Selasa, 06 Mei 2008

Konsep Kebahagiaan dalam Islam

Konsep Kebahagiaan dalam Islam
Oleh: Ustadz Abdul Latief

Kondisi senantiasa bahagia dalam situasi apa pun, inilah. yang senantiasa dikejar oleh manusia. Manusia ingin hidup bahagia. Hidup tenang, tenteram, damai, dan sejahtera. Sebagian orang mengejar kebahagiaan dengan bekerja keras untuk menghimpun harta. Dia menyangka bahwa pada harta yang berlimpah itu terdapat kebahagaiaan. Ada yang mengejar kebahagiaan pada tahta, pada kekuasaan. Beragam cara dia lakukan untuk merebut kekuasaan. Sehab menurtnya kekuasaan identik dengan kebahagiaan dan kenikmatan dalam kehidupan. Dengan kekuasaan sesrorang dapat berbuat banyak. Orang sakit menyangka, bahagia terletak pada kesehatan. Orang miskin menyangka, bahagia terletak pada harta kekayaan. Rakyat jelata menyangka kebahagiaan terletak pada kekuasaan. Dan sangkaan-sangkaan lain.

Lantas apakah yang disebut"bahagia' (sa'adah/happiness) ?
Selama ribuan tahun, para pemikir telah sibuk membincangkan tentang kebahagiaan. Kebahagiaan adalah sesuatu yang ada di luar manusia, dan bersitat kondisional. Kebahagiaan bersifat sangat temporal. Jika dia sedang berjaya, maka di situ ada kebahagiaan. Jika sedang jatuh, maka hilanglah kebahagiaan. Maka. menurut pandangan ini tidak ada kebahagiaan yang abadi dalam jiwa manusia. Kebahagiaan itu sifatnya sesaat, tergantung kondisi eksternal manusia. Inilah gambaran kondisi kejiwaan masyarakat Barat sebagai: "Mereka senantiasa dalam keadaan mencari dan mengejar kebahagiaan, tanpa merasa puas dan menetap dalam suatu keadaan.
Islam menyatakan bahwa "Kesejahteraan' dan "kebahagiaan" itu bukan merujuk kepada sifat badani dan jasmani insan, bukan kepada diri hayawani sifat basyari; dan bukan pula dia suatu keadaan hayali insan yang hanva dapat dinikmati dalam alam fikiran belaka. Keselahteraan dan kebahagiaan itu merujuk kepada keyakinan diri akan hakikat terakhir yang mutlak yang dicari-cari itu — yakni: keyakinan akan Hak Ta'ala — dan penuaian amalan yang dikerjakan oleh diri berdasarkan keyakinan itu dan menuruti titah batinnya.' Jadi, kebahagiaan adalah kondisi hati yang dipenuhi dengan keyakinan (iman) dan berperilaku sesuai dengan keyakinannya itu. Bilal bin Rabah merasa bahagia dapat mempertahankan keimanannya meskipun dalam kondisi disiksa. Imam Abu Hanifah merasa bahagia meskipun harus dijebloskan ke penjara dan dicambuk setiap hari, karena menolak diangkat menjadi hakim negara. Para sahabat nabi, rela meninggalkan kampung halamannya demi mempertahankan iman. Mereka bahagia. Hidup dengan keyakinan dan menjalankan keyakinan.

