tag:blogger.com,1999:blog-56483817415689843562024-02-08T11:54:35.605-08:00KELUARGA SAMARAKeluarga-Ku adalah harapanku, dan tempat aku kembali ketika semua orang berpaling kepada-ku, dan keluargaku senantiasa membuka pintu lebar-lebar menerima kehadiranku apa adanyafadhlal kiromhttp://www.blogger.com/profile/02602735393257797630noreply@blogger.comBlogger23125tag:blogger.com,1999:blog-5648381741568984356.post-45610212164486338892008-05-06T14:42:00.000-07:002008-05-06T18:50:53.873-07:00Konsep Kebahagiaan dalam Islam Konsep Kebahagiaan dalam Islam<br> Oleh: Ustadz Abdul Latief<br> <br><div style="text-align: justify;"> Kondisi senantiasa bahagia dalam situasi apa pun, inilah. yang senantiasa dikejar oleh manusia. Manusia ingin hidup bahagia. Hidup tenang, tenteram, damai, dan sejahtera. Sebagian orang mengejar kebahagiaan dengan bekerja keras untuk menghimpun harta. Dia menyangka bahwa pada harta yang berlimpah itu terdapat kebahagaiaan. Ada yang mengejar kebahagiaan pada tahta, pada kekuasaan. Beragam cara dia lakukan untuk merebut kekuasaan. Sehab menurtnya kekuasaan identik dengan kebahagiaan dan kenikmatan dalam kehidupan. Dengan kekuasaan sesrorang dapat berbuat banyak. Orang sakit menyangka, bahagia terletak pada kesehatan. Orang miskin menyangka, bahagia terletak pada harta kekayaan. Rakyat jelata menyangka kebahagiaan terletak pada kekuasaan. Dan sangkaan-sangkaan lain.<br> <br> Lantas apakah yang disebut"bahagia' (sa'adah/happiness) ?<br> Selama ribuan tahun, para pemikir telah sibuk membincangkan tentang kebahagiaan. Kebahagiaan adalah sesuatu yang ada di luar manusia, dan bersitat kondisional. Kebahagiaan bersifat sangat temporal. Jika dia sedang berjaya, maka di situ ada kebahagiaan. Jika sedang jatuh, maka hilanglah kebahagiaan. Maka. menurut pandangan ini tidak ada kebahagiaan yang abadi dalam jiwa manusia. Kebahagiaan itu sifatnya sesaat, tergantung kondisi eksternal manusia. Inilah gambaran kondisi kejiwaan masyarakat Barat sebagai: "Mereka senantiasa dalam keadaan mencari dan mengejar kebahagiaan, tanpa merasa puas dan menetap dalam suatu keadaan.<br> Islam menyatakan bahwa "Kesejahteraan' dan "kebahagiaan" itu bukan merujuk kepada sifat badani dan jasmani insan, bukan kepada diri hayawani sifat basyari; dan bukan pula dia suatu keadaan hayali insan yang hanva dapat dinikmati dalam alam fikiran belaka. Keselahteraan dan kebahagiaan itu merujuk kepada keyakinan diri akan hakikat terakhir yang mutlak yang dicari-cari itu — yakni: keyakinan akan Hak Ta'ala — dan penuaian amalan yang dikerjakan oleh diri berdasarkan keyakinan itu dan menuruti titah batinnya.' Jadi, kebahagiaan adalah kondisi hati yang dipenuhi dengan keyakinan (iman) dan berperilaku sesuai dengan keyakinannya <span style="border-bottom: 1px dashed rgb(0, 102, 204); cursor: pointer;" class="yshortcuts" id="lw_1210124418_1">itu</span>. Bilal bin Rabah merasa bahagia dapat mempertahankan keimanannya meskipun dalam kondisi disiksa. Imam Abu Hanifah merasa bahagia meskipun harus dijebloskan ke penjara dan dicambuk setiap hari, karena menolak diangkat menjadi hakim negara. Para sahabat nabi, rela meninggalkan kampung halamannya demi mempertahankan iman. Mereka bahagia. Hidup dengan keyakinan dan menjalankan keyakinan.<br> <br> Dan apa saja yang diberikan kepada kamu, maka itu adalah kenikmatan hidup duniawi dan perhiasannva. Sedang apa yang di sisi Allah adalah lebih baik dan lebih kekal. Apakah kamu tidak memahaminya? Menurut al-Ghazali, puncak kebahagiaan pada manusia adalah jika dia<br> berhasil mencapai ma'rifatullah" , telah mengenal Allah SWT. Selanjutnya, al-Ghazali menyatakan: "Ketahuilah bahagia tiap-tiap sesuatu bila kita rasakan nikmat, kesenangan dan kelezatannya mara rasa <span style="border-bottom: 1px dashed rgb(0, 102, 204); cursor: pointer;" class="yshortcuts" id="lw_1210124418_2">itu</span> ialah menurut perasaan masing-masing. Maka kelezatan (mata) ialah melihat rupa yang indah, kenikmatan telinga mendengar suara yang merdu, demikian pula segala anggota yang lain dan tubuh manusia. Ada pun kelezatan hati ialah ma'rifat kepada Allah, karena hati dijadikan tidak lain untuk mengingat Tuhan. Seorang rakyat jelata akan sangat gembira kalau dia dapat herkenalan dengan seorang pajabat tinggi atau menteri; kegembiraan itu naik berlipat-ganda kalau dia dapat berkenalan yang lebih tinggi lagi misalnya raja atau presiden. Maka tentu saja berkenalan dengan Allah, adalah puncak dari segala macam kegembiraan. Lebih dari apa yang dapat dibayangkan oleh manusia, sebab tidak ada yang lebih tinggi dari kemuliaan Allah. Dan oleh sebab itu tidak ada ma'rifat yang lebih lezat daripada ma'rifatullah.<br> Ma'rifalullah adalah buah dari ilmu. Ilmu yang mampu mengantarkan manusia kepada keyakinan. bahwa tiada Tuhan selain Allah" (Laa ilaaha illallah). Untuk itulah, untuk dapat meraih kebahagiaan yang abadi, manusia wajib mengenal Allah. Caranya, dengan mengenal ayat-ayat-Nya, baik ayat kauniyah maupun ayat qauliyah. Banyak sekali ayat-ayat al-Quran yang memerintahkan manusia memperhatikan dan memikirkan tentang fenomana alam semesta, termasuk memikirkan dirinya sendiri. Disamping ayat-ayat kauniyah. Allah SWT juga menurunkan ayat-ayat qauliyah, berupa wahyu verbal kepada utusan-Nya yang terakhir, yaitu Nabi Muhammad saw. Karena itu, dalam QS Ali Imran 18-19, disebutkan, bahwa orang-orang yang berilmu adalah orang-orang yang bersaksi bahwa "Tiada tuhan selain Allah", dan bersakssi bahwa "Sesungguhnya ad-Din dalam pandangan Allah SWT adalah Islam." Inilah yang disebut ilmu yang mengantarkan kepada peradaban dan kebahagiaan. Setiap lembaga pendidikan. khususnya lembaga pendidikan Islam. harus mampu mengantarkan sivitas akademika-nya menuju kepada tangga kebahagiaan yang hakiki dan abadi. Kebahagiaan yang sejati adalah yang terkait antara dunia dan akhirat. <br> Kriteria inilah yang harusnya dijadikan indikator utama, apakah suatu program pendidikan (ta'dib) berhasil atau tidak. Keberhasilan pendidikan dalam Islam bukan diukur dari berapa mahalnya uang hayaran sekolah; berapa banyak yang diterima di Perguruan Tinggi Negeri dan<br> sebagainya. Tetapi apakah pendidikan itu mampu melahirkan manusia-manusia yang beradab yang mengenal Tuhannya dan beribadah kepada Penciptanya. Manusia-manusia yang berilmu seperti inilah yang hidupnya hahagia dalam keimanan dan keyakinan: yang hidupnya tidak terombang-ambing oleh keadaan. Dalam kondisi apa pun hidupnya bahagia, karena dia mengenal Allah, ridha dengan keputusanNya dan berusaha menyelaraskan hidupnya dengan segala macam peraturan Allah yang diturunkan melalui utusan-Nya.<br> Karena itu kita paham, betapa berbahayanya paham relativisme kebenaran yang ditaburkan oleh kaum liberal. Sebab, paham ini menggerus keyakinan seseorang akan kebenaran. Keyakinan dan iman adalah harta yang sangat mahal dalam hidup. Dengan keyakinan itulah, kata Igbal, seorang Ibrahim a.s. rela menceburkan dirinya ke dalam api. Penyair besar <span style="border-bottom: 1px dashed rgb(0, 102, 204); cursor: pointer;" class="yshortcuts" id="lw_1210124418_3">Pakistan</span> ini lalu bertutur hilangnya keyakinan dalam diri seseorang. lebih buruk dari suatu perbudakan. Sebagai orang Muslim, kita tentu mendambakan hidup bahagia semacarn itu; hidup dalam keyakinan: mulai dengan mengenal Allah dan ridha, menerima keputusan-keputusan -Nva, serta ikhlas menjalankan aturan-aturan- Nya. Kita mendambakan diri kita merasa bahagia dalam menjalankan shalat, kita bahagia menunaikan zakat, kita bahagia bersedekah, kita bahagia menolong orang lain, dan kita pun bahagia menjalankan tugas amar ma'ruf nahi munkar. Dalam kondisi apa pun. maka "senangkanlah hatimu!" Jangan pernah bersedih. "Kalau engkau kaya. senangkanlah hatimu! Karena di hadapanmu terbentang kesempatan untuk mengerjakan yang sulit-sulit melalui hartamu. "Dan jika engkau fakir miskin, senangkan pulalah hatimu! Karena engkau telah terlepas dari suatu penyakit jiwa, penyakit kesombongan yang sering menimpa orang-orang kaya. Senangkanlah hatimu karena tak ada orang yang akan hasad dan dengki kepadamu lagi, lantaran kemiskinanmu. .."<br> "Kalau engkau dilupakan orang, kurang masyhur, senangkan pulalah hatimu! Karena lidah tidak banyak yang mencelamu, mulut tak banyak mencacimu... " Mudah-mudahan. Allah mengaruniai kita ilmu yang mengantarkan kita pada sebuah keyakinan dan kebahagiaan abadi, dunia dan akhirat. Amin.<br><br>Sumber : <a target="_blank" href="http://www.pesantrenvirtual.com/"><span style="background: transparent none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial;" class="yshortcuts" id="lw_1210124418_9">www.PesantrenVirtual.com</span></a> </div><!-- multiply:no_crosspost --><p class='multiply:no_crosspost'></p>fadhlal kiromhttp://www.blogger.com/profile/02602735393257797630noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5648381741568984356.post-16996967982343569912008-02-10T23:45:00.000-08:002008-02-10T23:52:11.596-08:00Membina Hubungan Orang Tua dengan Anak Sentuh dan Belailah Mereka<p style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 255);"> Pendidik dan guru pertama dan utama bagi anak sebenarnya bukan guru di sekolah, tetapi orang tua. Ahli ilmu jiwa anak dan tokoh-tokoh pendidikan anak sering mengatakan, bahwa salah satu hal yang perlu dilakukan oleh orang tua dalam usaha memberikan pendidikan yang baik kepada anak ialah membina hubungan emosional orang tua dan anak, yang perlu dilakukan sejak anak masih bayi. Salah satu manifestasinya berupa sentuhan, belaian, pelukan, ciuman dan berbicara dengan anak. Bila bertambah usia anak, komunikasi lisan pun bertambah penting. Dengarkanlah pendapat dan perasaan yang dikemukakan anak. Anak akan merasakan bahwa orang tua mempunyai perhatian terhadap dirinya, mencoba memahami dirinya, sehingga ia pun terlatih untuk mengutarakan perasaan dan pendapatnya. Maka penting bagi orang tua untuk melatih diri sendiri menjadi pendengar yang baik. Orang tua cenderung berbicara dengan anak dan mulai menayakan "mengapa" atau "kapan" . Atau cenderung berbicara dengan nada perintah, marah atau menggurui. Mengapa sayurnya tidak dimakan? Ayo kerjakan peernya sekarang! Kapan kamu belajar untuk mendengarkan nasehat mama? Dan adakalanya ayah baru berbicara kepada anaknya, menasehatinya panjang lebar bila si anak telah membuat suatu kesalahan.<br /> <br /> Pertanyaan-pertanyaan seperti ini akan memojokkan si anak sehingga dia akan membela diri atau diam. Tetapi jika pertanyaan-pertanyaan itu dimulai dengan "Apa" atau "Bagaimana". Apa yang kamu kerjakan tadi ? Bagaimana disekolah tadi? Maka pertanyaan itu akan membuka anak untuk bercerita. Dan agar komunikasi orang tua anak dapat berlangsung dua arah, maka orang tua pun harus pula bisa mengeluarkan perasaannya. "Ibu senang nilaimu baik di sekolah". "Ayah bangga kepadamu."</p><div style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 255);"> </div><p style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 255);"> Ada baiknya jika orang tua sengaja menyediakan waktu setiap hari bagi anak atau menciptakan suatu kebiasaan bersama anak, sehingga anak tahu bahwa ada waktu khusus di mana orang tuanya ada. Membina hubungan intim dengan anak memerlukan latihan dan seyogyanya dimulai sejak anak masih kecil. Hubungan menjadi sulit bila pembinaan baru dimulai pada waktu anak sudah besar atau sudah mulai remaja.</p><div style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 255);"> </div><p style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 255);"> Dr. Matti Gershenfeld, seorang prikolog dari PhiladelhiaTemple University memberi rumus yang dapat menjadi pengangan bagi orang tua yang ingin meningkatkan kualitas hubungan orang tua anak. Ada empat faktor yang perlu diperhatikan yaitu:<br /> · Secara fisik berdekatan dengan anak<br /> · Adanya kontak mata<br /> · Belaian<br /> · Komunikasi lisan</p><div style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 255);"> </div><p style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 255);">Prinsipnya ialah suatu informasi akan lebih mudah ditangkap jika kita menerima informasi tersebut melalui lebih dari satu panca indera. Bukankah kasih sayang itu juga merupakan suatu informasi yang ingin kita sampaikan kepada anak?<br /></p><div style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 255);"> </div><p style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 255);">Coba kita bandingkan dua sikap ini. Bila tiba waktu tidur, kalau ibu hanya berteriak, "Ayo tidur! "atau", Selamat malam!" dari jauh, maka kesempatan itu akan lewat tanpa bekas. Lain halnya kalau ibu menemani anaknya masuk ke kamar tidur, duduk disebelah anak mencium keningnya waktu mengucapkan, "Selamat tidur"! maka kegiatan si ibu merupakan tindakan menjalin hubungan intim dengan anak. Dr. Gershenfeld mengatakan jika orang tua membiasakan memasuki keempat faktor itu dalam kegiatan sehari-hari, anak pun akan lebih mudah menangkap dan merasakan kasih sayang orang tua. Bahwa setiap orang tua menyayangi anak-anaknya tidak bisa disangkal lagi. Tapi kasih sayang yang dipendam tidak ada gunanya. Kasih sayang itu perlu ditunjukkan secara sengaja kepada anak-anak, barulah si anak merasa disayang. Kalau hal ini dicapai, maka kontak batin orang tua dengan anak mudah dijalin.<br /></p><div style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 255);"> </div><p style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 255);">Kehadiran orang tua bersama anak tidak menjamin terjadinya hubungan emosi yang baik antara orang tua-anak. Misalnya, seorang ibu mengangkat bayinya yang sedang menangis sambil menimang-nimang, mencium dan membujuk dengan kata-kata. Si bayi tersenyum, ibu pun tersenyum. Masing-masing saling menunjukkan perasaan senang. Maka terjadilah hubungan emosional. Tetapi jika pikiran ibu di tempat lain, perhatiannya hanya tertuju agar ia dapat secepatnya mengganti popok bayi, agar bayi diam dan ia dapat kembali secepatnya ke dapur untuk menyelesaikan masakannya, maka kualitas hubungan yang terjadi antara ibu dan anak itu dinilai buruk.</p><div style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 255);"> </div><p style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 255);"> </p><div style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 255);"> Di ambil dari Majalah <i>Kemala Bhayangkari</i></div>fadhlal kiromhttp://www.blogger.com/profile/02602735393257797630noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5648381741568984356.post-47168832375800369312008-02-10T23:32:00.000-08:002008-02-10T23:33:43.452-08:00Bangun Keluarga Dengan Cinta<div style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 0);"><pre>Segala puji hanyalah milik Allah yang tiada pernah lelah sesaaatpun untuk<br />mengurus dan mengawasi setiap detik langkah kita, shalawat dan salam semoga<br />senantiasa Allah curahkan kepada Rasulullah Muhammad saw, keluarga sahabat dan<br />seluruh ummatnya yang senantiasa setia melaksanakan sunnahnya hingga akhir<br />zaman.