berteriak, "Ayo tidur! "atau", Selamat malam!" dari jauh, maka kesempatan itu akan lewat tanpa bekas. Lain halnya kalau ibu menemani anaknya masuk ke kamar tidur, duduk disebelah anak mencium keningnya waktu mengucapkan, "Selamat tidur"! maka kegiatan si ibu merupakan tindakan menjalin hubungan intim dengan anak. Dr. Gershenfeld mengatakan jika orang tua membiasakan memasuki keempat faktor itu dalam kegiatan sehari-hari, anak pun akan lebih mudah menangkap dan merasakan kasih sayang orang tua. Bahwa setiap orang tua menyayangi anak-anaknya tidak bisa disangkal lagi. Tapi kasih sayang yang dipendam tidak ada gunanya. Kasih sayang itu perlu ditunjukkan secara sengaja kepada anak-anak, barulah si anak merasa disayang. Kalau hal ini dicapai, maka kontak batin orang tua dengan anak mudah dijalin.

Kehadiran orang tua bersama anak tidak menjamin terjadinya hubungan emosi yang baik antara orang tua-anak. Misalnya, seorang ibu mengangkat bayinya yang sedang menangis sambil menimang-nimang, mencium dan membujuk dengan kata-kata. Si bayi tersenyum, ibu pun tersenyum. Masing-masing saling menunjukkan perasaan senang. Maka terjadilah hubungan emosional. Tetapi jika pikiran ibu di tempat lain, perhatiannya hanya tertuju agar ia dapat secepatnya mengganti popok bayi, agar bayi diam dan ia dapat kembali secepatnya ke dapur untuk menyelesaikan masakannya, maka kualitas hubungan yang terjadi antara ibu dan anak itu dinilai buruk.

Di ambil dari Majalah Kemala Bhayangkari

Tidak ada komentar:


KELUARGAKU - HARAPANKU

KELUARGAKU - HARAPANKU