Dan apa saja yang diberikan kepada kamu, maka itu adalah kenikmatan hidup duniawi dan perhiasannva. Sedang apa yang di sisi Allah adalah lebih baik dan lebih kekal. Apakah kamu tidak memahaminya? Menurut al-Ghazali, puncak kebahagiaan pada manusia adalah jika dia
berhasil mencapai ma'rifatullah" , telah mengenal Allah SWT. Selanjutnya, al-Ghazali menyatakan: "Ketahuilah bahagia tiap-tiap sesuatu bila kita rasakan nikmat, kesenangan dan kelezatannya mara rasa itu ialah menurut perasaan masing-masing. Maka kelezatan (mata) ialah melihat rupa yang indah, kenikmatan telinga mendengar suara yang merdu, demikian pula segala anggota yang lain dan tubuh manusia. Ada pun kelezatan hati ialah ma'rifat kepada Allah, karena hati dijadikan tidak lain untuk mengingat Tuhan. Seorang rakyat jelata akan sangat gembira kalau dia dapat herkenalan dengan seorang pajabat tinggi atau menteri; kegembiraan itu naik berlipat-ganda kalau dia dapat berkenalan yang lebih tinggi lagi misalnya raja atau presiden. Maka tentu saja berkenalan dengan Allah, adalah puncak dari segala macam kegembiraan. Lebih dari apa yang dapat dibayangkan oleh manusia, sebab tidak ada yang lebih tinggi dari kemuliaan Allah. Dan oleh sebab itu tidak ada ma'rifat yang lebih lezat daripada ma'rifatullah.
Ma'rifalullah adalah buah dari ilmu. Ilmu yang mampu mengantarkan manusia kepada keyakinan. bahwa tiada Tuhan selain Allah" (Laa ilaaha illallah). Untuk itulah, untuk dapat meraih kebahagiaan yang abadi, manusia wajib mengenal Allah. Caranya, dengan mengenal ayat-ayat-Nya, baik ayat kauniyah maupun ayat qauliyah. Banyak sekali ayat-ayat al-Quran yang memerintahkan manusia memperhatikan dan memikirkan tentang fenomana alam semesta, termasuk memikirkan dirinya sendiri. Disamping ayat-ayat kauniyah. Allah SWT juga menurunkan ayat-ayat qauliyah, berupa wahyu verbal kepada utusan-Nya yang terakhir, yaitu Nabi Muhammad saw. Karena itu, dalam QS Ali Imran 18-19, disebutkan, bahwa orang-orang yang berilmu adalah orang-orang yang bersaksi bahwa "Tiada tuhan selain Allah", dan bersakssi bahwa "Sesungguhnya ad-Din dalam pandangan Allah SWT adalah Islam." Inilah yang disebut ilmu yang mengantarkan kepada peradaban dan kebahagiaan. Setiap lembaga pendidikan. khususnya lembaga pendidikan Islam. harus mampu mengantarkan sivitas akademika-nya menuju kepada tangga kebahagiaan yang hakiki dan abadi. Kebahagiaan yang sejati adalah yang terkait antara dunia dan akhirat.
Kriteria inilah yang harusnya dijadikan indikator utama, apakah suatu program pendidikan (ta'dib) berhasil atau tidak. Keberhasilan pendidikan dalam Islam bukan diukur dari berapa mahalnya uang hayaran sekolah; berapa banyak yang diterima di Perguruan Tinggi Negeri dan
sebagainya. Tetapi apakah pendidikan itu mampu melahirkan manusia-manusia yang beradab yang mengenal Tuhannya dan beribadah kepada Penciptanya. Manusia-manusia yang berilmu seperti inilah yang hidupnya hahagia dalam keimanan dan keyakinan: yang hidupnya tidak terombang-ambing oleh keadaan. Dalam kondisi apa pun hidupnya bahagia, karena dia mengenal Allah, ridha dengan keputusanNya dan berusaha menyelaraskan hidupnya dengan segala macam peraturan Allah yang diturunkan melalui utusan-Nya.
Karena itu kita paham, betapa berbahayanya paham relativisme kebenaran yang ditaburkan oleh kaum liberal. Sebab, paham ini menggerus keyakinan seseorang akan kebenaran. Keyakinan dan iman adalah harta yang sangat mahal dalam hidup. Dengan keyakinan itulah, kata Igbal, seorang Ibrahim a.s. rela menceburkan dirinya ke dalam api. Penyair besar Pakistan ini lalu bertutur hilangnya keyakinan dalam diri seseorang. lebih buruk dari suatu perbudakan. Sebagai orang Muslim, kita tentu mendambakan hidup bahagia semacarn itu; hidup dalam keyakinan: mulai dengan mengenal Allah dan ridha, menerima keputusan-keputusan -Nva, serta ikhlas menjalankan aturan-aturan- Nya. Kita mendambakan diri kita merasa bahagia dalam menjalankan shalat, kita bahagia menunaikan zakat, kita bahagia bersedekah, kita bahagia menolong orang lain, dan kita pun bahagia menjalankan tugas amar ma'ruf nahi munkar. Dalam kondisi apa pun. maka "senangkanlah hatimu!" Jangan pernah bersedih. "Kalau engkau kaya. senangkanlah hatimu! Karena di hadapanmu terbentang kesempatan untuk mengerjakan yang sulit-sulit melalui hartamu. "Dan jika engkau fakir miskin, senangkan pulalah hatimu! Karena engkau telah terlepas dari suatu penyakit jiwa, penyakit kesombongan yang sering menimpa orang-orang kaya. Senangkanlah hatimu karena tak ada orang yang akan hasad dan dengki kepadamu lagi, lantaran kemiskinanmu. .."
"Kalau engkau dilupakan orang, kurang masyhur, senangkan pulalah hatimu! Karena lidah tidak banyak yang mencelamu, mulut tak banyak mencacimu... " Mudah-mudahan. Allah mengaruniai kita ilmu yang mengantarkan kita pada sebuah keyakinan dan kebahagiaan abadi, dunia dan akhirat. Amin.

Sumber : www.PesantrenVirtual.com

Minggu, 10 Februari 2008

Membina Hubungan Orang Tua dengan Anak Sentuh dan Belailah Mereka

Pendidik dan guru pertama dan utama bagi anak sebenarnya bukan guru di sekolah, tetapi orang tua. Ahli ilmu jiwa anak dan tokoh-tokoh pendidikan anak sering mengatakan, bahwa salah satu hal yang perlu dilakukan oleh orang tua dalam usaha memberikan pendidikan yang baik kepada anak ialah membina hubungan emosional orang tua dan anak, yang perlu dilakukan sejak anak masih bayi. Salah satu manifestasinya berupa sentuhan, belaian, pelukan, ciuman dan berbicara dengan anak. Bila bertambah usia anak, komunikasi lisan pun bertambah penting. Dengarkanlah pendapat dan perasaan yang dikemukakan anak. Anak akan merasakan bahwa orang tua mempunyai perhatian terhadap dirinya, mencoba memahami dirinya, sehingga ia pun terlatih untuk mengutarakan perasaan dan pendapatnya. Maka penting bagi orang tua untuk melatih diri sendiri menjadi pendengar yang baik. Orang tua cenderung berbicara dengan anak dan mulai menayakan "mengapa" atau "kapan" . Atau cenderung berbicara dengan nada perintah, marah atau menggurui. Mengapa sayurnya tidak dimakan? Ayo kerjakan peernya sekarang! Kapan kamu belajar untuk mendengarkan nasehat mama? Dan adakalanya ayah baru berbicara kepada anaknya, menasehatinya panjang lebar bila si anak telah membuat suatu kesalahan.