<br /><br />Barang siapa yang telah Allah berikan hidayah maka seorangpun tidak akan ada<br />yang mampu untuk menyesatkannya dan barang siapa yang telah sesat maka tidak<br />akan ada yang sanggup untuk memberi petunjuk kecuali atas izin dan pertolongan<br />Allah.<br /><br />Wahai orang-orang yang beriman bertaqwalah kalian kepada Allah dengan<br />sebenar-benar taqwa kepadaNya, dan janganlah sekali-kali kalian mati kecuali<br />dalam keadaan muslim (ali-imran : 102)<br /><br />Andai didunia ini tidak ada cinta maka hidup akan terasa gersang dan tidak ada<br />dinamika. Dengan cinta, sesuatu yang sulit akan terasa mudah dan dengan cinta<br />pula sesuatu yang rumit akan menjadi sederhana dan sesuatu yang jauh akan<br />terasa dekat. Sehingga marilah kita jadikanlah cinta sebagai energi dalam<br />setiap detik kehidupan kita.<br /><br />Kata cinta dalam Al-quran disebut dengan 3 istilah :<br /><br /> Rahmah à merupakan cinta yang unlimited dari Allah kepada mahluknya atau<br />supremasi cinta unlimited dari Allah kepada mahluknya, sehingga dari kata<br />rahman ini lahir kata ramhan dan rahim yang artinya Maha Pengasih dan Maha<br />Penyayang.<br /> Mawaddah à cinta unlimited dari manusia kepada manusia (cinta orang tua<br />kepada anaknya). Dikisahkan bahwa dalam suatu kali haji, ketka Rasul tengah<br />berthawaf beliau melihat seorang anak muda yang punggunggnya melepuh atau<br />mengelupas, ketika selesai thawaf rasul mendekati pemuda ini kemudia ditanya <br />waha anakku, apakah yang terjadi dengan pundakmu anak muda ini kemudian<br />menjawab wahai Rasulullah sesungguhnya pundakku ini adalah dikarenakan aku<br />menggendong ibuku dari yaman ke makkah tanpa pernah berhenti kecuali ibuku<br />ingin makan, minum, shalat, mandi dan ke kamar mandi. Ya Rasul, apakah apa yang<br />telah aku lakukan ini akan dicatat oleh Allah ahwa aku ini sebagai anak yang<br />berbakti pada orang tua..? Rasulullah kemudian memeluk anak muda ini sambil<br />berkata wahai anakku, sesungguhnya engkau telah termasuk sebagai anak yang<br />telah berbakti dan Allah telah ridha kepadamu. Namun ketahuilah wahai anakku,<br />bahwa sesungguhnya cinta ibumu tidak akan pernah dapat kamu balas. Dari kisah<br />ini dapat dilihat bahwa ada cinta yang unlimited dari manusi kepada manusia,<br />yaitu cinta orang tua kepada anaknya.<br /> Mahabbah à Cinta yang terbatas (mahabbah disini hanya dari sisi kontekstual<br />bahasa perkata, tidak dihubungkan dengan Mahbbatullah atau Mahabbaturrasul)<br /><br /><br /><br />Yang harus dibangun adalah bagimana membangun cinta mawaddah dan warahmah<br />seperti dalam al-quran yang Allah firmankan untuk kehidupan berumah tangga.<br />Rasul diutus adalah untuk membagikan dan mengajarkan cinta kasih kepada seluruh<br />alam.<br /><br />Bia anak dibesarkan dengan emosi dia belajar berkelahi, bila anak dibesarkan<br />dengan caci maki dia belajar rendah diri, bila anak dibesarkan dengan motivasi<br />dia belajar percaya diri dan bila anak dibesarkan dengan cinta kasih dia<br />belajar menemukan cinta kasih, sehingga cinta harus diajarkan seumur hidup.<br /><br /><br /><br />Terakhir bahwa cinta ini memiliki 2 model :<br /><br /> Cinta karena<br /> Cinta walaupun<br /><br /><br /><br />Cinta karena itu adalah cinta yang selalu menuntut seperti seseorang mencintai<br />seseorang karena kecantikannya atau karena hartanya, dan bila sudah habis<br />hartanya atau sudah tidak cantik atau ganteng lagi cintanya berhenti.<br /><br />Cinta walaupun adalah cinta sejati yang tidak mengenal waktu dan keadaan, cinta<br />yang selalu siap untuk berkorban demi yang dicintainya.<br /><br /><br /><br />Untuk itu marilah kita hiasi rumah tangga kita untuk mendapatkan cinta yang<br />mawaddah warahmah yaitu rumah tangga yang kita bingkai dengan ketaatan dan<br />cinta pada Allah.<br /><br />Semoga bermanfaat, yang benar itu datangnya dari Allah .<br /><br />Ihdinasyiraathalmustaqiim<br /><br />Wassalaamu'alaikum</pre></div>fadhlal kiromhttp://www.blogger.com/profile/02602735393257797630noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5648381741568984356.post-8060794094538003592008-02-10T23:13:00.000-08:002008-02-10T23:15:42.263-08:00Berderma Dan Merajut Cinta Kasih<div style="color: rgb(255, 255, 255);" class="smJudul"> <h2>Berderma dan Merajut Cinta Kasih</h2> <ul style="text-align: justify;"><li>Oleh: Azyumardi Azra</li></ul><div style="text-align: justify;"> </div></div><div style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 255);"> </div><div class="smIsi"><div style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 255);"> </div><table style="text-align: left; margin-left: 0px; margin-right: 0px; color: rgb(255, 255, 255);" cellpadding="4" cellspacing="0" width="1"> <tbody><tr> <td class="TabelGbr" bgcolor="#bbbbbb"> <img src="http://www.suaramerdeka.com/harian/0702/23/azzumardiazhra23tifx.jpg" alt="" align="left" height="209" hspace="3" vspace="3" width="150" /> <br /> </td> <td width="2"><br /></td> </tr> <tr> <td colspan="2" height="1"><br /></td> </tr> </tbody></table><div style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 255);"> </div><p style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 255);" id="mulai">"<i>Yang berperi cinta kasih itu mencintai sesama manusia; yang berkesusilaan itu menghormati sesama manusia. Yang mencintai sesama manusia, niscaya akan selalu dicintai orang. Yang menghormati manusia, akan selalu dihormati orang" (Kitab Bingcu V A:7/5)</i>.</p><div style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 255);"> </div><p style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 255);"><b>ENAM</b> hari lalu, masyarakat China, khususnya yang beragama Kong Hu Chu, merayakan Tahun Baru Imlek 2558 (Minggu 18 Februari 2007). Sebulan sebelumnya, umat Islam juga memperingati Tahun Baru Hijriyah 1428 (Sabtu 20 Januari 2007), dan dua pekan ke belakang umat Kristiani khususnya juga merayakan Tahun Baru Masehi 1 Januari 2007. Kedekatan atau nyaris terjadinya pertemuan tahun baru itu; Tahun Masehi, Tahun Hijri, dan Tahun Imlek, merupakan peristiwa biasa yang berubah berdasarkan hukum alam Sang Maha Pencipta. </p><div style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 255);"> </div><p style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 255);">Hampir bertemunya awal tahun ketiga jenis kalender ini juga dapat memiliki maknanya tersendiri bagi umat beragama di Indonesia. Di tengah peringatan awal tahun yang berbeda itu, bangsa Indonesia terus-menerus dilanda berbagai musibah dan ujian, yang akhir-akhir ini semakin berat tantangan dan cobaannya. Mulai dari hilangnya pesawat terbang di udara, tenggelamnya kapal di laut, hingga longsor, banjir, gempa, angin puting beliung, kecelakan kereta api, dan berbagai konflik di darat yang menimpa sebagian masyarakat Indonesia. </p><div style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 255);"> </div><p style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 255);">Berbagai peristiwa mengharukan dan menyedihkan itu mengajarkan kita untuk bersabar, saling berbagi, berbuat kebaikan, dan saling cinta kasih antarsesama manusia. Datangnya ketiga tahun baru itu seharusnya memperkuat solidaritas antarumat beragama di masa-masa kini dan mendatang. Sepatutnyalah kita tidak terlalu asyik-mansyuk dengan diri sendiri atau kelompok sendiri di tahun baru ini, tanpa memiliki rasa empati, prihati, dan ketidakpedulian terhadap sesama manusia, serta menutup matahatiókhususnya bagi mereka yang tertimpa musibah.</p><div style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 255);"> </div><p style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 255);"> <b>Ikhtiar dan Doa</b></p><div style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 255);"> </div><p style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 255);"><b> </b>Dalam hari-hari tahun baru ini, sebagai manusia Indonesia yang beriman dan percaya kepada Tuhan YME, kita sangat dianjurkan memperbanyak ikhtiar dan doa. Berikhtiar agar kita dapat melakukan yang maksimal dan terbaik untuk menghindari jatuhnya demikian banyak korban di masa depan; dan senantiasa berdoa agar kita semua diberi kekuatan iman menghadapi segala ujian dan cobaan; dan agar kita dilindungi-Nya dalam perjalanan hidup kita hari ini dan esok.</p><div style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 255);"> </div><p style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 255);"> Karena itu, sangatlah tepat jika dalam peringatan tahun baru ini kita meneguhkan diri untuk selalu menebar cinta kasih, kebajikan, dan kebaikan atau perbuatan baik. Berbuat kebaikan sangat dianjurkan setiap agama; termasuk Kristen, Islam, dan Kong Hu Chu. Salah satu kebaikan atau perbuatan baik yang sangat relevan dengan persoalan yang kita hadapi sekarang adalah melakukan "derma" kepada saudara-saudara kita yang mengalami musibah. Kita mendermakan harta yang dicintai kepada orang-orang yang membutuhkan. </p><div style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 255);"> </div><p style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 255);">Mendermakan hartaósekalipun mungkin hanya sebagian kecil dari yang kita milikiótidak selalu mudah. Apalagi jika harta yang dimiliki itu diperoleh secara halal dengan usaha-usaha yang tidak mudah dan bersusah payah. Namun, di sinilah letak kunci prinsip ajaran agama bahwa harta yang kita miliki itu adalah "ujian"; ujian apakah kita akan dikuasai dan diperbudak oleh harta itu, atau sebaliknya, kita sang pemilik justru yang mengendalikan harta itu, sehingga mendatangkan manfaat yang maksimal baik bagi diri, masyarakat, dan agama.</p><div style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 255);"> </div><p style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 255);"> Kemampuan mengendalikan harta dan, sebaliknya, tidak dikuasai harta atau bahkan apa saja yang dicintai seseorang dalam kehidupannya merupakan salah satu dari perintah agama. Kewajiban melaksanakan "derma" tidak lain dimaksudkan sebagai sebuah ungkapan rasa syukur terhadap berbagai nikmat yang telah diberikan Tuhan kepada kita sebagai hambaNya yang beriman. </p><div style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 255);"> </div><p style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 255);">Di dalam Islam, perintah "berderma" bisa dalam bentuk "berinfak, bersedekah, berzakat, dan berkurban". Dengan berderma, kita dapat mengasah diri sendiri untuk selalu peka dan peduli terhadap sesama manusia. Di dalam Islam, ketidakpekaan dan ketidakpedulian terhadap orang lain, khususnya kepada anak yatim, fakir miskin, dan kaum dhuafa, dikategorikan sebagai pendusta agama (QS al-Ma'un/107: 1-7). </p><div style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 255);"> </div><p style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 255);">Setidaknya ada tiga hal penting yang bisa kita petik dari ayat QS al-Ma'unn/107: 1-7 tersebut. Pertama, bahwa sebagai orang yang beriman, kita diperintahkan berderma sebagai wujud syukur. Kedua, bahwa kita tidak boleh memilih-milih sesuatu yang kita dermakan kepada orang yang berhak menerima dengan hal yang buruk-buruk saja, sedangkan yang baik-baik untuk diri sendiri. Dan ketiga, firman Allah ini menjadi peringatan bagi kita, bahwa kita adalah makhluk Allah yang tidak memiliki apa-apa, sedangkan Allah itu Mahakaya. </p><div style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 255);"> </div><p style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 255);">Memulai tahun baru ini, sepatutnyalah kita bertekad untuk mengasah terus-menerus sikap peka dan peduli kepada sesama umat manusia, yaitu sekali lagi, dengan berderma. Sikap terpuji ini diharapkan bisa memperbaiki dan mampu membangun puing-puing musibah yang terus-menerus menimpa sebagian masyarakat kita. </p><div style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 255);"> </div><p style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 255);">Dengan berderma, insya Allah kita dapat meningkatkan <i>sense of crisis</i> pada diri kita; menumbuhkan kepekaan dan kepedulian, bahwa musibah yang menimpa bangsa Indonesia ini hanya bisa diselesaikan dengan membangun kesabaran, ketekunan, kesungguhan, cinta kasih, dan kerjasama yang solid di antara kita bersama.</p><div style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 255);"> </div><p style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 255);"> Ketidakpekaan dan ketidakpedulian orang-orang berpunya terhadap sesama saudara yang ditimpa musibah tidak mencerminkan keimanan, kesabaran, solidaritas, pengendalian diri, dan cinta kasih. Orang-orang berada (aghniya) hendaknya tersentuh matahatinya, bahwa keberadaan dan eksistensi mereka tidak tercipta tanpa adanya warga lain dalam masyarakat. Mereka yang kaya tidak akan bisa hidup tanpa orang-orang miskin dan lemah. Jadi, tidak benar jika "posisi berada dan berdaya secara sosial, politik dan ekonomi" yang mereka raih dengan bantuan dari warga yang lain itu disombongkan justru kepada saudaranya yang menderita dan didera berbagai kesusahan dan kesulitan hidup.</p><div style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 255);"> </div><p style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 255);"> <b>Implikasi Kemiskinan</b></p><div style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 255);"> </div><p style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 255);"> Sekali lagi, salah satu bentuk perbuatan baik atau kebaikan adalah mendermakan harta yang kita miliki. Kebutuhan untuk merealisasikan perbuatan baik (berderma) yang menghasilkan solidaritas sosial itu jelas terasa sangat mendesak di tanah air kita dalam hari-hari awal tahun ini. Di tengah berbagai musibah yang terjadi akhir-akhir ini, masyarakat kita di berbagai daerah juga dihadapkan kepada semakin melambungnya harga kebutuhan hidup; misalnya harga beras yang semakin tidak terkendali. Keadaan yang serba sulit itu semakin menambah jumlah masyarakat miskin. </p><div style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 255);"> </div><p style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 255);">Kemiskinan yang menimpa masyarakat kita berimplikasi pada meningkatnya jumlah anak-anak yang kekurangan makanan dan gizi, sehingga menderita berbagai penyakit, seperti busung lapar. </p><div style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 255);"> </div><p style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 255);">Jika krisis seperti ini terus berlanjut, maka akan terciptalah apa yang disebut orang sebagai "the lost generation", generasi yang hilang. Lebih jauh lagi, jika masalah ini tidak mendapat perhatian yang memadai dan gagal diatasi secara komprehensif, maka ia barangkali dapat mempengaruhi masa depan kita, yang selama ini dikenal sebagai daerah yang menghasilkan putra-putri dan generasi terbaik yang pada gilirannya memberikan sumbangan penting bagi bangsa dan negara.