Minggu, 13 Januari 2008

Super Mama yang Sebenarnya


Super Mama yang Sebenarnya
gaulislam edisi 012/tahun I (5 Muharam 1429/14 Januari 2008)

Acara Supermama di stasiun TV Indosiar cukup menyita perhatian banyak orang. Kelanjutan Mamamia ini diyakini menjadi tontonan favorit karena melibatkan ibu dan anak yang notabene artis berwajah cantik dan ganteng. Kebolehan menyanyi diadu di atas pentas. Sang ibu diminta berpromo tentang anaknya di depan seratus juri votelock agar tidak tereliminasi.
Banyolan di sana-sini oleh sang host membuat tontonan ini semakin digemari. Dengan hanya sekitar lima pasang kontestan, acara Supermama membutuhkan waktu sekitar lima jam yaitu mulai pukul 6 hingga 11 malam. Wow! Dengan alokasi waktu sebanyak itu, betulkah acara Supermama mampu menghadirkan sosok mama yang super-duper? Ataukah Supermama ini sekadar lip service dunia infotainment yang jelas-jelas merupakan kepanjangan kapitalis? Yuk, kita kupas sama-sama bareng gaulislam.
‘Sihir’ SupermamaKemampuan menyihir bukan hanya nenek sihir ataupun milik Harry Potter yang emang bercerita tentang pernik-pernik dunia kepenyihiran. Kemampuan menyihir juga dimiliki oleh media bernama televisi dengan berbagai ragam acara unggulannya. Supermama hanyalah salah satunya yang dianggap mampu meraup rating tinggi sehingga memancing pemasang iklan untuk berdatangan. So, banyaknya iklan itu bermakna banyaknya duit yang akan berhamburan untuk acara tersebut.
Supermama adalah ide brilian untuk menyedot iklan setelah pemirsa dibuat bosan dengan acara pencarian idola semacam AFI (Akademi Fantasi Indosiar) dan Indonesian Idol. Kenapa saya katakan brilian? Karena melibatkan sosok seorang mama atau ibu adalah hal yang sangat alami dibandingkan dengan program apa pun juga. Mama adalah sosok istimewa di hati manusia, siapa pun dia adanya. Sosok ini mampu menggugah sisi lembut manusia secara universal.
Kakak saya cowok bisa berkaca-kaca matanya setiap menyaksikan acara Mamamia yang merupakan pendahulu ide Supermama. Kenapa? Ia terharu melihat sosok ibu yang bernyanyi dengan harmonis bersama putrinya. Lalu dosen saya sering menyebut sistem penjurian dalam acara Mamamia dan Supermama sebagai contoh dalam salah satu mata kuliah. Bisa ditebak, beliau ini pastilah fans berat acara tersebut. Sebab kalau nggak, bagaimana bisa beliau menyebutkan setiap perkembangan acara Supermama dengan detil?
Dua contoh di atas hanya sedikit bukti tentang keberadaan ‘sihir’ Supermama. ‘Sihir’ yang tanpa sadar mampu menyihir pemirsa untuk duduk manis selama kurang lebih lima jam! Bandingkan waktu sebanyak itu dengan berapa lama kamu belajar, mengaji, menghapal rumus fisika, dan hapalan surat dalam al-Quran. Walah, pastinya ‘sihir’ Supermama jauh lebih top. Belum lagi acaranya yang tersela oleh adzan Maghrib, apa iya sih para juri votelock, kontestan Supermama, para host, dan para penonton di studio sempat untuk menunaikan sholat? Nggak tahu pasti deh. Cuma saya meragukan aja.
Mama yang tereksploitasiKetika melihat acara Supermama, saya langsung merasa iba dengan sosok mulia ini. Gimana nggak bila di sana, sosok yang seharusnya kita hormati dan junjung tinggi ini dijadikan bahan olok-olok. Mama yang latah menjadi semakin gencar digoda agar keluar latahnya. Mama yang periang terus digoda agar semakin terlihat lucu di panggung. Mama yang pendiam pun juga mendapat kritikan karena sikap pasifnya. Duh, mama.
Penampilan mama juga dikritik oleh komentator mode dalam hal ini diwakili oleh Ivan Gunawan (di sini berjuluk Madam Ivan). Kritik tentang alis mata yang kurang begini, yang bau kurang begitu, yang kerudung harus begini-begitu dll. Penampilan mama yang semula anggun dan sederhana harus tereksploitasi demi kepuasan mata dunia entertainment.