Pertanyaan-pertanyaan seperti ini akan memojokkan si anak sehingga dia akan membela diri atau diam. Tetapi jika pertanyaan-pertanyaan itu dimulai dengan "Apa" atau "Bagaimana". Apa yang kamu kerjakan tadi ? Bagaimana disekolah tadi? Maka pertanyaan itu akan membuka anak untuk bercerita. Dan agar komunikasi orang tua anak dapat berlangsung dua arah, maka orang tua pun harus pula bisa mengeluarkan perasaannya. "Ibu senang nilaimu baik di sekolah". "Ayah bangga kepadamu."

Ada baiknya jika orang tua sengaja menyediakan waktu setiap hari bagi anak atau menciptakan suatu kebiasaan bersama anak, sehingga anak tahu bahwa ada waktu khusus di mana orang tuanya ada. Membina hubungan intim dengan anak memerlukan latihan dan seyogyanya dimulai sejak anak masih kecil. Hubungan menjadi sulit bila pembinaan baru dimulai pada waktu anak sudah besar atau sudah mulai remaja.

Dr. Matti Gershenfeld, seorang prikolog dari PhiladelhiaTemple University memberi rumus yang dapat menjadi pengangan bagi orang tua yang ingin meningkatkan kualitas hubungan orang tua anak. Ada empat faktor yang perlu diperhatikan yaitu:
· Secara fisik berdekatan dengan anak
· Adanya kontak mata
· Belaian
· Komunikasi lisan

Prinsipnya ialah suatu informasi akan lebih mudah ditangkap jika kita menerima informasi tersebut melalui lebih dari satu panca indera. Bukankah kasih sayang itu juga merupakan suatu informasi yang ingin kita sampaikan kepada anak?

Coba kita bandingkan dua sikap ini. Bila tiba waktu tidur, kalau ibu hanya berteriak, "Ayo tidur! "atau", Selamat malam!" dari jauh, maka kesempatan itu akan lewat tanpa bekas. Lain halnya kalau ibu menemani anaknya masuk ke kamar tidur, duduk disebelah anak mencium keningnya waktu mengucapkan, "Selamat tidur"! maka kegiatan si ibu merupakan tindakan menjalin hubungan intim dengan anak. Dr. Gershenfeld mengatakan jika orang tua membiasakan memasuki keempat faktor itu dalam kegiatan sehari-hari, anak pun akan lebih mudah menangkap dan merasakan kasih sayang orang tua. Bahwa setiap orang tua menyayangi anak-anaknya tidak bisa disangkal lagi. Tapi kasih sayang yang dipendam tidak ada gunanya. Kasih sayang itu perlu ditunjukkan secara sengaja kepada anak-anak, barulah si anak merasa disayang. Kalau hal ini dicapai, maka kontak batin orang tua dengan anak mudah dijalin.

Kehadiran orang tua bersama anak tidak menjamin terjadinya hubungan emosi yang baik antara orang tua-anak. Misalnya, seorang ibu mengangkat bayinya yang sedang menangis sambil menimang-nimang, mencium dan membujuk dengan kata-kata. Si bayi tersenyum, ibu pun tersenyum. Masing-masing saling menunjukkan perasaan senang. Maka terjadilah hubungan emosional. Tetapi jika pikiran ibu di tempat lain, perhatiannya hanya tertuju agar ia dapat secepatnya mengganti popok bayi, agar bayi diam dan ia dapat kembali secepatnya ke dapur untuk menyelesaikan masakannya, maka kualitas hubungan yang terjadi antara ibu dan anak itu dinilai buruk.

Di ambil dari Majalah Kemala Bhayangkari

Bangun Keluarga Dengan Cinta

Segala puji hanyalah milik Allah yang tiada pernah lelah sesaaatpun untuk
mengurus dan mengawasi setiap detik langkah kita, shalawat dan salam semoga
senantiasa Allah curahkan kepada Rasulullah Muhammad saw, keluarga sahabat dan
seluruh ummatnya yang senantiasa setia melaksanakan sunnahnya hingga akhir
zaman.

Barang siapa yang telah Allah berikan hidayah maka seorangpun tidak akan ada
yang mampu untuk menyesatkannya dan barang siapa yang telah sesat maka tidak
akan ada yang sanggup untuk memberi petunjuk kecuali atas izin dan pertolongan
Allah.

“Wahai orang-orang yang beriman bertaqwalah kalian kepada Allah dengan
sebenar-benar taqwa kepadaNya, dan janganlah sekali-kali kalian mati kecuali
dalam keadaan muslim” (ali-imran : 102)

Andai didunia ini tidak ada cinta maka hidup akan terasa gersang dan tidak ada
dinamika. Dengan cinta, sesuatu yang sulit akan terasa mudah dan dengan cinta
pula sesuatu yang rumit akan menjadi sederhana dan sesuatu yang jauh akan
terasa dekat. Sehingga marilah kita jadikanlah cinta sebagai energi dalam
setiap detik kehidupan kita.