</p><div style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 255);"> </div><p style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 255);"> Mengantisipasi dan mengatasi masalah ini mungkin tidak cukup dengan berkeluh kesah. Umat beragama, baik umat Kristen, Islam, dan Kong Hu Chu, yang telah dan kini memasuki pintu gerbang tahun baru seharusnya semakin memiliki kepedulian dan kepekaan dengan mendermakan harta kita kepada masyarakat yang memerlukannya. </p><div style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 255);"> </div><p style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 255);">Semoga Tahun Baru Masehi 2007, Tahun Baru Hijri 1428, dan Tahun Baru Imlek 2558 menjadi momentum baik untuk merajut atau merekatkan kembali tali cinta kasih sesama manusia, seperti disebut dalam Kitab Bingcu V A:7/5, yang dikutip pada awal tulisan ini. Wallahu a`lam bish shawab. (64)</p><div style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 255);"> </div><div style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 255);"> <b>- <i>Prof Dr Azyumardi Azra</i>, guru besar dan direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta</b></div><p> </p> </div>fadhlal kiromhttp://www.blogger.com/profile/02602735393257797630noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5648381741568984356.post-81985678923574033402008-02-10T22:54:00.000-08:002008-02-10T22:55:18.776-08:00Doa Perlindungan dari Sihir dan Guna-guna<p style="text-align: justify;">Rasulullah saw bersabda: “Jika Anda takut terhadap ganguan setan dan<br />sihir, maka bacalah ayat berikut:<br /></p><p style="text-align: justify;">اِنَّ رَبَّكُمُ اللهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضَ فِي<br />سِتَّةِ اَيَّامٍ، ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ، يُغْشِي اللَّيْلَ<br />النَّهَارَ يَطْلُبُهُ حَثِيْثًا، وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُوْمَ<br />مُسَخَّرَاتٍ بِأَمْرِهِ، اَلاَ لَهُ الْخَلْقُ وَاْلأَمْرُ، تَبَارَكَ<br />اللهُ رَبُّ الْعَالَمِيْنَ. اُدْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً<br />اِنَّهُ لاَيُحِبُّ الْمُعْتَدِيْنَ، وَلاَ تُفْسِدُوا فِي اْلأَرْضِ<br />بَعْدَ اِصْلاَحِهَا، وَادْعُوْهُ خَوْفًا وَطَمَعًا اِنَّ رَحْمَةَ<br />اللهِ قَرِيْبٌ مِنَ الْمُحْسِنِيْنَ.<br />Inna Rabbukumullâhul ladzî khalaqas samâwâti wal ardha fî sittati<br />ayyâm, tsummastawâ `alal `arsyi, yughsyil laylan nahâra yathlubuhu<br /></p><div style="text-align: justify;"> hatsîtsâ, wasy syamsa wal qamara wan nujûma musakhkharâtin/m<br /></div><p style="text-align: justify;"> biramrihi, alâ lahul khalqu wal amru, tabârakallâhu Rabbul `âlamîn.<br />Ud`û Rabbakum tadharru`an wa khufyatan innahu lâ yuhibbul mu`tadîn.<br />Walâ tufsidû fil ardhi ba`da ishlâhihâ, wad`uhu khawfan wa thama`an<br />inna rahmatallâhi qarîbin/m minal muhsinîn. (Al-A`raf: 54-56)<br />(Kitab Mujarrabat Imamiyah)<br /></p>Amalan Praktis, bermacam2 shalat sunnah dan doa-doa pilihan, dan<br />artikel2 Islami klik di sini:fadhlal kiromhttp://www.blogger.com/profile/02602735393257797630noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5648381741568984356.post-29716579512609043002008-02-10T22:48:00.000-08:002008-02-10T22:50:31.568-08:00Kiat-2 Menjalin dan Menumbuhkan Cinta dengan Rahasia Ayat Kursi<div style="color: rgb(255, 255, 51);" class="post-body entry-content"> <div align="justify">Tidak jarang cinta kasih dan mawaddah memudar di antara pasangan suami-isteri. Ada kala penyebabnya isteri dan ada kala penyebabnya suami. Da tidak jarang juga disebabkan oleh pihak ketiga, orang luar. Padahal pasangan suami-isteri diikat dengan pernikahan sebagai perjanjian Ilahiyah yang di dalam Al-Qur’an disebutkan “Mitsaqan ghalizha”, perjanjian yang berat dan besar, seperti perjanjian kenabian. Runtuhnya ikatan pernikahan dan pasangan suami-isteri dapat menggoncangkan Arasy Allah swt. Ini menunjukkan betapa besar dan pentingnya ikatan cinta dan kasih sayang antara suami-isteri. Lalu bagaimana bila mulai memudar rasa cinta di antara keduanya?<br /><br />Adakah kiat-kiat untuk mengembalikan keutuhan di antara mereka? Dapatkah mereka mengembalikan cinta seperti malam pertama yang pernah mereka rasakan? Paling tidak, mereka dapatkah mengembalikan dan menumbuhkan rasa cinta yang menggereget di antara suami-isteri? Apa kiat-kiatnya? Dapat doa dijadikan wasilah untuk menumbuhkan rasa cinta? Saya katakana bisa. Karena doa merupakan aktivitas psikologis dan ruhani, dapat menstabilkan kondisi psikologis yang sedang kacau, dan dapat mendatang sesuatu yang menghilang dari hati yaitu rasa cinta. Tentu bergantung pada muatan dan nilai-nilai yang terkandung di dalam doa, disamping keyakinan yang kuat.<br /><br />Tidak sedikit muatan dan nilai-nilai yang terkandung paling dalam di dalam doa tidak tertangkap oleh pikiran manusia, kecuali oleh orang-orang suci. Kita hanya dapat menangkap rahasia dan khasiatnya setelah membuktikan dan merasakannya. Seperti doa yang akan saya sebutkan ini. Doa ini dikenal dengan doa Mahabbah, doa untuk menumbuhkan rasa cinta. Rahasia dan khasiatnya diajarkan oleh Imam Ali bin Abi Thalib (sa), yakni tentang di antara rahasia yang terkandung di dalam Ayat Kursi. Rahasia ayat Kursi ini dikutip dari kitab Mujarrbat Imamiyah.<br /><br />Kitab Mujarrabat Imamiyah adalah kitab kumpulan Amalan praktis dan doa-doa pilihan serta rumus2 perhitungan, yang bersumber dari Ahlul bait Nabi saw dan keturunannya. Telah banyak dipraktekkan oleh kaum muslimin, tentu dengan penuh keyakinan dan dengan izin Allah swt, mereka banyak yang berhasil.<br /><br /><div style="text-align: justify;">Kemudian bolehkan rahasia Ayat kursi ini digunakan pada yang bukan pasangan suami-isteri? Misalnya calon pasangan suami-isteri, atau belum resmi menjadi calon masih akan menjadi calon. Jawabannya berikut cara memanfaatkan rahasia Ayat Kursi untuk menumbuhkan rasa cinta, kunjungi:<br /><br /><br /></div></div></div>fadhlal kiromhttp://www.blogger.com/profile/02602735393257797630noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5648381741568984356.post-87370233212401669652008-02-10T22:37:00.000-08:002008-02-10T22:44:48.617-08:00Tak Sulit Mewujudkan Cinta Kasih<p style="text-align: justify; color: rgb(204, 51, 204);"><span class="bigtitle">Tak Sulit Mewujudkan Cinta Kasih Kita ke dalam Tindakan Nyata</span> - <span class="date">01 Agustus 2006 - 06:02 (Diposting oleh: <a href="mailto:edzaqeus@yahoo.com">Editor</a>)</span><br /><span class="leadprint"></span> </p><p style="text-align: justify; color: rgb(204, 51, 204);"><img src="http://www.pembelajar.com/nimages/Andrew_Ho.jpg" align="left" border="0" hspace="10" vspace="5" /> </p><p style="text-align: justify; color: rgb(204, 51, 204);"> <i> “Kami tidak menyia-nyiakan waktu, walaupun satu menit saja, karena kami berharap apa yang kami lakukan bisa bertahan selamanya.<br />Yang terpenting adalah mengatasi segala hal yang ada saat ini sebaik mungkin dan berhati-hati dengan apa yang sedang berlangsung saat ini.” </i><br /><b>Cheng Yen, pendiri Tzu Chi,<br /> yayasan kemanusiaan yang berpusat di Hualien- Taiwan</b></p><p style="text-align: justify; color: rgb(204, 51, 204);"> Bagaimana mewujudkan kasih sayang dan cinta kita ke dalam suatu tindakan yang berarti bagi sesama yang sedang menderita atau sedang dilanda kesusahan? Yang jelas hal itu membutuhkan kekuatan besar. Dikatakan bahwa kekuatan terbesar di dunia ini adalah kekuatan untuk memberikan sesuatu kepada orang lain dengan ikhlas, entah dalam bentuk materi, waktu, motivasi atau tenaga. </p><p style="text-align: justify; color: rgb(204, 51, 204);"> Wanita yang dianggap sebagai mahluk tidak berdaya ternyata banyak berkiprah dalam misi kemanusiaan. Beberapa diantara mereka adalah Bunda Teresa atau Master Cheng Yen. Kedua wanita tersebut telah melakukan ribuan aktifitas dalam misi kemanusiaan yang menyentuh hati ribuan manusia di seluruh penjuru dunia. Ada baiknya kita belajar dari kedua wanita tersebut tentang bagaimana membuka hati sesering mungkin dan menghiasinya dengan cahaya cinta serta menemukan jati diri kita. </p><p style="text-align: justify; color: rgb(204, 51, 204);"> Teresa menegaskan bahwa yang terpenting untuk menolong orang yang sedang tertimpa kemalangan adalah segera melakukan tindakan nyata. Cheng Yen mengungkapkan hal senada ketika diwawancarai di Hualien – Taiwan. <i> “Masyarakat harus aktif ambil bagian untuk memberikan pertolongan kepada orang-orang yang membutuhkan. Di rumah sakit yang mengharuskan pasien membayar biaya administrasi terlebih dahulu sebelum mendapatkan pertolongan akan menghabiskan banyak waktu yang sangat berharga untuk memberikan pertolongan pertama,” </i>katanya. </p><p style="text-align: justify; color: rgb(204, 51, 204);"> Semakin cepat memberikan bantuan, semakin baik. Teresa mencontohkan sebuah kelaparan yang pada saat itu sedang melanda penduduk di India. Diadakanlah konferensi di kota Bombai untuk membahas langkah-langkah penanggulangan kelaparan tersebut hingga 15 tahun ke depan. Teresa dijadwalkan hadir sebagai undangan istimewa. Tetapi wanita tersebut tersesat sehingga terlambat hadir. </p><p style="text-align: justify; color: rgb(204, 51, 204);">Dengan tergopoh-gopoh Teresa datang ke komplek gedung konferensi tersebut. Tetapi sesaat sebelum memasuki gedung, Teresa melihat seseorang yang sedang sekarat karena kelaparan. Tanpa pikir panjang ia segera membawa orang itu ke kliniknya. Namun nyawa orang itu tak dapat tertolong. Kejadian membuatnya terpukul dan menyeru kepada dunia agar tidak menghabiskan waktu terlalu lama untuk berdiskusi, tetapi segera melakukan tindakan pertolongan yang nyata. </p><p style="text-align: justify; color: rgb(204, 51, 204);"> Teresa meminta kita segera mewujudkan cinta kasih kita kepada sesama, bahkan sejak detik ini. Tidak harus dalam jumlah besar, tidak juga terlalu sedikit. Langkah yang bisa kita tempuh misalnya secara disiplin menyisihkan uang lima ratus rupiah per hari. Lima ratus perak mungkin tidak ada arti bagi kita. Tetapi jumlahnya akan sangat besar bila digabungkan dengan ribuan orang lainnya, dan dikumpulkan secara rutin. Komitmen untuk mendermakan lima ratus rupiah saja adalah wujud tindakan nyata atas kasih sayang kita kepada sesama. Bantuan sekecil apa pun nantinya akan sangat berarti bagi ribuan orang yang membutuhkan bantuan, misalnya bagi seorang ibu miskin yang harus membesarkan anak-anaknya sendirian. </p><p style="text-align: justify; color: rgb(204, 51, 204);">Misi kemanusiaan Cheng Yen, dalam sebuah organisasi kemanusiaan bernama Tzu Chi semula hanya didukung oleh 30 orang ibu rumah tangga. Mereka menyisihkan uang belanja setiap hari sebesar 50 sen atau sekitar 0,02 USD (200 rupiah jika nilai 1 USD setara dengan 10.000 rupiah). Kedermawanan Cheng Yen serta ketulusan hatinya menggerakkan puluhan ribuan orang donatur untuk sama-sama berpartisipasi dalam misi kemanusiaan tersebut. </p><p style="text-align: justify; color: rgb(204, 51, 204);">Bermula dari uang 200 rupiah, Tzu Chi aktif membantu masyarakat yang ditimpa bencana di seluruh dunia. Mereka mengirimkan bantuan kepada para korban bencana alam di seluruh dunia berupa bantuan pangan, pakaian dan obat-obatan. Tzu Chi juga mengirimkan ribuan relawan profesional untuk memberikan penanganan medis serta membantu masyarakat membangun kembali kehidupan mereka. </p><p style="text-align: justify; color: rgb(204, 51, 204);"> Dengan dibantu lebih dari 30.000 relawan profesional, Tzu Chi telah berhasil mengentaskan ribuan masyarakat miskin, memberikan pelayanan kesehatan, mendirikan ratusan rumah sakit, sekolah, pusat penelitian dan pengembangan sosial budaya untuk komunitas lokal di lusinan negara, termasuk di Indonesia. Salah satu bintang di Asia versi majalah Business Week, terbitan bulan Juli 2000 itu menunjukkan bahwa misi kemanusiaan besar dan sangat berarti bermula hanya dari tindakan kedermawanan hati yang sederhana, yaitu beramal 200 rupiah per hari. </p><p style="text-align: justify; color: rgb(204, 51, 204);"> Selain itu, Cheng Yen menjadi tokoh yang sangat berpengaruh di Taiwan. Beberapa kandidat perdana menteri Taiwan bahkan sengaja mengunjunginya untuk mohon doa restu dan dukungan. Tak dapat dipungkiri bahwa popularitas dan pengaruh besar Cheng Yen dikarenakan kedisiplinan serta upayanya yang tulus dan ikhlas dalam misi kemanusiaan. </p><p style="text-align: justify; color: rgb(204, 51, 204);"> Begitupun Bunda Teresa, namanya harum di seluruh dunia karena ketulusan hatinya. Ia tidak pernah mengharapkan imbalan apapun atas bantuan yang sudah ia berikan. <i> “Kalau kita melakukan sesuatu bantuan hanya ingin dapat nama atau penghargaan, perbuatan itu tidak akan bertahan lebih dari satu tahun. Hanya mereka yang berbuat untuk nama Tuhan, baru akan melanjutkan selama-lamanya,” </i>katanya. Satu hal yang mesti kita sadari bahwa bantuan sekecil apapun yang dilakukan dengan tulus ikhlas pastilah memberikan dampak positif terhadap diri kita entah sekarang atau nanti. </p><p style="text-align: justify; color: rgb(204, 51, 204);"> Perjuangan kedua wanita tersebut dalam misi kemanusiaan juga memberikan satu teladan kepada kita, bahwa semangat kebersamaan untuk memberi merupakan kekuatan yang luar biasa. Suatu ketika Cheng Yen kehabisan dana untuk membangun sebuah rumah sakit. Seorang donatur kaya datang lalu menawarkan bantuan dana untuk menyelesaikan proyek tersebut hingga dapat dioperasikan. Tetapi Cheng Yen menolak tawaran itu. Ia berpendapat bahwa 30 aktifitas memberi akan jauh lebih penting dibandingkan satu aktifitas saja. </p><p style="text-align: justify; color: rgb(204, 51, 204);"> Ia ingin setiap proyek untuk misi kemanusiaan, misalnya membangun rumah sakit, sekolah maupun pusat penelitian dan bantuan kemanusiaan lainnya terhadap korban bencana, menjadi sarana bagi banyak orang untuk ikut berpartisipasi dalam memberi. <i> “Percaya pada diri sendiri, bahwa apa yang ingin saya wujudkan adalah murni. Percaya pada orang lain bahwa setiap manusia pasti ada cinta, yang sedang menunggu untuk dibangkitkan,” </i>tegasnya. Dengan keyakinan itu pula, Cheng Yen berhasil menyelesaikan semua proyek kemanusiaan Tzu Chi, termasuk proyek yang paling sulit sekalipun yaitu membangun rumah sakit di beberapa tempat di seluruh dunia yang dilengkapi dengan sarana modern dan tenaga medis profesional. </p><p style="text-align: justify; color: rgb(204, 51, 204);">Beberapa hal yang terungkap, tentang kiprah Master Cheng Yen maupun Bunda Teresa dalam misi kemanusiaan, tak sulit kita ikuti. Langkah-langkah yang mereka tempuh sangat sederhana, tetapi sarat semangat kebersamaan dan ketulusan hati. Tak ada salahnya bila sejak detik ini kita tergerak untuk mengikuti langkah-langkah sederhana kedua wanita mulia itu, sekaligus membuktikan bahwa kitapun mampu memberi arti bagi orang lain. </p><div style="text-align: justify; color: rgb(204, 51, 204);"> </div><div style="text-align: justify; color: rgb(204, 51, 204);"><div style="text-align: justify;"><i>* Andrew Ho adalah seorang motivator, pengusaha, dan penulis buku-buku best seller.