Belum lagi bila sang mama harus menghiba-hiba di hadapan seratus juri votelock supaya anaknya dipilih sehingga bisa tampil lagi keesokan hari. Sungguh tak pantas seorang mama mengemis sedemikian rupa hanya demi segepok rupiah dan ketenaran sesaat nan semu. Sosok mama yang mulia meluncur bebas ke area yang serba bebas dan tak ada lagi penghargaan atas jasa-jasanya. Menyedihkan!
UUD (Ujung-Ujungnya Duit) adalah tujuan dari program serupa meskipun dikemas dalam bentuk apa pun juga. Sangat khas kemasan kaptalismenya yang emang memuja-muja harta dan popularitas meski semu adanya. Nggak berhenti mengeksploitasi para remaja belia dengan kontes-kontes idol dan Miss-Miss apa pun namanya, sosok ibu akhirnya terkena jerat eksploitasi ini. Tampil duet dengan sang anak, bisa anak laki-laki atau pun perempuan, klop sudah acara eksploitasi antara ibu dan anak demi meningkatnya rating.
Mama tereksploitasi atas nama kekompakan dengan sang anak. Biar pun sang mama tampil berkerudung yang penting anak masih tetap bisa gaya. Sosok mama sesungguhnyalah hanya sebagai pajangan untuk mendongkrak popularitas sang anak yang masih muda dan segar. Jangan berharap mama akan menjadi bintang dalam acara ini meskipun judulnya Supermama. Bahkan bila ada sosok mama yang menonjol lebih daripada anaknya, maka sang komentator pasti akan menyarankan mama untuk mundur dan memberi kesempatan anaknya untuk maju. Intinya, tetap yang muda, segar dan cantik yang jadi idola. Mama kembali terpuruk meski terpoles sesaat sekadar hiasan si anak tampil. Waduh!
Mama yang berprestasiSuper Mama adalah milik semua mama yang mempunyai anak unggul dan bisa dibanggakan. Siapakah anak unggul dan bisa dibanggakan ini? Kalo kamu bertanya pada mama yang di kepalanya hanya duit binti fulus aja, maka jawabnya pastilah tidak sama dengan mama yang di benaknya menginginkan sang anak menjadi pejuang dan pembela Islam. Jauh beda banget. Jauuuh!
Lagu yang menjadi themesong Supermama masih memakai lirik terdahulu dari tayangan Mamamia. “Aku dan mama, maju ke depan, menggapai dunia.” Pertanyaannya, benarkah dengan acara itu, mama dan anak mampu maju ke depan untuk menggapai dunia?
Lirik lagu Supermama, jujur saja, mampu menggetarkan hati saya. Karena tak jarang banyak sosok mama yang rela ‘menjual’ anaknya ke dunia entertainment dengan alasan mengembangkan potensi dan bakat si anak. Bukannya sibuk belajar dan mengasah akhlak agar mulia, si anak yang masih sangat belia malah akrab dengan blitz kamera, berakting semu di depan sutradara, bahkan keluar masuk acara pesta hura-hura dan pergaulan bebas. Persis banget dengan isi nyanyian untuk menggapai dunia. Namun benarkah dunia bisa digapai hanya dengan acara seperti itu? Lalu, bagaimanakah dengan akhirat? Masih perlukah dunia ‘hereafter’ ini untuk digapai juga?
Bayangan yang muncul dalam benak saya tentang menggapai dunia adalah sosok Super Mama yang bukan tereksploitasi di TV demi menarik pemasang iklan. Tapi mereka yang benar-benar menghasilkan anak-anak yang mampu menggapai dunia dalam makna sebenarnya. Bayangan sosok Mama yang muncul adalah mereka sosok-sosok yang mampu melahirkan dan mendidik anak-anak hebat pengguncang dunia selevel penakluk Konstantinopel; Muhammad al-Fatih. Mama yang berkualitas super sehingga menghasilkan anak-anak sehebat Ibnu Taimiyah, Imam Bukhari, Imam Muslim, Umar Bin Abdul Aziz, Ibnu Abbas, Shalahuddin al-Ayubi, Imam Syafi’i, Hasan al-Bana, Taqiyuddin an-Nabhani, Buya Hamka, dll. Dunia benar-benar di tangan mereka, namun akhirat juga tak dilupakan. Hebat banget!