Kata cinta dalam Al-qur’an disebut dengan 3 istilah :

Rahmah à merupakan cinta yang unlimited dari Allah kepada mahluknya atau
supremasi cinta unlimited dari Allah kepada mahluknya, sehingga dari kata
rahman ini lahir kata ramhan dan rahim yang artinya Maha Pengasih dan Maha
Penyayang.
Mawaddah à cinta unlimited dari manusia kepada manusia (cinta orang tua
kepada anaknya). Dikisahkan bahwa dalam suatu kali haji, ketka Rasul tengah
berthawaf beliau melihat seorang anak muda yang punggunggnya melepuh atau
mengelupas, ketika selesai thawaf rasul mendekati pemuda ini kemudia ditanya
‘waha anakku, apakah yang terjadi dengan pundakmu’ anak muda ini kemudian
menjawab ‘ wahai Rasulullah sesungguhnya pundakku ini adalah dikarenakan aku
menggendong ibuku dari yaman ke makkah tanpa pernah berhenti kecuali ibuku
ingin makan, minum, shalat, mandi dan ke kamar mandi. Ya Rasul, apakah apa yang
telah aku lakukan ini akan dicatat oleh Allah ahwa aku ini sebagai anak yang
berbakti pada orang tua..?’ Rasulullah kemudian memeluk anak muda ini sambil
berkata ‘ wahai anakku, sesungguhnya engkau telah termasuk sebagai anak yang
telah berbakti dan Allah telah ridha kepadamu. Namun ketahuilah wahai anakku,
bahwa sesungguhnya cinta ibumu tidak akan pernah dapat kamu balas’. Dari kisah
ini dapat dilihat bahwa ada cinta yang unlimited dari manusi kepada manusia,
yaitu cinta orang tua kepada anaknya.
Mahabbah à Cinta yang terbatas (mahabbah disini hanya dari sisi kontekstual
bahasa perkata, tidak dihubungkan dengan Mahbbatullah atau Mahabbaturrasul)



Yang harus dibangun adalah bagimana membangun cinta mawaddah dan warahmah
seperti dalam al-qur’an yang Allah firmankan untuk kehidupan berumah tangga.
Rasul diutus adalah untuk membagikan dan mengajarkan cinta kasih kepada seluruh
alam.

Bia anak dibesarkan dengan emosi dia belajar berkelahi, bila anak dibesarkan
dengan caci maki dia belajar rendah diri, bila anak dibesarkan dengan motivasi
dia belajar percaya diri dan bila anak dibesarkan dengan cinta kasih dia
belajar menemukan cinta kasih, sehingga cinta harus diajarkan seumur hidup.



Terakhir bahwa cinta ini memiliki 2 model :

Cinta karena
Cinta walaupun



Cinta karena itu adalah cinta yang selalu menuntut seperti seseorang mencintai
seseorang karena kecantikannya atau karena hartanya, dan bila sudah habis
hartanya atau sudah tidak cantik atau ganteng lagi cintanya berhenti.

Cinta walaupun adalah cinta sejati yang tidak mengenal waktu dan keadaan, cinta
yang selalu siap untuk berkorban demi yang dicintainya.



Untuk itu marilah kita hiasi rumah tangga kita untuk mendapatkan cinta yang
mawaddah warahmah yaitu rumah tangga yang kita bingkai dengan ketaatan dan
cinta pada Allah.

Semoga bermanfaat, yang benar itu datangnya dari Allah .

Ihdinasyiraathalmustaqiim

Wassalaamu'alaikum

Berderma Dan Merajut Cinta Kasih

Berderma dan Merajut Cinta Kasih

  • Oleh: Azyumardi Azra



"Yang berperi cinta kasih itu mencintai sesama manusia; yang berkesusilaan itu menghormati sesama manusia. Yang mencintai sesama manusia, niscaya akan selalu dicintai orang. Yang menghormati manusia, akan selalu dihormati orang" (Kitab Bingcu V A:7/5).

ENAM hari lalu, masyarakat China, khususnya yang beragama Kong Hu Chu, merayakan Tahun Baru Imlek 2558 (Minggu 18 Februari 2007). Sebulan sebelumnya, umat Islam juga memperingati Tahun Baru Hijriyah 1428 (Sabtu 20 Januari 2007), dan dua pekan ke belakang umat Kristiani khususnya juga merayakan Tahun Baru Masehi 1 Januari 2007. Kedekatan atau nyaris terjadinya pertemuan tahun baru itu; Tahun Masehi, Tahun Hijri, dan Tahun Imlek, merupakan peristiwa biasa yang berubah berdasarkan hukum alam Sang Maha Pencipta.

Hampir bertemunya awal tahun ketiga jenis kalender ini juga dapat memiliki maknanya tersendiri bagi umat beragama di Indonesia. Di tengah peringatan awal tahun yang berbeda itu, bangsa Indonesia terus-menerus dilanda berbagai musibah dan ujian, yang akhir-akhir ini semakin berat tantangan dan cobaannya. Mulai dari hilangnya pesawat terbang di udara, tenggelamnya kapal di laut, hingga longsor, banjir, gempa, angin puting beliung, kecelakan kereta api, dan berbagai konflik di darat yang menimpa sebagian masyarakat Indonesia.

Berbagai peristiwa mengharukan dan menyedihkan itu mengajarkan kita untuk bersabar, saling berbagi, berbuat kebaikan, dan saling cinta kasih antarsesama manusia. Datangnya ketiga tahun baru itu seharusnya memperkuat solidaritas antarumat beragama di masa-masa kini dan mendatang. Sepatutnyalah kita tidak terlalu asyik-mansyuk dengan diri sendiri atau kelompok sendiri di tahun baru ini, tanpa memiliki rasa empati, prihati, dan ketidakpedulian terhadap sesama manusia, serta menutup matahatiókhususnya bagi mereka yang tertimpa musibah.