</i></div> </div>fadhlal kiromhttp://www.blogger.com/profile/02602735393257797630noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5648381741568984356.post-22673063355484453512008-02-10T22:34:00.000-08:002008-02-10T22:35:42.281-08:00Mendidik dan Membangun Melalui 4 Pilar<p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 153);">Pada tahun 2003 terbit sebuah buku berjudul “HEROIC LEADERSHIP. Best Practices from a 450 Year Old Company that Changed the World”, yang ditulis oleh Chris Lowney. Kemudian pada tahun 2005 diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul “Praktik Terbaik ‘Perusahaan’ Berumur 450 Tahun yang Mengubah Dunia”. Barangkali banyak dari antara kita yang sudah membacanya dan memperoleh sesuatu dari situ.</p><div style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 153);"> </div><p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 153);">Pokok perhatian buku ini adalah soal kepemimpinan, lebih khusus lagi kepemimpinan yang diinspirasikan oleh para Yesuit, sejak awal pendirian Serikat Yesus (tahun 1540) sampai dengan detik ini. Disampaikan kepada kita bagaimana sang Pendiri Yesuit, Ignatius de Loyola, dan kelompok awal mewariskan sebuah modus kepemimpinan yang mendobrak trend zamannya, bertahan terus sampai sekarang, dan mulai mencuat sebagai trendsetter model kepemimpinan zaman ini. Ada empat prinsip yang ditawarkan mengenai kepemimpinan: kita semua memimpin sepanjang waktu, maka kita adalah pemimpin; kepemimpinan timbul dari dalam; kepemimpinan adalah cara hidup,<em> the way of life</em>; menjadi pemimpin adalah proses pengembangan diri terus menerus. Model kepemimpinan seperti ini disebut <em>corporate culture</em>, yang meyakini bahwa kepemimpinan tidak dibatasi oleh kesempatan, tetapi oleh mutu respons seseorang. Kepemimpinan seperti ini dikembangkan dan dibangun atas dasar empat pilar yang oleh para Yesuit disebut <em>nuestro modo de proceder</em> (the way we do things).<span id="more-106"></span></p><div style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 153);"> </div><p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 153);">Kalau ditelaah lebih jauh, model kepemimpinan seperti ini bukanlah monopoli Ignatius de Loyola dan para Yesuit. Banyak orang atau pihak yang memiliki dan telah mempraktikkannya. Hanya apakah itu sungguh disadari benar, inilah yang membedakan. Nah, pada titik inilah saya tergelitik dan tersadarkan bahwa model itu ada dalam Kongregasi saya, dan sungguh telah diangkat pada tataran praksis oleh Pater Berthier, sang Pendiri. Lewat angle dan teropong pandang inilah, saya menemukan perspektif lain dan inspirasi dari sosok pribadi Pater Berthier. Mari kita meneropong kehidupan P. Berthier dengan teropong ini dan semoga memperoleh inspirasi dari situ.</p><div style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 153);"> </div><p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 153);"><strong>Empat Pilar</strong></p><div style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 153);"> </div><p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 153);">Kepemimpinan yang dibangun di atas keempat pilar akan menciptakan substansi kepemimpinan : kesadaran diri (<em>self-awareness</em>), ingenuitas (<em>ingenuity</em>), cinta kasih (<em>love</em>), dan semangat heroisme (<em>heroism</em>)</p><div style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 153);"> </div><p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 153);"><strong>Self-awareness.</strong> Kesadaran diri berarti seseorang memahami siapa dirinya dan apa yang dianggap bernilai, dengan menjadi sadar akan titik-titik kelemahan yang tersembunyi atau kelemahan-kelemahan yang dapat membuat dia menyimpang, dan dengan memelihara kebiasaan refleksi diri dan belajar tanpa henti. P. Berthier tahu betul siapa dirinya dan apa yang bernilai baginya. Dia memutuskan untuk menjadi imam dan bergabung dengan para misionaris La Salette (MS). Imamat baginya bukan cita-cita, melainkan panggilan hidup. Maka ia sungguh mempersiapkan dirinya untuk karyanya sebagai imam. Dia belajar sungguh-sungguh dan memanfaatkan semua bakat serta waktu yang dimiliki, bahkan sampai mengucapkan kaul waktu. Kondisi fisik dan kesehatannya yang kurang mendukung tidak menjadi alasan untuk permisif terhadap diri sendiri. Kita mewarisi banyak karyanya dalam bentuk buku dan tulisan. Tapi bukan itu yang terpenting. Hal yang terpenting adalah semangat yang mampu menghasilkan itu semua.</p><div style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 153);"> </div><p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 153);">Hanya orang yang tahu siapa dirinya dan apa yang diinginkannya dapat mengejarnya dengan penuh semangat dan mengilhami orang lain untuk berbuat demikian. Hanya orang yang telah mampu menandai kelemahan-kelemahannya sendiri dapat mengatasi kelemahan-kelemahan itu. Kesadaran diri tidak pernah menjadi produk instan yang sekali jadi dan mudah diperoleh di toko-toko.</p><div style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 153);"> </div><p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 153);"><strong>Ingenuity. </strong>Ingenuitas berarti kemampuan membuat diri sendiri dan orang lain merasa nyaman hidup dalam dunia yang terus berubah. Seseorang ingin sekali mengeksplorasi gagasan, pendekatan, dan budaya baru, bukannya bersikap defensif menarik diri dari apa yang diam-diam menghadang di tikungan hidup selanjutnya. Tertambat pada nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang tak dapat ditawar, seseorang dengan semangat ingenuitas memelihara sikap « lepas bebas » yang memungkinkan ia beradaptasi dengan penuh keyakinan diri. Dengan bahasa lain, orang dengan semangat ingenuitas hidup dengan satu kaki terangkat untuk selalu siap sedia merespons setiap peluang yang muncul.</p><div style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 153);"> </div><p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 153);">Situasi MS yang diancam oleh kekurangan tenaga dipecahkan P. B erthier dengan gagasan brilian mendirikan sekolah apostolik. Tidak sekedar meniru sekolah apostolik yang sudah ada, dia mendirikan dengan gaya dan pendekatan sendiri. Anjuran Sri Paus akan tenaga misionaris dan banyaknya panggilan terlambat ditanggapi oleh P. Berthier dengan mendirikan Kongregasi MSF. Kekerasan hati para pembesar MS tidak menamatkan cita-citanya. Ia terus mencari cara dan terobosan demi memenuhi tenaga pekerja di kebun karet Tuhan. Situasi Prancis yang tidak memungkinkan memulai karya baru ini, mengarahkannya ke Grave, Belanda. Kekurangan tenaga pengajar di Grave diatasi dengan sistem kakak membimbing adik. Ia berusaha merespons peluang yang diberikan Tuhan. Bukan seberapa besar peluang yang datang, tapi seberapa besar respons yang diberikan kepada setiap peluang yang ada. P. Berthier menjadikan seluruh dunia rumahnya sendiri, tempat ia dengan nyaman bermain, belajar, berdoa, dan tinggal di dalamnya. P. Berthier membebaskan diri dari kebiasaan-kebiasaan, prasangka-prasangka, preferensi-preferensi budaya yang diwarisi, dan sikap ‘kita selalu menempuh cara ini’ – barang bawaan yang menghambat respons adaptif yang cepat.</p><div style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 153);"> </div><p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 153);"><strong>Love. </strong>Cinta kasih : dengan cinta kasih yang lebih besar daripada ketakutan. Dengan cinta kasih, seseorang menghadapi dunia dengan pemahaman yang sehat dan yakin tentang diri sendiri yang dianugerahi bakat, harkat, dan potensi untuk memimpin. Sifat-sifat yang sama ini ditemukan juga dalam diri orang-orang lain dan dengan semangat berkobar berkomitmen untuk menghormati dan membuka tali kekang potensi yang ada dalam dirinya dan orang-orang lain itu. Mereka menciptakan lingkungan yang terikat dan disemangati oleh kesetiaan, afeksi, dan sikap saling mendukung. Jangan pernah menolak orang yang berbakat, juga siapa pun yang berkualitas.</p><div style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 153);"> </div><p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 153);">Kita masih ingat bagaimana komunitas pertama di Grave berjuang untuk survive. Banyak yang masuk dan banyak pula yang keluar, sampai akhirnya terbentuk semacam komunitas inti. Kita juga tentu ingat rasa hormat dan kagum yang diberikan para siswa kepada P. Berthier. Rumah yang ditandai oleh kemiskinan teramat ekstrem memancarkan cahaya yang gilang gemilang sebagai surga bagi benih pertama MSF berkat semangat cinta kasih ini. P. Berthier menggoreskan teori dan memberikan pelajaran cinta kasih lewat praksis yang dirajut dalam hidup bersama dengan para siswa. Potensi setiap anggota komunitas dibuka demi hidup bersama yang lebih baik. Mereka mendapat semangat dengan bekerja sama dan untuk rekan yang menghargai, mempercayai, dan mendukung mereka. Komunitas ini diikat dengan kesetiaan dan afeksi, bukan dicabik-cabik dengan praktik menusuk dari belakang dan kebiasaan saling menyalahkan atas peristiwa yang sudah terjadi.</p><div style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 153);"> </div><p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 153);">Semangat cinta kasih yang ditunjukkan P. Berthier dan komunitas purba MSF jauh lebih besar dari ketakutan akibat perbedaan budaya dan bahasa, situasi kemiskinan yang ekstrem, dan masa depan yang masih menggantung di awang-awang.</p><div style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 153);"> </div><p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 153);"><strong>Heroism. </strong>Semangat heroisme membayangkan masa depan yang inspiratif dan berjuang untuk mewujudkannya ketimbang pasif menyaksikan masa depan terjadi di sekeliling kita. Pahlawan dan pemenang mengeluarkan emas dari peluang yang ada daripada menunggu peluang emas disodorkan kepada mereka. Semangat heroisme membangkitkan hasrat yang besar. Ini semacam daya magis yang melecut diri untuk selalu menghasilkan lebih. Seseorang dengan dorongan magis ini tidak pernah puas melaksanakan kewajiban an sich atau menerima status quo, melainkan cenderung gelisah mencari sesuatu yang lebih, sesuatu yang lebih besar. Dengan kata lain, orang akan selalu gelisah untuk sampai pada limit rahmat yang diterimanya dari Allah. Ia akan bersikap seolah-olah dunia tergantung pada apa yang sedang dikerjakannya.</p><div style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 153);"> </div><p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 153);">P. Berthier tidak pernah puas dengan pelajaran yang diterimanya di sekolah dan seminari. Ia menambah dan memperkaya diri dengan macam-macam bahan demi karyanya sebagai imam. Daya magis yang hidup dalam dirinya memampukan ia pergi ke Belanda hanya dengan satu koper butut dan basis finansial yang kurang memadai. Ia menggantungkan cita-citanya di langit dan berusaha keras terbang meraihnya. Ketika karya misi di Norwegia dan Kalimantan dan Jawa ditawarkan kepada Kongregasi yang masih muda itu, para pendahulu kita tanpa ragu menyabetnya dan menghasilkan emas dari peluang itu. Para pendahulu kita di Kalimantan juga dengan semangat magis yang berkobar menjelajah hutan dan sungai Kalimantan menyebarkan warta suka cita pembebasan tahun rahmat Tuhan telah datang. Kini kita dengan penuh hormat kagum memandang keempat keuskupan dan banyak karya yang menjadi bukti semangat heroik mereka. Apakah kita siap dan mampu mengembangkan karya-karya itu dengan semangat heroisme yang sama ?</p><div style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 153);"> </div><p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 153);"><strong>So, what ?</strong></p><div style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 153);"> </div><p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 153);">Kesadaran diri, ingenuitas, cinta kasih, dan heroisme. Bukanlah empat tekhnik, melainkan empat prinsip yang membentuk sebuah cara hidup, sebuah <em>modo de proceder</em> (cara bertindak). P. Berthier tidak pernah mengajarkan keempat pilar ini. Ia menghidupinya dan menularkannya kepada para siswa, dan para siswa menyampaikannya kepada kita kini dan di sini. P. Berthier adalah pemimpin dan membentuk kita menjadi pemimpin juga. Ia mengeluarkan kemampuan memimpin kita masing-masing sebagai anggota MSF.</p><div style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 153);"> </div><p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 153);">Dengan perkataan lain, P. Berthier memperlengkapi para calon MSF untuk berhasil dengan membentuk kita menjadi pemimpin yang :</p><div style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 153);"> </div><ul style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 153);"><li>memahami kekuatan, kelemahan, nilai-nilai, dan pandangan hidup kita</li><li>berinovasi dan beradaptasi dengan yakin untuk merangkul seluruh dunia</li><li>membangun kontak dengan orang lain dalam sikap yang positif, penuh cinta kasih</li><li>menyemangati diri sendiri dan orang lain dengan ambisi-ambisi heroik.</li></ul><div style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 153);"> </div><p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 153);">Apakah kita sudah tertular virus P. Berthier ini ???