The Real Super MamaYang dibutuhkan seorang anak hingga mampu mencapai kesuksesan dunia-akhirat adalah the real supermama, bukan super mama palsu, imitasi atau bahkan jadi-jadian. The real super mama adalah mama yang mampu menjadi pendidik anak-anaknya dalam arti sebenarnya. Bukan kompak di atas panggung hiburan nan penuh maksiat, the real super mama adalah sosok mama yang kompak dengan anak-anaknya dalam semua aspek kehidupan yang benar dan baik. Seorang mama hebat yang mampu menghantarkan sang anak menjadi sosok yang hebat. Bagaimanakah sosok riil super mama yang hebat ini?
Super Mama adalah ibu yang harus mempunyai kepribadian Islam. Pola pikir dan pola sikapnya hanya Islam saja sebagai standar dalam menjalani kehidupan termasuk dalam hal mendidik anak-anaknya. Bukan seperti yang tersaji pada episode Super Mama palsu di TV ketika mama berkerudung tapi si anak malah mengumbar aurat dengan bebas.
Super Mama adalah ibu yang menyadari bahwa mendidik anak dengan baik dan benar sesuai tuntunan Islam adalah satu-satunya pilihan yang harus diambil. Mama akan mendidik anaknya dengan baik bukan hanya sejak dalam kandungan, melainkan sejak dalam pemilihan jodoh siapa yang bakal menjadi ayah yang baik bagi anak-anaknya kelak. So, mereka milih calon suami yang agamanya kualitas oke. Mama seperti inilah yang nantinya akan melahirkan generasi hebat karena sejak menanam ‘benih’ beliau ini sungguh berhati-hati.
Super Mama akan dengan sabar memantau perkembangan anak-anaknya sesuai dengan tuntunan al-Quran. Bukan dengan lagu Beethoven yang katanya bisa mencerdaskan otak bayi, tapi mama yang baik yakin bahwa hanya bacaan al-Quran dan majelis-majelis ilmu yang mampu mendidik otak bayi agar berkembang maksimal. Bayi pun tumbuh menjadi anak yang sholih dan sholihah karena berada di tangan seorang mama hebat seperti ini.
Super Mama menanamkan kecintaan pada Allah dan RasulNya sejak dini. Mama yang baik akan menyertai perkembangan putra-putrinya dengan kemampuan sendiri yang dilandasi keimanan. Bukan menyerahkan ke pembantu atau pun ke rumah penitipan anak. Sosok mama seperti ini ingin memastikan pendidikan anaknya benar-benar sesuai dengan kepribadian Islam. Anak-anak pun tumbuh menjadi pembela dan pejuang Islam sejati. Meskipun banyak lomba Idol di TV, didikan mama super tak akan tergiur demi popularitas semu semata. Jadilah anak-anak ini tumbuh menjadi remaja berkualitas yang mengukir prestasi dengan otak dan akhlak, bukan dengan otot dan gemulai lenggak-lenggok di panggung maksiat.
Super Mama memang ada. Tapi sosok ini tak mungkin kita dapati di panggung hiburan yang sifatnya semu dan sementara. Kita butuh sosok panutan super mama yang benar-benar super, bukan polesan kosmetik dan produk kilat dunia entertainment. Kita rindu super mama selevel Khadijah, Aisyah, Khonsa’, Asiyah, Asma’, dan wanita-wanita lain yang memang super. Wanita-wanita ibunda para syuhada yang memang mempersembahkan anak-anaknya untuk perjuangan dan kejayaan Islam. Ibunda para ulama, para mujtahid, para mujaddid, dan para pengemban dakwah yang ikhlas inilah yang pantas disebut super mama sejati.
Sungguh, sangat rindu hati ini akan hadirnya the real super mama yang mempersembahkan putra-putrinya untuk perjuangan menegakkan syariat Islam di muka bumi ini yang udah penuh dengan manusia-manusia yang akhlaknya kelas ‘rongsokan’ dan hina-dina. Siapakah dia adanya? Semoga kita nanti adalah salah satunya yang menjadi super mama, insya Allah. [ria: riafariana@yahoo.com]

Tidak ada komentar:


KELUARGAKU - HARAPANKU

KELUARGAKU - HARAPANKU