Ikhtiar dan Doa

Dalam hari-hari tahun baru ini, sebagai manusia Indonesia yang beriman dan percaya kepada Tuhan YME, kita sangat dianjurkan memperbanyak ikhtiar dan doa. Berikhtiar agar kita dapat melakukan yang maksimal dan terbaik untuk menghindari jatuhnya demikian banyak korban di masa depan; dan senantiasa berdoa agar kita semua diberi kekuatan iman menghadapi segala ujian dan cobaan; dan agar kita dilindungi-Nya dalam perjalanan hidup kita hari ini dan esok.

Karena itu, sangatlah tepat jika dalam peringatan tahun baru ini kita meneguhkan diri untuk selalu menebar cinta kasih, kebajikan, dan kebaikan atau perbuatan baik. Berbuat kebaikan sangat dianjurkan setiap agama; termasuk Kristen, Islam, dan Kong Hu Chu. Salah satu kebaikan atau perbuatan baik yang sangat relevan dengan persoalan yang kita hadapi sekarang adalah melakukan "derma" kepada saudara-saudara kita yang mengalami musibah. Kita mendermakan harta yang dicintai kepada orang-orang yang membutuhkan.

Mendermakan hartaósekalipun mungkin hanya sebagian kecil dari yang kita milikiótidak selalu mudah. Apalagi jika harta yang dimiliki itu diperoleh secara halal dengan usaha-usaha yang tidak mudah dan bersusah payah. Namun, di sinilah letak kunci prinsip ajaran agama bahwa harta yang kita miliki itu adalah "ujian"; ujian apakah kita akan dikuasai dan diperbudak oleh harta itu, atau sebaliknya, kita sang pemilik justru yang mengendalikan harta itu, sehingga mendatangkan manfaat yang maksimal baik bagi diri, masyarakat, dan agama.

Kemampuan mengendalikan harta dan, sebaliknya, tidak dikuasai harta atau bahkan apa saja yang dicintai seseorang dalam kehidupannya merupakan salah satu dari perintah agama. Kewajiban melaksanakan "derma" tidak lain dimaksudkan sebagai sebuah ungkapan rasa syukur terhadap berbagai nikmat yang telah diberikan Tuhan kepada kita sebagai hambaNya yang beriman.

Di dalam Islam, perintah "berderma" bisa dalam bentuk "berinfak, bersedekah, berzakat, dan berkurban". Dengan berderma, kita dapat mengasah diri sendiri untuk selalu peka dan peduli terhadap sesama manusia. Di dalam Islam, ketidakpekaan dan ketidakpedulian terhadap orang lain, khususnya kepada anak yatim, fakir miskin, dan kaum dhuafa, dikategorikan sebagai pendusta agama (QS al-Ma'un/107: 1-7).

Setidaknya ada tiga hal penting yang bisa kita petik dari ayat QS al-Ma'unn/107: 1-7 tersebut. Pertama, bahwa sebagai orang yang beriman, kita diperintahkan berderma sebagai wujud syukur. Kedua, bahwa kita tidak boleh memilih-milih sesuatu yang kita dermakan kepada orang yang berhak menerima dengan hal yang buruk-buruk saja, sedangkan yang baik-baik untuk diri sendiri. Dan ketiga, firman Allah ini menjadi peringatan bagi kita, bahwa kita adalah makhluk Allah yang tidak memiliki apa-apa, sedangkan Allah itu Mahakaya.

Memulai tahun baru ini, sepatutnyalah kita bertekad untuk mengasah terus-menerus sikap peka dan peduli kepada sesama umat manusia, yaitu sekali lagi, dengan berderma. Sikap terpuji ini diharapkan bisa memperbaiki dan mampu membangun puing-puing musibah yang terus-menerus menimpa sebagian masyarakat kita.

Dengan berderma, insya Allah kita dapat meningkatkan sense of crisis pada diri kita; menumbuhkan kepekaan dan kepedulian, bahwa musibah yang menimpa bangsa Indonesia ini hanya bisa diselesaikan dengan membangun kesabaran, ketekunan, kesungguhan, cinta kasih, dan kerjasama yang solid di antara kita bersama.

Ketidakpekaan dan ketidakpedulian orang-orang berpunya terhadap sesama saudara yang ditimpa musibah tidak mencerminkan keimanan, kesabaran, solidaritas, pengendalian diri, dan cinta kasih. Orang-orang berada (aghniya) hendaknya tersentuh matahatinya, bahwa keberadaan dan eksistensi mereka tidak tercipta tanpa adanya warga lain dalam masyarakat. Mereka yang kaya tidak akan bisa hidup tanpa orang-orang miskin dan lemah. Jadi, tidak benar jika "posisi berada dan berdaya secara sosial, politik dan ekonomi" yang mereka raih dengan bantuan dari warga yang lain itu disombongkan justru kepada saudaranya yang menderita dan didera berbagai kesusahan dan kesulitan hidup.