</p>fadhlal kiromhttp://www.blogger.com/profile/02602735393257797630noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5648381741568984356.post-3667484725151017062008-02-10T22:27:00.000-08:002008-02-10T22:28:41.771-08:00MEMBANGUN CINTA KASIH TERHADAP ANAK<p style="color: rgb(51, 204, 0);" align="center"><b><span style="font-size:130%;">7 CARA MENCIPTAKAN CINTA KASIH </span></b></p> <p style="color: rgb(51, 204, 0);" align="center"><b><span style="font-size:130%;">DALAM DIRI ANAK</span></b></p> <p style="color: rgb(51, 204, 0);" align="justify">Salah satu kebutuhan dasar anak-anak adalah cinta kasih. Ketika seorang anak mendapatkan dirinya dicintai, kelak ia akan berkembang menjadi anak yang tahu mencintai orang tua, mencintai dirinya, dan mencintai orang lain. Sesungguhnya orang yang mengenal dicintai dan mencintai adalah kebahagiaan hidup yang sejati.</p> <p style="color: rgb(51, 204, 0);" align="justify">Apakah Saudara merindukan agar anak-anak Saudara dapat menjadi anak yang bertumbuh dalam cinta kasih yang membawa kebahagiaan? Bukan kebencian, kepahitan dan dendam yang membawa penderitaan dan kesusahan? Kalau ya, ikutilah tujuh cara di bawah ini.</p> <ol style="color: rgb(51, 204, 0);"><li><b>PERLIHATKAN CINTA KASIH ANTARA SUAMI DAN ISTRI</b></li><p align="justify">Hampir semua karakter anak-anak dipelajari dari meniru orang tua mereka. Jika anak-anak sering melihat orang tuanya bertengkar, marah-marah, saling membenci, saling menghina dan saling memusuhi, secara tidak sadar otak dan hatinya akan merekam semua peristiwa yang menyakitkan tersebut. Lama-kelamaan anak-anak akan bertumbuh menjadi anak yang juga berwatak keras, pembenci, dendam, suka bertengkar, bermusuhan, dan tidak tahu mengasihi.</p><li><b>MENERIMA ANAK SEBAGAIMANA ADANYA</b></li><p align="justify">Semua anak adalah unik. Artinya tidak ada dua orang anak yang sama 100% walaupun mereka kembar. Sebab itu orang tua harus mampu mengenal dan menemukan keunikan anaknya masing-masing. Selanjutnya orang tua harus menerima keberadaan anaknya secara utuh tanpa harus membanding-bandingkan dengan anak yang lain. Maka, anak tersebut akan bertumbuh menjadi anak yang percaya diri, tahu menghargai diri, dan tahu menghargai orang lain.</p><p align="justify">Sebaliknya jika orang tua menuntut anaknya menjadi seperti orang lain, mis: meniru kakaknya, atau menjadi seperti ayah, atau ibu, atau "seseorang" lain, anak tersebut akan merasakan "tekanan" pada dirinya, yang pada akhirnya mengakibatkan frustrasi, depresi, atau kebencian terhadap orang tua. Alhasil, anaknya tidak merasakan dicintai, dan tidak akan pernah belajar mencintai pula.</p><li><b>MENGHARGAI ANAK MELEBIHI MATERI</b></li><p align="justify">Ada sebagian orang tua yang begitu mementingkan materi (uang, harta benda) sehingga tidak perna ada waktu yang disediakan bagi anak; atau bahkan ada yang tidak sungkan-sungkan mempertaruhkan nilai moral dan harga diri demi sejumlah uang. Misalnya: berdusta, berjudi, melanggar hukum, atau melakukan kejahatan lainnya. Hal-hal ini akan membuat anak memiliki konsep yang salah terhadap nilai seorang manusia. Dia akan bertumbuh menjadi seorang yang lebih menghargai materi daripada harga dirinya, atau harga diri orang lain. Materi baginya segala-galanya seperti yang diterima dan dialami dalam keluarganya.</p><p align="justify">Setelah dia dewasa, dia akan lebih mencintai uang daripada mencintai orang tua; lebih mementingkan uang daripada harga dirinya atau nyawanya; dan tidak pernah akan belajar menghargai manusia lebih daripada materi dan harta benda lainnya. Ini sangat berbahaya.</p><li><b>MELAKUKAN TINDAKAN KASIH YANG NYATA</b></li><p align="justify">Cinta kasih bukanlah kata benda, melainkan kata kerja. Dengan kata lain, cinta kasih haruslah dipraktikkan dalam perbuatan-perbuatan baik dan nyata. Kasih tidak ada gunanya jika hanya dibicarakan, didiskusikan, dan diperdebatkan. Orang tua yang ingin anaknya kelak memiliki watak cinta kasih, hendaklah mulai menanamkan perbuatan-perbuatan baik kepada anak-anaknya sejak umur dini. Untuk itu seringkali dibutuhkan kerelaan untuk berkorban bagi anak-anak; bukan saja secara materi, yang lebih penting adalah waktu, perhatian, tenaga, dan bantuan-bantuan lainnya.</p><p align="justify">Anak yang mengalami tindakan-tindakan kasih dari orang tuanya akan bertumbuh menjadi seorang yang berjiwa besar dan berhati lembut dan berwatak rela untuk menolong siapa saja yang membutuhkan. Kelak, dia akan sangat berterima kasih kepada orang tuanya, dan akan sangat mencintai mereka, serta menjadi berkat bagi banyak orang lain.</p><li><b>SUKA MENDENGARKAN ANAK</b></li><p align="justify">Pada umumnya orang tua cenderung membangun komunikasi satu arah dengan anaknya, yaitu hanya memberikan nasihat, menggurui, dan menuntut sang anak mendengarkan, taat, dan mendengarkan. Anak tidak diijinkan banyak bicara apalagi membantah. Akibatnya tidak sedikit anak yang "tertekan", "main pintu belakang, diam-diam memberontak atau terang-terangan menunjukkan kebencian terhadap orang tuanya, karena mereka merasakan haknya untuk berbicara dan didengar telah direbut oleh orang tuanya.</p><p align="justify">Jika orang tua ingin anaknya menciptakan pertumbuhan yang normal dan sehat pada anak, khususnya memiliki watak dan pribadi yang tahu mencintai dan menghargai orang lain, maka adalah mutlak orang tua harus mengahargai hak anak untuk berbicara dan didengarkan. Memang tidak mudah. Namun tidak berarti mustahil bukan? Orang tua perlu menyediakan waktu untuk mendengarkan anak-anaknya berbicara, mengeluh, menyampaikan ketidak-setujuan, mengajukan pendapatnya, bahkan menyatakan protesnya. Janganlah mendengarkan sambil membaca koran, menonton TV, atau mengerjakan sesuatu yang lain. Belajarlah menghargai mereka dengan mendengarkan secara serius dan penuh perhatian serta memandang matanya. Setelah itu barulah orang tua mengarahkan anaknya ke jalan yang benar melalui komunikasi dua arah. Sesungguhnya, komunikasi itu bukan saja berbicara, tetapi mendengarkan. Ya. Mendengarkan.</p><li><b>PERCAYA KEPADA ANAK</b></li><p align="justify">Anak yang dipercayai perkataannya dan perbuatannya oleh orang tuanya akan merasakan dirinya diakui eksistansinya, dihargai, dan dicintai. Sebaliknya anak yang sering dicurigai - biasanya karena pernah berdusta atau melakukan kesalahan - akan merasakan dirinya tidak berguna lagi. Walaupun ia sudah mencoba berubah dan melakukan hal-hal yang benar, namun orang tua tidak pernah sungguh-sungguh memaafkannya dan mempercayainya. Akibatnya ia akan merasa tidak berharga, najis, tidak dimiliki, dan ia akan nekad untuk melakukan hal-hal yang lebih jahat lagi. Mungkin mottonya: "Toh, sudah kepalang basah, dan tidak pernah dipercaya lagi, untuk apa saya berbuat baik dan mengasihi mereka? Sekalian saja saya rusak!"</p><p align="justify">Sebaliknya jika orang tua mengenal ketidak-sempurnaan manusia, ia akan belajar memaafkan kesalahan, menerima kembali anak secara utuh, dan mempercayai anaknya sepenuhnya. Hal ini akan membuat anak merasakan dicintai, diterima, dan dipulihkan dari segala kelemahan dan kesalahannya. Akibatnya segala kepahitan, atau kebencian, atau luka-luka batin akan sembuh dan digantikan dengan sukacita, damai, rasa aman, penuh semangat, dan percaya diri. Semua ini akan membangun watak cinta kasih yang sangat mulia.</p><li><b>MEMBAGI PENGALAMAN</b></li></ol> <dir style="color: rgb(51, 204, 0);"> <p align="justify">Pengalaman adalah guru yang terbaik. Namun jarang sekali orang tua yang mau membagi-bagikan pengalaman pribadi mereka kepada anak-anaknya. Mungkin ada pengalaman yang kurang baik, menyakitkan, atau kurang membangun. Namun sesungguhnya melalui pembagian pengalaman inilah anak-anak akan belajar fakta-fakta hidup yang sebenarnya. Selain itu anak akan diajar untuk terbuka karena orang tua berani untuk membuka dirinya.</p> <p align="justify">Keterbukaan adalah salah satu syarat mutlak untuk menciptakan watak cinta kasih. Karena kasih itu jujur dan terbuka, berani mengaku salah, dan rela memaafkan. Pengalaman yang pahit ataupun manis, berhasil ataupun gagal, baik atau buruk, memiliki pelajaran yang sama berharganya bagi anak-anak. Mereka akan merasakan dilibatkan dalam kehidupan yang sesungguhnya, dihargai, dicintai. Plus, mereka akan tahu menghargai dan mencintai kehidupan ini, serta mengasihi orang tuanya sebagaimana adanya.</p></dir> <p style="color: rgb(51, 204, 0);" align="justify">Saudara, mari kita belajar bersama untuk menciptakan anak-anak yang bertumbuh dan berkembang dalam cinta kasih; mengalami apa itu dicintai dan mencintai. Karena inilah sesungguhnya makna dan tujuan membangun keluarga yang sehat dan bahagia. <b>(GI. Eddy Fances-Indonesian Journal _ Sept. 2000)</b></p>fadhlal kiromhttp://www.blogger.com/profile/02602735393257797630noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5648381741568984356.post-3650405513942178152008-02-10T21:12:00.000-08:002008-02-10T21:18:54.462-08:0024 Kunci Membina Keluarga Sakinah<h3 class="storytitle"><a href="http://khuclukz.wordpress.com/2006/12/19/24-pedoman-membina-rumah-tangga-sakinah/" rel="bookmark">24 pedoman membina rumah tangga sakinah…</a></h3> <div class="meta">Filed under: <a href="http://wordpress.com/tag/info-rada-penting/" title="View all posts in info rada penting" rel="category tag">info rada penting</a> — khuclukz @ 7:42 am<br /></div> <p style="margin-left: 1.5pt;"><span style="font-family:Courier New;font-size:85%;color:#800000;"><span style="font-size: 10pt; color: maroon;">oleh2 dari perbincangan hangat dengan seorang teman di lab. software.</span></span></p> <p style="margin-left: 1.5pt;"><span style="font-family:Courier New;font-size:85%;color:#800000;"><span style="font-size: 10pt; color: maroon;">semoga bermanfaat.</span></span></p> <p style="margin-left: 1.5pt;"><span style="font-family:Courier New;font-size:85%;color:#800000;"><span style="font-size: 10pt; color: maroon;"></span></span></p> <ol style="text-align: justify;"><li><span style="font-family:Courier New;font-size:85%;color:#800000;"><span style="font-size: 10pt; color: maroon;">Jangan tertarik kepada seseorang karena parasnya, sebab keelokan paras apat menyesatkan.<br />Jangan pula tertarik kepada kekayaannya,karena kekayaan dapat musnah.<br />Tertariklah kepada seseorang yang dapat membuatmu tersenyum, karena hanya senyum yang<br />dapat membuat hari-hari yang gelap menjadi cerah. Semoga kamu menemukan orang seperti itu.</span></span></li><li><span style="font-family:Courier New;font-size:85%;color:#000080;"><span style="font-size: 10pt; color: navy;">Ada saat-saat dalam hidup ketika kamu sangat merindukan seseorang<br />sehingga ingin hati menjemputnya dari alam mimpi dan memeluknya dalam alam nyata.<br />Semoga kamu memimpikan orang seperti itu.</span></span></li><li><span style="font-family:Courier New;font-size:85%;color:#008000;"><span style="font-size: 10pt; color: green;">Bermimpilah tentang apa yang ingin kamu impikan, pergilah ke tempat<br />tempat kamu ingin pergi, jadilah seperti yang kamu inginkan, karena kamu<br />hanya memiliki satu kehidupan dan satu kesempatan untuk melakukan hal-hal<br />yang ingin kamu lakukan.</span></span></li><li><span style="font-family:Courier New;font-size:85%;color:#808000;"><span style="font-size: 10pt; color: olive;">Semoga kamu mendapatkan kebahagiaan yang cukup untuk membuatmu baik<br />hati,cobaan yang cukup untuk membuatmu kuat, kesedihan yang cukup untuk<br />membuatmu manusiawi, pengharapan yang cukup untuk membuatmu bahagia dan<br />uang yang cukup untuk membeli hadiah-hadiah.</span></span></li><li><span style="font-family:Courier New;font-size:85%;color:#800080;"><span style="font-size: 10pt; color: purple;">Ketika satu pintu kebahagiaan tertutup, pintu yang lain dibukakan.<br />Tetapi acapkali kita terpaku terlalu lama pada pintu yang tertutup<br />sehingga tidak melihat pintu lain yang dibukakan bagi kita.</span></span></li><li><span style="font-family:Courier New;font-size:85%;color:#008080;"><span style="font-size: 10pt; color: teal;">Sahabat terbaik adalah dia yang dapat duduk berayun-ayun di beranda<br />bersamamu, tanpa mengucapkan sepatah katapun, dan kemudian kamu<br />meninggalkannya dengan perasaan telah bercakap-cakap lama dengannya.</span></span></li><li><span style="font-family:Courier New;font-size:85%;color:#800000;"><span style="font-size: 10pt; color: maroon;">Sungguh benar bahwa kita tidak tahu apa yang kita milik sampai kita<br />kehilangannya, tetapi sungguh benar pula bahwa kita tidak tahu apa yang<br />belum pernah kita miliki sampai kita mendapatkannya.</span></span></li><li><span style="font-family:Courier New;font-size:85%;color:#0000ff;"><span style="font-size: 10pt; color: blue;">Pandanglah segala sesuatu dari kacamata orang lain. Apabila hal itu<br />menyakitkan hatimu, sangat mungkin hal itu menyakitkan hati orang itu pula.</span></span></li><li><span style="font-family:Courier New;font-size:85%;color:#ff00ff;"><span style="font-size: 10pt; color: fuchsia;">Kata-kata yang diucapkan sembarangan dapat menyulut perselisihan.<br />Kata-kata yang kejam dapat menghancurkan suatu kehidupan. Kata-kata yang<br />diucapkan pada tempatnya dapat meredakan ketegangan. Kata-kata yang penuh<br />cinta dapat menyembuhkan dan memberkahi.</span></span></li><li><span style="font-family:Courier New;font-size:85%;color:#008080;"><span style="font-size: 10pt; color: teal;">Awal dari cinta adalah membiarkan orang yang kita cinta menjadi<br />dirinya sendiri, dan tidak merubahnya menjadi gambaran yang kita inginkan.<br />Jika tidak, kita hanya mencintai pantulan diri sendiri yang kita temukan di dalam dia.</span></span></li><li><span style="font-family:Courier New;font-size:85%;color:#ff0000;"><span style="font-size: 10pt; color: red;">Orang-orang yang paling berbahagia tidak selalu memiliki hal-hal<br />terbaik, mereka hanya berusaha menjadikan yang terbaik dari setiap hal<br />yang hadir dalam hidupnya.</span></span></li><li><span style="font-family:Courier New;font-size:85%;color:#000000;"><span style="font-size: 10pt; color: black;"></span></span><span style="font-family:Courier New;font-size:85%;color:#808080;"><span style="font-size: 10pt; color: gray;"> Mungkin Tuhan menginginkan kita bertemu dengan beberapa orang yang salah<br />sebelum bertemu dengan orang yang tepat, kita harus mengerti bagaimana<br />berterima kasih atas karunia itu.</span></span></li><li><span style="font-family:Courier New;font-size:85%;color:#ff00ff;"><span style="font-size: 10pt; color: fuchsia;">Hanya diperlukan waktu semenit untuk menaksir seseorang, sejam untuk<br />menyukai seseorang dan sehari untuk mencintai seseorang, tetapi diperlukan<br />waktu seumur hidup untuk melupakan seseorang.