Implikasi Kemiskinan

Sekali lagi, salah satu bentuk perbuatan baik atau kebaikan adalah mendermakan harta yang kita miliki. Kebutuhan untuk merealisasikan perbuatan baik (berderma) yang menghasilkan solidaritas sosial itu jelas terasa sangat mendesak di tanah air kita dalam hari-hari awal tahun ini. Di tengah berbagai musibah yang terjadi akhir-akhir ini, masyarakat kita di berbagai daerah juga dihadapkan kepada semakin melambungnya harga kebutuhan hidup; misalnya harga beras yang semakin tidak terkendali. Keadaan yang serba sulit itu semakin menambah jumlah masyarakat miskin.

Kemiskinan yang menimpa masyarakat kita berimplikasi pada meningkatnya jumlah anak-anak yang kekurangan makanan dan gizi, sehingga menderita berbagai penyakit, seperti busung lapar.

Jika krisis seperti ini terus berlanjut, maka akan terciptalah apa yang disebut orang sebagai "the lost generation", generasi yang hilang. Lebih jauh lagi, jika masalah ini tidak mendapat perhatian yang memadai dan gagal diatasi secara komprehensif, maka ia barangkali dapat mempengaruhi masa depan kita, yang selama ini dikenal sebagai daerah yang menghasilkan putra-putri dan generasi terbaik yang pada gilirannya memberikan sumbangan penting bagi bangsa dan negara.

Mengantisipasi dan mengatasi masalah ini mungkin tidak cukup dengan berkeluh kesah. Umat beragama, baik umat Kristen, Islam, dan Kong Hu Chu, yang telah dan kini memasuki pintu gerbang tahun baru seharusnya semakin memiliki kepedulian dan kepekaan dengan mendermakan harta kita kepada masyarakat yang memerlukannya.

Semoga Tahun Baru Masehi 2007, Tahun Baru Hijri 1428, dan Tahun Baru Imlek 2558 menjadi momentum baik untuk merajut atau merekatkan kembali tali cinta kasih sesama manusia, seperti disebut dalam Kitab Bingcu V A:7/5, yang dikutip pada awal tulisan ini. Wallahu a`lam bish shawab. (64)

- Prof Dr Azyumardi Azra, guru besar dan direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

Doa Perlindungan dari Sihir dan Guna-guna

Rasulullah saw bersabda: “Jika Anda takut terhadap ganguan setan dan
sihir, maka bacalah ayat berikut:

اِنَّ رَبَّكُمُ اللهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضَ فِي
سِتَّةِ اَيَّامٍ، ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ، يُغْشِي اللَّيْلَ
النَّهَارَ يَطْلُبُهُ حَثِيْثًا، وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُوْمَ
مُسَخَّرَاتٍ بِأَمْرِهِ، اَلاَ لَهُ الْخَلْقُ وَاْلأَمْرُ، تَبَارَكَ
اللهُ رَبُّ الْعَالَمِيْنَ. اُدْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً
اِنَّهُ لاَيُحِبُّ الْمُعْتَدِيْنَ، وَلاَ تُفْسِدُوا فِي اْلأَرْضِ
بَعْدَ اِصْلاَحِهَا، وَادْعُوْهُ خَوْفًا وَطَمَعًا اِنَّ رَحْمَةَ
اللهِ قَرِيْبٌ مِنَ الْمُحْسِنِيْنَ.
Inna Rabbukumullâhul ladzî khalaqas samâwâti wal ardha fî sittati
ayyâm, tsummastawâ `alal `arsyi, yughsyil laylan nahâra yathlubuhu

hatsîtsâ, wasy syamsa wal qamara wan nujûma musakhkharâtin/m

biramrihi, alâ lahul khalqu wal amru, tabârakallâhu Rabbul `âlamîn.
Ud`û Rabbakum tadharru`an wa khufyatan innahu lâ yuhibbul mu`tadîn.
Walâ tufsidû fil ardhi ba`da ishlâhihâ, wad`uhu khawfan wa thama`an
inna rahmatallâhi qarîbin/m minal muhsinîn. (Al-A`raf: 54-56)
(Kitab Mujarrabat Imamiyah)

Amalan Praktis, bermacam2 shalat sunnah dan doa-doa pilihan, dan
artikel2 Islami klik di sini:

Kiat-2 Menjalin dan Menumbuhkan Cinta dengan Rahasia Ayat Kursi

Tidak jarang cinta kasih dan mawaddah memudar di antara pasangan suami-isteri. Ada kala penyebabnya isteri dan ada kala penyebabnya suami. Da tidak jarang juga disebabkan oleh pihak ketiga, orang luar. Padahal pasangan suami-isteri diikat dengan pernikahan sebagai perjanjian Ilahiyah yang di dalam Al-Qur’an disebutkan “Mitsaqan ghalizha”, perjanjian yang berat dan besar, seperti perjanjian kenabian. Runtuhnya ikatan pernikahan dan pasangan suami-isteri dapat menggoncangkan Arasy Allah swt. Ini menunjukkan betapa besar dan pentingnya ikatan cinta dan kasih sayang antara suami-isteri. Lalu bagaimana bila mulai memudar rasa cinta di antara keduanya?

Adakah kiat-kiat untuk mengembalikan keutuhan di antara mereka? Dapatkah mereka mengembalikan cinta seperti malam pertama yang pernah mereka rasakan? Paling tidak, mereka dapatkah mengembalikan dan menumbuhkan rasa cinta yang menggereget di antara suami-isteri? Apa kiat-kiatnya? Dapat doa dijadikan wasilah untuk menumbuhkan rasa cinta? Saya katakana bisa. Karena doa merupakan aktivitas psikologis dan ruhani, dapat menstabilkan kondisi psikologis yang sedang kacau, dan dapat mendatang sesuatu yang menghilang dari hati yaitu rasa cinta. Tentu bergantung pada muatan dan nilai-nilai yang terkandung di dalam doa, disamping keyakinan yang kuat.

Tidak sedikit muatan dan nilai-nilai yang terkandung paling dalam di dalam doa tidak tertangkap oleh pikiran manusia, kecuali oleh orang-orang suci. Kita hanya dapat menangkap rahasia dan khasiatnya setelah membuktikan dan merasakannya. Seperti doa yang akan saya sebutkan ini. Doa ini dikenal dengan doa Mahabbah, doa untuk menumbuhkan rasa cinta. Rahasia dan khasiatnya diajarkan oleh Imam Ali bin Abi Thalib (sa), yakni tentang di antara rahasia yang terkandung di dalam Ayat Kursi. Rahasia ayat Kursi ini dikutip dari kitab Mujarrbat Imamiyah.

Kitab Mujarrabat Imamiyah adalah kitab kumpulan Amalan praktis dan doa-doa pilihan serta rumus2 perhitungan, yang bersumber dari Ahlul bait Nabi saw dan keturunannya. Telah banyak dipraktekkan oleh kaum muslimin, tentu dengan penuh keyakinan dan dengan izin Allah swt, mereka banyak yang berhasil.

Kemudian bolehkan rahasia Ayat kursi ini digunakan pada yang bukan pasangan suami-isteri? Misalnya calon pasangan suami-isteri, atau belum resmi menjadi calon masih akan menjadi calon. Jawabannya berikut cara memanfaatkan rahasia Ayat Kursi untuk menumbuhkan rasa cinta, kunjungi:


Tak Sulit Mewujudkan Cinta Kasih

Tak Sulit Mewujudkan Cinta Kasih Kita ke dalam Tindakan Nyata - 01 Agustus 2006 - 06:02 (Diposting oleh: Editor)

“Kami tidak menyia-nyiakan waktu, walaupun satu menit saja, karena kami berharap apa yang kami lakukan bisa bertahan selamanya.
Yang terpenting adalah mengatasi segala hal yang ada saat ini sebaik mungkin dan berhati-hati dengan apa yang sedang berlangsung saat ini.”

Cheng Yen, pendiri Tzu Chi,
yayasan kemanusiaan yang berpusat di Hualien- Taiwan

Bagaimana mewujudkan kasih sayang dan cinta kita ke dalam suatu tindakan yang berarti bagi sesama yang sedang menderita atau sedang dilanda kesusahan? Yang jelas hal itu membutuhkan kekuatan besar. Dikatakan bahwa kekuatan terbesar di dunia ini adalah kekuatan untuk memberikan sesuatu kepada orang lain dengan ikhlas, entah dalam bentuk materi, waktu, motivasi atau tenaga.

Wanita yang dianggap sebagai mahluk tidak berdaya ternyata banyak berkiprah dalam misi kemanusiaan. Beberapa diantara mereka adalah Bunda Teresa atau Master Cheng Yen. Kedua wanita tersebut telah melakukan ribuan aktifitas dalam misi kemanusiaan yang menyentuh hati ribuan manusia di seluruh penjuru dunia. Ada baiknya kita belajar dari kedua wanita tersebut tentang bagaimana membuka hati sesering mungkin dan menghiasinya dengan cahaya cinta serta menemukan jati diri kita.

Teresa menegaskan bahwa yang terpenting untuk menolong orang yang sedang tertimpa kemalangan adalah segera melakukan tindakan nyata. Cheng Yen mengungkapkan hal senada ketika diwawancarai di Hualien – Taiwan. “Masyarakat harus aktif ambil bagian untuk memberikan pertolongan kepada orang-orang yang membutuhkan. Di rumah sakit yang mengharuskan pasien membayar biaya administrasi terlebih dahulu sebelum mendapatkan pertolongan akan menghabiskan banyak waktu yang sangat berharga untuk memberikan pertolongan pertama,” katanya.

Semakin cepat memberikan bantuan, semakin baik. Teresa mencontohkan sebuah kelaparan yang pada saat itu sedang melanda penduduk di India. Diadakanlah konferensi di kota Bombai untuk membahas langkah-langkah penanggulangan kelaparan tersebut hingga 15 tahun ke depan. Teresa dijadwalkan hadir sebagai undangan istimewa. Tetapi wanita tersebut tersesat sehingga terlambat hadir.

Dengan tergopoh-gopoh Teresa datang ke komplek gedung konferensi tersebut. Tetapi sesaat sebelum memasuki gedung, Teresa melihat seseorang yang sedang sekarat karena kelaparan. Tanpa pikir panjang ia segera membawa orang itu ke kliniknya. Namun nyawa orang itu tak dapat tertolong. Kejadian membuatnya terpukul dan menyeru kepada dunia agar tidak menghabiskan waktu terlalu lama untuk berdiskusi, tetapi segera melakukan tindakan pertolongan yang nyata.