</span></span></li><li><span style="font-family:Courier New;font-size:85%;color:#008000;"><span style="font-size: 10pt; color: green;">Kebahagiaan tersedia bagi mereka yang menangis, mereka yang disakiti<br />hatinya, mereka yang mencari dan mereka yang mencoba. Karena hanya mereka<br />itulah yang menghargai pentingnya orang-orang yang pernah hadir dalam<br />hidup mereka.</span></span></li><li><span style="font-family:Courier New;font-size:85%;color:#800080;"><span style="font-size: 10pt; color: purple;">Cinta adalah jika kamu kehilangan rasa, gairah, romantika dan masih<br />tetap peduli padanya.</span></span></li><li><span style="font-family:Courier New;font-size:85%;color:#800000;"><span style="font-size: 10pt; color: maroon;">Hal yang menyedihkan dalam hidup adalah ketika kamu bertemu seseorang<br />yang sangat berarti bagimu dan mendapati pada akhirnya bahwa tidak<br />demikian adanya dan kamu harus melepaskannya.</span></span></li><li><span style="font-family:Courier New;font-size:85%;color:#000080;"><span style="font-size: 10pt; color: navy;">Cinta dimulai dengan sebuah senyuman, bertumbuh dengan sebuah ciuman<br />dan berakhir dengan tetesan air mata.</span></span></li><li><span style="font-family:Courier New;font-size:85%;color:#808000;"><span style="font-size: 10pt; color: olive;">Cinta datang kepada mereka yang masih berharap sekalipun pernah<br />dikecewakan, kepada mereka yang masih percaya sekalipun pernah<br />dikhianati,kepada mereka yang masih mencintai sekalipun pernah disakiti<br />hatinya.</span></span></li><li><span style="font-family:Courier New;font-size:85%;color:#0000ff;"><span style="font-size: 10pt; color: blue;">Sungguh menyakitkan mencintai seseorang yang tidak mencintaimu,<br />tetapi yang lebih menyakitkan adalah mencintai seseorang dan tidak pernah<br />memiliki keberanian untuk mengutarakan cintamu kepadanya.</span></span></li><li><span style="font-family:Courier New;font-size:85%;color:#ff0000;"><span style="font-size: 10pt; color: red;">Masa depan yang cerah selalu tergantung kepada masa lalu yang<br />dilupakan,kamu tidak dapat hidup terus dengan baik jika kamu tidak<br />melupakan kegagalan dan sakit hati di masa lalu.</span></span></li><li><span style="font-family:Courier New;font-size:85%;color:#808080;"><span style="font-size: 10pt; color: gray;">Jangan pernah mengucapkan selamat tinggal jika kamu masih mau<br />mencoba,jangan pernah menyerah jika kamu masih merasa sanggup jangan<br />pernah mengatakan kamu tidak mencintainya lagi jika kamu masih tidak dapat melupakannya.</span></span></li><li><span style="font-family:Courier New;font-size:85%;color:#ff00ff;"><span style="font-size: 10pt; color: fuchsia;">Memberikan seluruh cintamu kepada seseorang bukanlah jaminan dia akan<br />membalas cintamu! Jangan mengharapkan balasan cinta, tunggulah sampai<br />cinta berkembang di hatinya, tetapi jika tidak, berbahagialah karena cinta tumbuh dihatimu.</span></span></li><li><span style="font-family:Courier New;font-size:85%;color:#008080;"><span style="font-size: 10pt; color: teal;">Ada hal-hal yang sangat ingin kamu dengar tetapi tidak akan pernah<br />kamu dengar dari orang yang kamu harapkan untuk mengatakannya. Namun demikian<br />janganlah menulikan telinga untuk mendengar dari orang yang mengatakannya<br />dengan sepenuh hati.</span></span></li><li><span style="font-family:Courier New;font-size:85%;color:#800000;"><span style="font-size: 10pt; color: maroon;">Waktu kamu lahir, kamu menangis dan orang-orang disekelilingmu tersenyum<br />jalanilah hidupmu sehingga pada waktu kamu meninggal, kamu tersenyum dan<br />orang-orang disekelilingmu menangis.<br /></span></span></li></ol> <span style="font-family:Courier New;font-size:85%;color:#800000;"><span style="font-size: 10pt; color: maroon;"></span></span>fadhlal kiromhttp://www.blogger.com/profile/02602735393257797630noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5648381741568984356.post-47840757894195776382008-02-10T21:09:00.000-08:002008-02-10T21:10:23.374-08:00Membina Rumah Tangga<p align="justify">Setiap insan yang hidup pasti menginginkan dan mendambakan suatu kehidupan yang bahagia, tentram, sejahtera, penuh dengan keamanan dan ketenangan atau bisa dikatakan kehidupan yang sakinah, karena memang sifat dasar manusia adalah senantiasa condong kepada hal-hal yang bisa menentramkan jiwa serta membahagiakan anggota badannya, sehingga berbagai cara dan usaha ditempuh untuk meraih kehidupan yang sakinah tersebut.</p> <p align="justify">Pembaca yang budiman, sesungguhnya sebuah kehidupan yang sakinah, yang dibangun diatas rasa cinta dan kasih sayang, tentu sangat berarti dan bernilai dalam sebuah rumah tangga. Betapa tidak, bagi seorang pria atau seorang wanita yang akan membangun sebuah rumah tangga melalui tali pernikahan, pasti berharap dan bercita-cita bisa membentuk sebuah rumah tangga yang sakinah, ataupun bagi yang telah menjalani kehidupan berumah tangga senantiasa berupaya untuk meraih kehidupan yang sakinah tersebut.<span id="more-113"></span></p> <p align="justify"><strong>HAKEKAT KEHIDUPAN RUMAH TANGGA YANG SAKINAH</strong></p> <p align="justify">Pembaca yang budiman, telah disebutkan tadi bahwasanya setiap pribadi, terkhusus mereka yang telah berumah tangga, pasti dan sangat berkeinginan untuk merasakan kehidupan yang sakinah, sehingga kita menyaksikan berbagai macam cara dan usaha serta berbagai jenis metode ditempuh, yang mana semuanya itu dibangun diatas presepsi yang berbeda dalam mencapai tujuan kehidupan yang sakinah tadi. Maka nampak di pandangan kita sebagian orang ada yang berusaha mencari dan menumpuk harta kekayaan sebanyak-banyaknya, karena mereka menganggap bahwa dengan harta itulah akan diraih kehidupan yang sakinah. Ada pula yang senantiasa berupaya untuk menyehatkan dan memperindah tubuhnya, karena memang di benak mereka kehidupan yang sakinah itu terletak pada kesehatan fisik dan keindahan bentuk tubuh. Disana ada juga yang berpandangan bahwa kehidupan yang sakinah bisa diperoleh semata-mata pada makanan yang lezat dan beraneka ragam, tempat tinggal yang luas dan megah, serta pasangan hidup yang rupawan, sehingga mereka berupaya dengan sekuat tenaga untuk mendapatkan itu semua. Akan tetapi, pembaca yang budiman, perlu kita ketahui dan pahami terlebih dahulu apa sebenarnya hakekat kehidupan yang sakinah dalam sebuah kehidupan rumah tangga.</p> <p align="justify">Sesungguhnya hakekat kehidupan yang sakinah adalah suatu kehidupan yang dilandasi mawaddah warohmah (cinta dan kasih sayang) dari Allah subhanahu wata’ala Pencipta alam semesta ini. Yakni sebuah kehidupan yang dirihdoi Allah, yang mana para pelakunya/orang yang menjalani kehidupan tersebut senantiasa berusaha dan mencari keridhoan Allah dan rasulNya, dengan cara melakukan setiap apa yang diperintahkan dan meninggalkan segala apa yang dilarang oleh Allah dan rasulNya.</p> <p align="justify">Maka kesimpulannya, bahwa hakekat sebuah kehidupan rumah tangga yang sakinah adalah terletak pada realisasi/penerapan nilai-nilai agama dalam kehidupan berumah tangga yang bertujuan mencari ridho Allah subhanahu wata’ala. Karena memang hakekat ketenangan jiwa (sakinah) itu adalah ketenangan yang terbimbing dengan agama dan datang dari sisi Allah subhanahu wata’ala, sebagaimana firman Allah (artinya):</p> <p align="justify">“Dia-lah yang telah menurunkan sakinah (ketenangan) ke dalam hati orang-orang yang beriman agar keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada).” (Al Fath: 4)</p> <p align="justify"><strong>BIMBINGAN RASULULLAH DALAM KEHiDUPAN BERUMAH TANGGA</strong></p> <p align="justify">Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam selaku uswatun hasanah (suri tauladan yang baik) yang patut dicontoh telah membimbing umatnya dalam hidup berumah tangga agar tercapai sebuah kehidupan rumah tangga yang sakinah mawaddah warohmah. Bimbingan tersebut baik secara lisan melalui sabda beliau shalallahu ‘alaihi wasallam maupun secara amaliah, yakni dengan perbuatan/contoh yang beliau shalallahu ‘alaihi wasallam lakukan. Diantaranya adalah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam senantiasa menghasung seorang suami dan isteri untuk saling ta’awun (tolong menolong, bahu membahu, bantu membantu) dan bekerja sama dalam bentuk saling menasehati dan saling mengingatkan dalam kebaikan dan ketakwaan, sebagaimana sabda beliau shalallahu ‘alaihi wasallam:</p> <p align="right"><span style="font-family:Traditional Arabic;font-size:180%;">اسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ فَإِنَّ الْمَرْأَةَ خُلِقَتْ مِنْ ضِلَعٍ وَإِنَّ أَعْوَجَ شَيْءٍ فِي الضِّلَعِ أَعْلَاهُ فَإِنْ ذَهَبْتَ تُقِيمُهُ كَسَرْتَهُ وَإِنْ تَرَكْتَهُ لَمْ يَزَلْ أَعْوَجَ فَاسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ</span></p> <p align="justify"><em><strong>“Nasehatilah isteri-isteri kalian dengan cara yang baik, karena sesungguhnya para wanita diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok dan yang paling bengkok dari tulang rusuk adalah bagian atasnya (paling atas), maka jika kalian (para suami) keras dalam meluruskannya (membimbingnya), pasti kalian akan mematahkannya. Dan jika kalian membiarkannya (yakni tidak membimbingnya), maka tetap akan bengkok. Nasehatilah isteri-isteri (para wanita) dengan cara yang baik.”</strong></em> (Muttafaqun ‘alaihi. Hadits shohih, dari shahabat Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu)</p> <p align="justify">Dalam hadits tersebut, kita melihat bagaimana Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam membimbing para suami untuk senantiasa mendidik dan menasehati isteri-isteri mereka dengan cara yang baik, lembut dan terus-menerus atau berkesinambungan dalam menasehatinya. Hal ini ditunjukkan dengan sabda beliau shalallahu ‘alaihi wasallam:</p> <p align="right"><span style="font-family:Traditional Arabic;font-size:180%;">وَإِنْ تَرَكْتَهُ لَمْ يَزَلْ أَعْوَجَ</span></p> <p align="justify">yakni <em><strong>“jika kalian para suami tidak menasehati mereka (para isteri), maka mereka tetap dalam keadaan bengkok,”</strong></em> artinya tetap dalam keadaan salah dan keliru. Karena memang wanita itu lemah dan kurang akal dan agamanya, serta mempunyai sifat kebengkokan karena diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok sebagaimana disebutkan dalam hadits tadi, sehingga senantiasa butuh terhadap nasehat.</p> <p align="justify">Akan tetapi tidak menutup kemungkinan juga bahkan ini dianjurkan bagi seorang isteri untuk memberikan nasehat kepada suaminya dengan cara yang baik pula, karena nasehat sangat dibutuhkan bagi siapa saja. Dan bagi siapa saja yang mampu hendaklah dilakukan. Allah subhanahu wata’ala berfirman (artinya):</p> <p align="justify"><em><strong>“Dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.”</strong></em> (Al ‘Ashr: 3)</p> <p align="justify">Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:</p> <p align="right"><span style="font-family:Traditional Arabic;font-size:180%;">الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ</span></p> <p align="justify"><em><strong>“Agama itu nasehat.”</strong></em> (HR. Muslim no. 55)</p> <p align="justify">Maka sebuah rumah tangga akan tetap kokoh dan akan meraih suatu kehidupan yang sakinah, insya Allah, dengan adanya sikap saling menasehati dalam kebaikan dan ketakwaan.</p> <p align="justify"><strong>DIANTARA TIPS/CARA MERAIH KEHIDUPAN YANG SAKINAH</strong></p> <p align="justify"><strong>1. Berdzikir</strong></p> <p align="justify">Ketahuilah, dengan berdzikir dan memperbanyak dzikir kepada Allah, maka seseorang akan memperoleh ketenangan dalam hidup (sakinah). Allah subhanahu wata’ala berfirman (artinya):</p> <p align="justify">“Ketahuilah, dengan berdzikir kepada Allah, (maka) hati (jiwa) akan (menjadi) tenang.” (Ar Ra’d:28)</p> <p align="justify">Baik dzikir dengan makna khusus, yaitu dengan melafazhkan dzikir-dzikir tertentu yang telah disyariatkan, misal:</p> <p align="right"><span style="font-family:Traditional Arabic;font-size:180%;">أَسْتَغْفِرُالله ,</span></p> <p align="justify">dan lain-lain, maupun dzikir dengan makna umum, yaitu mengingat, sehingga mencakup/meliputi segala jenis ibadah atau kekuatan yang dilakukan seorang hamba dalam rangka mengingat Allah subhanahu wata’ala, seperti sholat, shoum (puasa), shodaqoh, dan lain-lain.</p> <p align="justify"><strong>2. Menuntut ilmu agama</strong></p> <p align="justify">Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:</p> <p align="right"><span style="font-family:Traditional Arabic;font-size:180%;">مَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِيْنَةُ</span></p> <p align="justify">“Tidaklah berkumpul suatu kaum/kelompok disalah satu rumah dari rumah-rumah Allah (masjid), (yang mana) mereka membaca Al Qur`an dan mengkajinya diantara mereka, kecuali akan turun (dari sisi Allah subhanahu wata’ala) kepada mereka as sakinah (ketenangan).” (Muttafaqun ‘alaihi. Hadits shohih, dari shahabat Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu)</p> <p align="justify">Dalam hadits diatas, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam memberikan kabar gembira bagi mereka yang mempelajari Al Qur`an (ilmu agama), baik dengan mempelajari cara membaca maupun dengan membaca sekaligus mengaji makna serta tafsirnya, yaitu bahwasanya Allah akan menurunkan as sakinah (ketenangan jiwa) pada mereka.</p> <p align="justify">Pembaca yang budiman, demikianlah diantara beberapa hal yang bisa dijadikan tips untuk meraih dan membina rumah tangga yang sakinah. Wallahu a’lam. Semoga kajian ringkas ini dapat kita terapkan dalam hidup berkeluarga sehingga Allah menjadikan keluarga kita keluarga yang sakinah mawaddah warohmah. Amiin, Ya Rabbal alamiin.</p>fadhlal kiromhttp://www.blogger.com/profile/02602735393257797630noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5648381741568984356.post-61870665415791439602008-01-13T17:52:00.000-08:002008-01-13T17:55:33.235-08:00Ketika Wanita Ingin Dilihat<div align="justify">Ketika Wanita Ingin Di Lihat</div><div align="justify">Penyusun: Ummu AimanMuraja’ah: Ustadz Aris Munandar</div><div align="justify"><br />Masya Allah, anti sudah hafal 5 juz ???Hmmm…<br />Secara fitrah manusia, pastilah senang jika dirinya dipuji. Saat pujian datang -apalagi dari seseorang yang istimewa dalam pandangannya- tentulah hati akan bahagia jadinya. Berbunga-bunga, bangga, senang. Itu manusiawi. Namun hati-hatilah duhai saudariku, jangan sampai riya’ menghiasi amal ibadah kita karena di setiap amal ibadah yang kita lakukan dituntut keikhlasan.<a id="more-110"></a>Niat yang ikhlas amatlah diperlukan dalam setiap amal ibadah karena ikhlas adalah salah satu syarat diterimanya suatu amal di sisi Allah. Sebuah niat dapat mengubah amalan kecil menjadi bernilai besar di sisi Allah dan sebaliknya, niatpun mampu mengubah amalan besar menjadi tidak bernilai sama sekali.