Teresa meminta kita segera mewujudkan cinta kasih kita kepada sesama, bahkan sejak detik ini. Tidak harus dalam jumlah besar, tidak juga terlalu sedikit. Langkah yang bisa kita tempuh misalnya secara disiplin menyisihkan uang lima ratus rupiah per hari. Lima ratus perak mungkin tidak ada arti bagi kita. Tetapi jumlahnya akan sangat besar bila digabungkan dengan ribuan orang lainnya, dan dikumpulkan secara rutin. Komitmen untuk mendermakan lima ratus rupiah saja adalah wujud tindakan nyata atas kasih sayang kita kepada sesama. Bantuan sekecil apa pun nantinya akan sangat berarti bagi ribuan orang yang membutuhkan bantuan, misalnya bagi seorang ibu miskin yang harus membesarkan anak-anaknya sendirian.

Misi kemanusiaan Cheng Yen, dalam sebuah organisasi kemanusiaan bernama Tzu Chi semula hanya didukung oleh 30 orang ibu rumah tangga. Mereka menyisihkan uang belanja setiap hari sebesar 50 sen atau sekitar 0,02 USD (200 rupiah jika nilai 1 USD setara dengan 10.000 rupiah). Kedermawanan Cheng Yen serta ketulusan hatinya menggerakkan puluhan ribuan orang donatur untuk sama-sama berpartisipasi dalam misi kemanusiaan tersebut.

Bermula dari uang 200 rupiah, Tzu Chi aktif membantu masyarakat yang ditimpa bencana di seluruh dunia. Mereka mengirimkan bantuan kepada para korban bencana alam di seluruh dunia berupa bantuan pangan, pakaian dan obat-obatan. Tzu Chi juga mengirimkan ribuan relawan profesional untuk memberikan penanganan medis serta membantu masyarakat membangun kembali kehidupan mereka.

Dengan dibantu lebih dari 30.000 relawan profesional, Tzu Chi telah berhasil mengentaskan ribuan masyarakat miskin, memberikan pelayanan kesehatan, mendirikan ratusan rumah sakit, sekolah, pusat penelitian dan pengembangan sosial budaya untuk komunitas lokal di lusinan negara, termasuk di Indonesia. Salah satu bintang di Asia versi majalah Business Week, terbitan bulan Juli 2000 itu menunjukkan bahwa misi kemanusiaan besar dan sangat berarti bermula hanya dari tindakan kedermawanan hati yang sederhana, yaitu beramal 200 rupiah per hari.

Selain itu, Cheng Yen menjadi tokoh yang sangat berpengaruh di Taiwan. Beberapa kandidat perdana menteri Taiwan bahkan sengaja mengunjunginya untuk mohon doa restu dan dukungan. Tak dapat dipungkiri bahwa popularitas dan pengaruh besar Cheng Yen dikarenakan kedisiplinan serta upayanya yang tulus dan ikhlas dalam misi kemanusiaan.

Begitupun Bunda Teresa, namanya harum di seluruh dunia karena ketulusan hatinya. Ia tidak pernah mengharapkan imbalan apapun atas bantuan yang sudah ia berikan. “Kalau kita melakukan sesuatu bantuan hanya ingin dapat nama atau penghargaan, perbuatan itu tidak akan bertahan lebih dari satu tahun. Hanya mereka yang berbuat untuk nama Tuhan, baru akan melanjutkan selama-lamanya,” katanya. Satu hal yang mesti kita sadari bahwa bantuan sekecil apapun yang dilakukan dengan tulus ikhlas pastilah memberikan dampak positif terhadap diri kita entah sekarang atau nanti.

Perjuangan kedua wanita tersebut dalam misi kemanusiaan juga memberikan satu teladan kepada kita, bahwa semangat kebersamaan untuk memberi merupakan kekuatan yang luar biasa. Suatu ketika Cheng Yen kehabisan dana untuk membangun sebuah rumah sakit. Seorang donatur kaya datang lalu menawarkan bantuan dana untuk menyelesaikan proyek tersebut hingga dapat dioperasikan. Tetapi Cheng Yen menolak tawaran itu. Ia berpendapat bahwa 30 aktifitas memberi akan jauh lebih penting dibandingkan satu aktifitas saja.

Ia ingin setiap proyek untuk misi kemanusiaan, misalnya membangun rumah sakit, sekolah maupun pusat penelitian dan bantuan kemanusiaan lainnya terhadap korban bencana, menjadi sarana bagi banyak orang untuk ikut berpartisipasi dalam memberi. “Percaya pada diri sendiri, bahwa apa yang ingin saya wujudkan adalah murni. Percaya pada orang lain bahwa setiap manusia pasti ada cinta, yang sedang menunggu untuk dibangkitkan,” tegasnya. Dengan keyakinan itu pula, Cheng Yen berhasil menyelesaikan semua proyek kemanusiaan Tzu Chi, termasuk proyek yang paling sulit sekalipun yaitu membangun rumah sakit di beberapa tempat di seluruh dunia yang dilengkapi dengan sarana modern dan tenaga medis profesional.

Beberapa hal yang terungkap, tentang kiprah Master Cheng Yen maupun Bunda Teresa dalam misi kemanusiaan, tak sulit kita ikuti. Langkah-langkah yang mereka tempuh sangat sederhana, tetapi sarat semangat kebersamaan dan ketulusan hati. Tak ada salahnya bila sejak detik ini kita tergerak untuk mengikuti langkah-langkah sederhana kedua wanita mulia itu, sekaligus membuktikan bahwa kitapun mampu memberi arti bagi orang lain.

* Andrew Ho adalah seorang motivator, pengusaha, dan penulis buku-buku best seller.

KELUARGAKU - HARAPANKU

KELUARGAKU - HARAPANKU