<br />Kali ini, kita tidak hendak membahas tentang ikhlas melainkan salah satu lawan dari ikhlas, yaitu riya’.<br />Hudzaifah Ibnu Yaman pernah berkata:“Orang-orang bertanya pada Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam tentang hal-hal yang baik sedangkan aku bertanya kepada beliau tentang hal-hal jelek agar aku terhindar dari kejelekan tersebut.” (HR Bukhari dan Muslim)<br />Maka saudariku muslimah, marilah kita mempelajari tentang riya’ agar kita terhindar dari kejelekannya.<br />Mari Kita Berbicara tentang Riya’<br />Secara bahasa, riya’ berasal dari kata ru’yah (الرّؤية), maknanya penglihatan. Sehingga menurut bahasa arab hakikat riya’ adalah orang lain melihatnya tidak sesuai dengan hakikat sebenarnya.<br />Al Hafizh Ibnu Hajar menyatakan, “Riya’ ialah menampakkan ibadah dengan tujuan agar dilihat manusia, lalu mereka memuji pelaku amal tersebut.”<br />Pernahkah ukhti mendengar tentang sum’ah? Sum’ah berbeda dengan riya’, jika riya’ adalah menginginkan agar amal kita dilihat orang lain, maka sum’ah berarti kita ingin ibadah kita didengar orang lain. Ibnu Hajar menyatakan: “Adapun sum’ah sama dengan riya’. Akan tetapi ia berhubungan dengan indera pendengaran (telinga) sedangkan riya’ berkaitan dengan indera penglihatan (mata).”<br />Jadi, jika seorang beramal dengan tujuan ingin dilihat, misalnya membaguskan dan memperlama shalat karena ingin dilihat orang lain, maka inilah yang dinamakan riya’. Adapun jika beramal karena ingin didengar orang lain, seperti seseorang memperindah bacaan Al Qur’annya karena ingin disebut qari’, maka ini yang disebut sebagai sum’ah.<br />Bahaya Riya’<br />Ketahuilah wahai saudariku, bahwa riya’ termasuk ke dalam syirik asghar/kecil. Ia dapat mencampuri amal kita kemudian merusaknya.<br />Amalan yang dikerjakan dengan ikhlas akan mendatangkan pahala. Lalu bagaimana dengan amalan yang tercampur riya’? Tentu saja akan merusak pahala amalan tersebut. Bisa merusak salah satu bagiannya saja atau bahkan merusak keseluruhan dari pahala amalan tersebut.<br />Berikut ini beberapa bentuk riya’:<br />Riya’ yang mencampuri amal dari awal hingga akhir, maka amalannya terhapus.Misalnya seseorang yang hendak mengerjakan shalat lalu datang seseorang yang ia kagumi. Kemudian ia shalat dengan bagus dan khusyu’ karena ingin dilihat orang tersebut. Riya’ tersebut ada dari awal hingga akhir shalatnya dan ia tidak berusaha untuk menghilangkannya, maka amalannya terhapus.<br />Riya’ yang muncul tiba-tiba di tengah-tengah amal dan dia berusaha untuk menghilangkannya sehingga riya’ tersebut hilang, maka riya’ ini tidak mempengaruhi pahala amalannya. Misalnya seseorang yang shalat kemudian muncul riya’ di tengah-tengah shalatnya dan ia berusaha untuk menghilangkannya sehingga riya’ tersebut hilang, maka riya’ tersebut tidak mempengaruhi ataupun merusak pahala shalat tersebut.<br />Riya’ muncul tiba-tiba di tengah-tengah namun dibiarkan terus berlanjut, maka ini adalah syirik asghar dan menghapus amalannya. Namun dalam kondisi ini ulama berselisih pendapat tentang amalan mana yang terhapus, misalnya riya’ dalam shalat. Apakah rakaat yang tercampuri riya’ saja yang terhapus ataukah keseluruhan shalatnya?<br />Pendapat pertama menyatakan bahwa yang terhapus hanyalah pada amalan yang terkait. Pendapat kedua, yaitu perlu dirinci:<br />Kalau amalannya merupakan satu rangkaian dan tidak mungkin dipisahkan satu dengan yang lain, misalnya shalat dhuhur empat rakaat, maka terhapus rangkaian amal tersebut.<br />Kalau amalannya bukan merupakan satu rangkaian, maka amal yang terhapus pahalanya adalah sebatas yang tercampuri saja. Misalnya seseorang yang bersedekah kepada sepuluh orang anak yatim. Saat bersedekah pada anak kesatu sampai yang kelima ia ikhlas. Akan tetapi riya’ muncul saat ia bersedekah pada anak ke-enam, maka pahala yang terhapus adalah sedekah pada anak ke-enam. Contoh yang serupa adalah puasa.<br />Riya’ itu Samar<br />Pada asalnya, manusia memiliki kecenderungan ingin dipuji dan takut dicela. Hal ini menyebabkan riya’ menjadi sangat samar dan tersembunyi. Terkadang, seorang merasa telah beramal ikhlas karena Allah, namun ternyata secara tak sadar ia telah terjerumus kedalam penyakit riya’.<br />Saudariku, pernahkah engkau mendengar langkah laki seekor semut? Suara langkahnya begitu samar bahkan tidak dapat kita dengar. Seperti inilah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam menggambarkan kesamaran riya’. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />“Kesyirikan itu lebih samar dari langkah kaki semut.” Lalu Abu Bakar bertanya, ”Wahai Rasulullah, bukankah kesyirikan itu ialah menyembah selain Allah atau berdoa kepada selain Allah disamping berdoa kepada selain Allah?” maka beliau bersabda.”Bagaimana engkau ini. Kesyirikan pada kalian lebih samar dari langkah kaki semut.” (HR Abu Ya’la Al Maushili dalam Musnad-nya, tahqiq Irsya Al Haq Al Atsari, cetakan pertama, tahun 1408 H, Muassasah Ulum Al Qur’an, Beirut, hlm 1/61-62. dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al Targhib, 1/91)<br />Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengkhawatirkan bahaya riya’ atas umat Islam melebihi kekhawatiran beliau terhadap bahaya Dajjal. Disebutkan dalam sabda beliau: “Maukah kalian aku beritahu sesuatu yang lebih aku takutkan menimpa kalian daripada Dajjal.” Kami menyatakan, “Tentu!” beliau bersabda “Syirik khafi (syirik yang tersembunyi). Yaitu seseorang mengerjakan shalat, lalu ia baguskan shalatnya karena ia melihat ad seseorang yang memandangnya.”<br />Hal ini tidak akan terjadi, kecuali karena faktor pendukung yang kuat. Yaitu karena setiap manusia memiliki kecenderungan ingin mendapatkan pujian, kepemimpinan dan kedudukan tinggi di hadapan orang lain.<br />Bentuk Riya’<br />Wahai ukhti muslimah, didalam mencapai tujuannya, para mura’i (orang yang riya’) menggunakan banyak jalan, diantaranya sebagai berikut:<br />Dengan tampilan fisik, yaitu seperti menampilkan fisik yang lemah lagi pucat dan suara yang sangat lemah agar dianggap sebagai orang yang sangat takut akhirat atau rajin berpuasa.<br />Dengan penampilan, yaitu seperti membiarkan bekas sujud di dahi dan pakaian yang seadanya agar tampil seperti ahli ibadah. Ketika menjelaskan QS Al Fath, dalam Hasyiah Ash Shawi 4/134 disebutkan, “Yang dimaksud ‘bekas sujud’ bukanlah hitam-hitam di dahi sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang bodoh yang ingin riya’ karena hitam-hitam di dahi merupakan perbuatan khawarij.”<br />Dengan perkataan, yaitu seperti banyak memberikan nasehat, menghafal atsar (riwayat salaf) agar dianggap sebagai orang yang sangat memperhatikan jejak salaf.<br />Dengan amal, yaitu seperti memperlama rukuk dan sujud ketika shalat agar tampak khusyu’ dan lain-lain.<br />Kiat Mengobati Penyakit Riya’<br />Wahai saudariku, setiap insan tidak akan pernah lepas dari kesalahan. Sebaik-baik orang yang melakukan kesalahan adalah yang bertaubat kepada Allah atas kesalahan yang pernah dilakukannya.<br />Hati manusia cepat berubah. Jika saat ini beribadah dengan ikhlas, bisa jadi beberapa saat kemudian ikhlas tersebut berganti dengan riya’. Pagi ikhlas, mungkin sore sudah tidak. Hari ini ikhlas, mungkin esok tidak. Hanya kepada Allahlah kita memohon agar hati kita diteguhkan dalam agama ini. َ<br />Selain itu, hendaknya kita berusaha untuk menjaga hati agar terhidar dari penyakit riya’. Saudariku, inilah beberapa kiat yang dapat kita lakukan agar terhindar dari riya’:<br />1. Memohon dan selalu berlindung kepada Allah agar mengobati penyakit riya’<br />Riya’ adalah penyakit kronis dan berbahaya. Ia membutuhkan pengobatan dan terapi serta bermujahadah (bersungguh-sungguh) supaya bisa menolak bisikan riya’, sambil tetap meminta pertolongan Allah Ta’ala untuk menolaknya. Karena seorang hamba selalu membutuhkan pertolongan dan bantuan dari Allah. Seorang hamba tidak akan mampu melakukan sesuatu kecuali dengan bantuan dan anugerah Allah. Oleh karena itu, untuk mengobati riya’, seorang selalu membutuhkan pertolongan dan memohon perlindungan kepada–Nya dari penyakit riya’ dan sum’ah. Demikian yang diajarkan Rasulullah dalam sabda beliau:<br />“Wahai sekalian manusia, peliharalah diri dari kesyirikan karena ia lebih samar dari langkah kaki semut.” Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana cara kami memelihara diri darinya padahal ia lebih samar dari langkah kaki semut?” beliau menjawab, “Katakanlah:<br />اللّهُمَّ إِنَّانَعُوْذُبِكَ مِنْ أََنْ نُشْرِكَ بِكَ شَيْئًانَعْلَمُهُ وَنَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لاَ نَعْلَمُ<br />‘Ya Allah, kami berlindung kepada-Mu dari perbuatan syirik yang kami ketahui. Dan kami mohon ampunan kepada-Mu dari apa yang tidak kami ketahui.’” (HR. Ahmad)<br />2. Mengenal riya’ dan berusaha menghindarinya<br />Kesamaran riya’ menuntut seseorang yang ingin menghindarinya agar mengetahui dan mengenal dengan baik riya’ dan penyebabnya. Selanjutnya, berusaha menghindarinya. Adakalanya seorang itu terjangkit penyakit riya’ disebabkan ketidaktahuan dan adakalanya karena keteledoran dan kurang hati-hati.<br />3. Mengingat akibat jelek perbuatan riya’ di dunia dan akhirat<br />Duhai saudariku di jalan Allah, sifat riya’ tidaklah memberikan manfaat sedikitpun, bahkan memberikan madharat yang banyak di dunia dan akhirat. Riya’ dapat membuat kemurkaan dan kemarahan Allah. Sehingga seseorang yang riya’ akan mendapatkan kerugian di dunia dan akhirat.<br />4. Menyembunyikan dan merahasiakan ibadah<br />Salah satu upaya mengekang riya’ adalah dengan menyembunyikan amalan. Hal ini dilakukan oleh para ulama sehingga amalan yang dilakukan tidak tercampuri riya’. Mereka tidak memberikan kesempatan kepada setan untuk mengganggunya. Para ulama menegaskan bahwa menyembunyikan amalan hanya dianjurkan untuk amalan yang bersifat sunnah. Sedangkan amalan yang wajib tetap ditampakkan. Sebagian dari ulama ada yang menampakkan amalan sunnahnya agar dijadikan contoh dan diikuti manusia. Mereka menampakkannya dan tidak menyembunyikannya, dengan syarat merasa aman dari riya’. Hal ini tentu tidak akan bisa kecuali karena kekuatan iman dan keyakinan mereka.<br />5. Latihan dan mujahadah<br />Saudariku, ini semua membutuhkan latihan yang terus menerus dan mujahadah (kesungguhan) agar jiwa terbina dan terjaga dari sebab-sebab yang dapat membawa kepada perbuatan riya’ bila tidak, maka kita telah membuka pintu dan kesempatan kepada setan untuk menyebarkan penyakit riya’ ini ke dalam hati kita.<br />Belajar dari Para Salaf<br />Duhai muslimah, berikut ini adalah kisah salaf yang menunjukkan betapa mereka menjaga diri dari riya’ dan sum’ah. Mereka tidak menginginkan ketenaran dan popularitas. Justru sebaliknya, mereka ingin agar tidak terkenal. Mereka memelihara keikhlasan, mereka takut jika hati mereka terkena ujub (bangga diri).<br />Abu Zar’ah yahya bin Abu ‘Amr bercerita: Pernah Adh-Dhahhak bin Qais keluar untuk memohon hujan bersama-sama dengan orang-orang, tapi ternyata hujan tidak turun dan beliau juga tidak melihat awan. Beliau berkata: “Dimana gerangan Yazid bin Al Aswad?” (dalam satu riwayat: tidak seorang pun yang menjawab pertanyaan beliau. Beliau pun bertanya lagi: “Dimana Yazid bin Al Aswad Al Jurasyi? Jika beliau mendengar, saya sangat berharap beliau berdiri.”) “Ini saya”, seru Yazid. “Berdirilah dan tolonglah kami ini di hadapan Allah. Jadilah kamu perantara(*) kami agar Allah menurunkan hujan kepada kami.”, kata Adh-Dhahhak bin Qais. Kemudian Yazid pun berdiri seraya menundukkan kepala sebatas bahu serta menyingsingkan lengan baju beliau kemudian berdoa: “Ya Allah, sesungguhnya hamba-hamba-Mu ini memohon syafaatku kepada-Mu.” Beliau berdoa tiga kali dan seketika itu pula turunlah hujan yang sangat deras sehingga hampir terjadi banjir. Kemudian beliau pun berkata: “Sesungguhnya kejadian ini membuat saya dikenal banyak orang. Bebaskanlah saya dari keadaan seperti ini.” Kemudian hanya berselang satu hari, yaitu Jum’at setelah peristiwa itu beliau pun wafat. (Riwayat Ibnu Sa’ad (7/248) dan Al Fasawi (2/239-pada penggal yang terakhir). Atsar ini shahih).<br />(*) Dalam keadaan ini, meminta perantara dalam berdo’a diperbolehkan, karena Yazid bin Al Aswad Al Jurasyi yang menjadi perantara masih dalam keadaan hidup, dan beliau adalah seorang yang shaleh. Bedakan dengan keadaan orang-orang yang berdo’a meminta kepada orang yang dianggap shaleh yang sudah meninggal dunia di kubur-kubur mereka! dan ini merupakan Syirik Akbar yang membuat pelakunya kekal di neraka jika belum bertaubat. -ed<br />Berkata Hammad bin Zaid rahimahullah: “Saya pernah berjalan bersama Ayyub tapi beliau melewati jalan-jalan yang membuat diriku heran dan bertanya-tanya kenapa beliau sampai berbuat seperti ini (berputar-putar melewati beberapa jalan). Ternyata beliau berbuat seperti itu karena beliau tidak mau orang-orang mengenal beliau dan berkata: ‘Ini Ayyub, ini Ayyub! Ayyub datang, Ayyub datang!’” (Riwayat Ibnu Sa’ad dan lainnya).<br />Hammad berkata lagi: “Ayyub pernah membawa saya melewati jalan yang lebih jauh, maka sayapun berkata: ‘Jalan ini lebih dekat!’ Beliau menjawab: ‘Saya menghindari kumpulan orang-orang di jalan tersebut.’ Dan memang apabila dia memberi salam, akan dijawab oleh mereka dengan jawaban yang lebih baik dari jawaban kepada yang lainnya. Dia berkata: ‘Ya Allah sesungguhnya Engkau mengetahui bahwa aku tidak menginginkannya! Ya Allah sesungguhnya Engkau mengetahui bahwa aku tidak menginginkannya!’” (Riwayat Ibnu Sa’ad (7/248) dan Al Fawasi (2/239-pada penggal yang terakhir). Atsar ini shahih).<br />Kita berlindung kepada Allah dari penyakit riya’. Semoga Allah menjadikan kita seorang mukhlishah, senantiasa berusaha untuk menjaga niat dari setiap amalan yang kita lakukan. Innamal ‘ilmu ‘indallah. Wa’allahu a’lam.<br />Maraji’:<br />Terjemah Sittu Duror, Landasan Membangun Jalan Selamat. ‘Abdul Malik Ahmad Ramdhani. Media Hidayah. Cetakan pertama. 2004.<br />Mutiara Faidah Kitab Tauhid Syaikh Muhammad At Tamimi. Abu ‘Isa ‘Abdullah bin Salam. Cetakan pertama. LBIA Al Atsary.<br />Majalah As-Sunnah edisi 05/ VIII/ 1425H/ 2004M. </div>fadhlal kiromhttp://www.blogger.com/profile/02602735393257797630noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5648381741568984356.post-401444643069685572008-01-13T17:50:00.000-08:002008-01-13T17:52:17.445-08:00Kecantikan SejatiKecantikan Sejati<br /><br /><div align="justify">Dikirim: Ummu Yusuf Wikayatu Diny</div><div align="justify"><br />Adalah kebahagiaan seorang laki-laki ketika Allah menganugrahkannya seorang istri yang apabila ia memandangnya, ia merasa semakin sayang. Kepenatan selama di luar rumah terkikis ketika memandang wajah istri yang tercinta. Kesenangan di luar tak menjadikan suami merasa jengah di rumah. Sebab surga ada di rumahnya; Baiti Jannati (rumahku surgaku).<a id="more-111"></a>Kebahagiaan ini lahir dari istri yang apabila suami memandangnya, membuat suami bertambah kuat jalinan perasaannya. Wajah istri adalah keteduhan, telaga yang memberi kesejukan ketika suami mengalami kegerahan. Lalu apakah yang ada pada diri seorang istri, sehingga ketika suami memandangnya semakin besar rasa sayangnya? Konon, seorang laki-laki akan mudah terkesan oleh kecantikan wajah. Sempurnalah kebahagiaan seorang laki-laki jika ia memiliki istri yang berwajah memikat.<br />Tapi asumsi ini segera dibantah oleh dua hal. Pertama, bantahan berupa fakta-fakta. Dan kedua, bantahan dari sabda Rasulullah shalallahu ’alaihi wa sallam.<br />Konon, Christina Onassis, mempunyai wajah yang sangat cantik. Ia juga memiliki kekayaan yang sangat besar. Mendiang ayahnya meninggalkan harta warisan yang berlimpah, antara lain kapal pesiar pribadi, dan pulau milik pribadi juga. Telah beberapa kali menikah, tetapi Christina harus menghadapi kenyataan pahit. Seluruh pernikahannya berakhir dengan kekecewaan. Terakhir ia menutup kisah hidupnya dengan satu keputusan: bunuh diri.<br />Kecantikan wajah Christina tidak membuat suaminya semakin sayang ketika memandangnya. Jalinan perasaan antara ia dan suami-suaminya tidak pernah kuat.<br />Kasus ini memberikan ibroh kepada kita bahwa bukan kecantikan wajah secara fisik yang dapat membuat suami semakin sayang ketika memandangnya. Ada yang bersifat psikis, atau lebih tepatnya bersifat qalbiyyah!<br />Bantahan kedua, sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam: “Seorang wanita dinikahi karena empat hal; karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan agamanya. Maka pilihlah yang taat beragama niscaya kamu akan beruntung.” (HR. bukhari, Muslim)<br />Hadist di atas sebagai penguat bahwa kesejukan ketika memandang sehingga perasaan suami semakin sayang, letaknya bukan pada keelokan rupa secara zhahir. Ada yang bersifat bathiniyyah.<br />Dengan demikian wahai saudariku muslimah, tidak mesti kita harus mempercantik diri dengan alat kosmetik atau dengan menggunakan gaun-gaun aduhai yang akhirnya akan membawa kita pada sikap berlebihan pada hal yang halal bahkan menyebabkan kita menjadi lalai dan meninggalkan segala yang bermanfaat dalam perkara-perkara akhirat, wal ‘iyadzubillah. Namun tidak berarti kita meninggalkan perawatan diri dengan menjaga fitrah manusia, dengan menjaga kebersihan, kesegaran dan keharuman tubuh yang akhirnya melalaikan diri dalam menjaga hak suami. Ada yang lebih berarti dari semua itu, ada yang lebih penting untuk kita lakukan demi mendapatkan cinta suami.<br />Sesungguhnya cinta yang dicari dari diri seorang wanita adalah sesuatu pengaruh yang terbit dari dalam jiwa dengan segala kemuliaannya dan mempunyai harga diri, dapat menjaga diri, suci, bersih, dan membuat kehidupan lebih tinggi di atas egonya.<br />Untuk itulah saudariku muslimah… Tuangkanlah di dalam dada dan hatimu dengan cinta dan kasih sayang serta tanamkanlah kemuliaan wanita muslimah seperti jiwamu yang penuh dengan kebaikan, perhatian serta kelembutan. Bukankah kita telah melihat contoh-contoh yang gemilang dari pribadi-pribadi yang kuat dari para shahabiyyah radiyallahu ‘anhunna…?<br />Janganlah engkau penuhi dirimu dengan ahlak yang selalu sedih dan gelisah, banyak pengaduan dan keluh kesah dan selalu mengancam, karena hal tersebut akan menggelapkan hatimu. Tersenyumlah untuk kehidupan. Seperti kuatnya para shahabiyyah dalam menghadapi kehidupan yang keras dan betapa kuatnya wanita-wanita yang lembut itu mempertahankan agamanya…<br />Perhiasan jiwa, itulah yang lebih utama. Yaitu sifat-sifat dan budi pekerti yang diajarkan Islam, yang diawali dengan sifat keimanan. Sebagaimana firman Allah, (yang artinya) ”Tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan.” (QS. Al-Hujaraat: 7)<br />Apabila keimanan telah benar-benar terpatri dalam hati, maka akan tumbuhlah sifat-sifat indah yang menghiasi diri manusia, mulai dari Ketakwaan, Ilmu, Rasa Malu, Jujur, Terhormat, Berani, Sabar, Lemah Lembut, Baik Budi Pekerti, Menjaga Silaturrahim, dan sifat-sifat terpuji lainnya yang tidak mungkin disebut satu-persatu. Semuanya adalah nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang diberikan kepada hamba-hambanya agar dapat bahagia hidup di dunia dan akhirat.<br />Wanita benar-benar sangat diuntungkan, karena ia memiliki kesempatan yang lebih besar dalam hal perhiasan jiwa dengan arti yang sesungguhnya, yaitu ketika wanita memiliki sifat-sifat terpuji yang mengangkat derajatnya ke puncak kemuliaan, dan jauh dari segala sesuatu yang dapat menghancurkanya dan menghilangkan rasa malunya….!<br />Saudariku… jika engkau telah menikah, maka nasihat ini untuk mengingatkanmu agar engkau selalu menampilkan kecantikan dirimu dengan kecantikan sejati yang berasal dari dalam jiwamu, bukan dengan kecantikan sebab yang akan lenyap dengan lenyapnya sebab.<br />Saudariku… jika saat ini Allah belum mengaruniai engkau jodoh seorang suami yang sholeh, maka persiapkanlah dirimu untuk menjadi istri yang sholihah dengan memperbaiki diri dari kekurangan yang dimiliki lalu tutuplah ia dengan memunculkan potensi yang engkau miliki untuk mendekatkan dirimu kepada Yang Maha Rahman, mempercantik diri dengan ketakwaan kepada Allah yang dengannya akan tumbuh keimanan dalam hatimu sehingga engkau dapat menghiasi dirimu dengan akhlak yang mulia.<br />Saudariku… ini adalah sebuah nasihat yang apabila engkau mengambilnya maka tidak ada yang akan diuntungkan melainkan dirimu sendiri.<br />Disalin dari: Buletin al-Izzah edisi no16/thn III/Muharram 1425 H(Bulletin ini diterbitkan oleh Forkimus (forum kajian Islam Muslimah Salafiyah) Mataram, Lombok, NTB) </div><div align="justify"> </div><div align="justify">Sumber : <a href="http://muslimah.or.id/">http://muslimah.or.id</a></div>fadhlal kiromhttp://www.blogger.com/profile/02602735393257797630noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5648381741568984356.post-20561324510846815602008-01-13T17:44:00.000-08:002008-01-13T17:49:24.964-08:00Peranan Wanita Dalam Islam<div align="justify"> </div><div align="justify">Bagi memperkatakan peranan wanita dalam Islam, kita akan memperkatakan lebih dahulu tentang Islam itu sendiri. Islam itu bukan rekaan. Islam itu bukan buatan manusia. Ia adalah satu kebenaran dari Tuhan. Kalau kita katakan ia kebenaran dari Tuhan, ia ada bentuknya yang tersendiri. Ia juga mempunyai dasar yang tersendiri.Kalau hendak kita contohkan, ia seperti benda-benda lain juga, cuma yang ini berbentuk maknawi dan rohani. Sebagai contoh kita lihat buah pisang. Pisang itu, jika ditukar namanya kepada nama-nama lain, hakikatnya tetap tidak berubah iaitu ia adalah pisang. Namanya boleh berubah tetapi hakikatnya tidak akan berubah. Perubahan nama tidak akan mengubah hakikat. Jadi kalau orang hendakkan pisang, kita pula berikan epal, maka itu sudah tidak benar. Pisang tidak akan berubah menjadi epal walaupun namanya boleh diubah. Kalau seseorang itu tidak suka menyebut pisang, boleh sahaja dia memanggilnya dengan nama lain tetapi hakikatnya tidak boleh berubah. Pisang tetap pisang.Begitu juga Islam sebagai agama dari Tuhan. Sama seperti pisang tadi cuma ia bersifat maknawi dan rohani. Namanya juga boleh diubah. Kalau seseorang itu tidak mahu sebut Islam, maka disebutlah dengan nama-nama yang lain, tetapi hakikatnya tetap Islam.Islam itu pada namanya pun sudah cantik. Islam itu ertinya selamat dan menyelamatkan. Indah dan cantik ertinya. Cuma pada hari ini kita lihat Islam itu tidak begitu. Lebih-lebih lagi apabila Islam itu diperjuangkan secara militan. Apabila Islam jadi militan ertinya ia telah berubah bentuk dan dasarnya. Ertinya itu bukan Islam walaupun slogannya Islam. Ia sama seperti kalau ada orang meminta pisang lalu diberi epal, sudah tentu ia tidak betul. Begitulah Islam itu selamat dan menyelamatkan, sedangkan militan itu merosakkan.Jadi peranan wanita dalam Islam bererti peranan wanita kepada satu agama yang selamat dan menyelamatkan. Peranan wanita dalam satu agama yang namanya Islam, iaitu selamat dan menyelamatkan. Inilah yang akan diperbahaskan dalam bab ini.Islam itu juga dikatakan agama fitrah. Ia sesuai dengan instinct atau naluri manusia. Maka instinct atau naluri atau fitrah itu adalah satu pakej yang ada dalam diri manusia yang terdiri dari akal, roh, nafsu dan jasadnya. Keempat-empat perkara itu tadi ia sandar-menyandar, kuat-menguatkan dan perlu-memerlukan di antara satu sama lain. Ia tidak boleh bertindak sendiri.Daripada empat perkara yang ada dalam pakej ini, yang boleh dilihat dengan mata kasar hanya jasad lahir. Akal, roh dan nafsu tidak dapat dilihat dengan mata kasar. Tetapi yang tiga inilah yang paling penting dan besar peranannya. Fizikal hanya mengikut sahaja. Suruh buat, ia buat. Suruh pergi, ia pergi. Tidak ada pilihan. Kecuali kalau dia lumpuh atau kakinya patah. Jika tidak, ia akan bertindak atas arahan tiga unsur tadi.- Roh itu peranannya ialah berperasaan seperti rasa suka, benci, senang dan lain-lain.- Nafsu pula peranannya merangsang atau mendorong.- Akal pula memikirkan apa yang dirasai tadi serta apabila didorong oleh nafsu, bagaimana untuk berbuat. Setelah berfikir, ia mendapat satu kaedah lalu ia mengarahkan fizikal untuk bertindak.Berdasarkan ini, iaitu bilamana ada perasaan, dorongan dan fikiran, maka hasilnya kita dapati tabiat semula jadi manusia itu berkemajuan. Dengan adanya pakej tadi, manusia berkemajuan. Tidak seperti haiwan. Haiwan itu kalau dahulu telanjang, sampai sekarang pun masih bertelanjang. Ia tidak berubah kerana tidak ada pakej kemajuan dalam dirinya. Kalau pokok-pokok kayu itu lebih-lebih lagilah tidak berkemajuan. Ia langsung tidak ada perasaan, akal atau nafsu. Kalau ia maju pun kerana dimajukan oleh manusia. Dari hutan dibina rumah hingga kelihatan cantik. Namun bukan kerana ia majukan dirinya sendiri tetapi manusia yang memajukannya. Kalau manusia boleh hidup 1000 tahun lagi, entah apa bentuk kemajuan lagi yang manusia akan bangunkan. Kenderaan seperti kereta dan kapal terbang mungkin tidak lagi seperti yang ada pada hari ini.Jadi jelaslah kepada kita bahawa watak manusia itu ialah bertamadun. Tabiat bertamadun itu pula, bukan hanya berlaku kepada orang lelaki sahaja. Di sinilah isi perbahasan kita. Kejadian lelaki dan wanita itu adalah sama. Kejadian asal adalah dari tanah. Kejadian yang kedua dari air mani. Sebab itu tabiatnya sama. Tidak ada perbezaan. Kalau lelaki ada persiapannya untuk maju, wanita juga begitu.Kalau begitulah Tuhan jadikan watak perempuan yang sama dengan lelaki dalam hal tabiatnya yang berkemajuan, maka adalah salah kalau watak itu dikorbankan. Adalah salah jika sifat madaninya iaitu sifat berkemajuan atau sifat hadharinya iaitu sifat mahu bertamadun dihalang. Sifatnya sama dengan lelaki dan tidak boleh berubah.Jadi kalau Tuhan jadikan dalam diri seorang perempuan sama dengan lelaki iaitu ada watak hendak maju, andainya disekat, itu adalah satu kesalahan dan satu penzaliman. Jika tidak, maka untuk apa Tuhan jadikan watak hendak maju di dalam diri seorang perempuan itu. Apabila Tuhan menjadikannya berwatak madani, ertinya Tuhan membenarkannya bertindak untuk maju. Kemajuan itu pula dalam semua sudut seperti makan minum, rumah, kenderaan dan lain-lainnya. Tidak boleh dihalang atau disekat. Sebab unsur-unsur itu ada dalam dirinya sama seperti lelaki juga.Cuma Tuhan dengan kasih sayang-Nya tidak mahu kemajuan itu semata-mata untuk kemajuan kerana dalam kemajuan itu ada bahayanya. Oleh itu Tuhan buatkan peraturan. Dorongan rasa hendak maju itu sudah cantik tetapi Tuhan itu penyelamat. Dia sangat berbelas kasihan kepada hamba-hamba-Nya lalu ditetapkan supaya maju tetapi jangan ada huru-hara. Maju tetapi jangan ada negatifnya. Jangan ada jenayah dan penzaliman. Sebab itu Tuhan buat peraturan. Hendak maju boleh tetapi ada syaratnya.Contohnya, hendak maju boleh tetapi jangan ada rasuah. Orang benci rasuah. Jangan bergaduh dan jatuh-menjatuhkan. Apa ertinya maju kalau bergaduh. Boleh maju tetapi jangan bergaul bebas lelaki perempuan. Sebab, kalau sudah bebas dan berlaku berbagai salah laku dan maksiat antara lelaki dan perempuan, maka tiada ertinya maju. Nanti dalam maju ada penzinaan, ada pelacuran, ada perogolan dan ada penculikan. Hasilnya tidak ada erti apa-apa kemajuan itu.Sebab itu Tuhan buat peraturan supaya semua selamat. Kaum ibu turut boleh berkemajuan. Boleh menjadi doktor, jurutera dan lain-lainnya. Kemajuan yang dibangunkan itu faedahnya untuk umum, bukan untuk dirinya sahaja. Faedahnya merata tetapi disiplin kena jaga. Peraturan itu penting supaya bila berkemajuan jangan ada yang negatif. Apa ertinya maju kalau balik ke rumah bergaduh dengan suami kerana tidak ada disiplin? Apa erti maju jika suami tinggal di rumah, isterinya pulang ke rumah jam dua pagi?Tuhan benarkan maju sebab ada watak maju tetapi Tuhan buat peraturan supaya dalam maju jangan ada negatif. Tentu tidak boleh diterima jika di atas nama ingin maju, seorang isteri pulang ke rumah jam dua pagi. Fitrah setiap suami adalah sama. Kalau isteri pandai memandu kapal terbang tentu suami turut berbangga. Tetapi kalau balik ke rumah pukul dua pagi, mana ada suami yang boleh terima.Mengapa kalau hendak maju kena korbankan rumah tangga? Mengapa tidak boleh diprogramkan? Kita semua hendak maju tetapi kalau sampai balik pukul dua pagi, ia tidak betul dan boleh membawa kepada hilangnya kebahagiaan rumah tangga. Fitrah semua manusia adalah sama.Mengapa pemimpin-pemimpin Islam di dunia dan ulama-ulama Islam tidak boleh susun jadual. Wanita boleh maju tetapi hendaklah diprogramkan atau dijadualkan. Yang penting ada peraturan. Ini peranan pemimpin. Hendakkan kemajuan itu tidak boleh dihalang tetapi kalau dibiarkan akan membawa perkara negatif. Apa ertinya isteri-isteri yang maju boleh membuat kereta tetapi pulang ke rumah dihantar pula oleh lelaki yang suami pun tidak kenali.Jadi wanita juga seperti lelaki, ada kecenderungan untuk berkemajuan. Ia boleh dimanfaatkan untuk agama, bangsa dan negara. Yang salahnya pemimpin tidak programkan. Akhirnya sama-sama naik. Maju pun naik, jenayah pun naik. Maju pun naik, krisis pun naik. Maju pun naik, dedah aurat pun naik. Apa ertinya wanita kita maju tetapi berbagai perkara negatif berlaku. Masalahnya bukan tidak boleh maju tetapi pemimpin tidak disiplinkan. Biarlah maju dalam disiplin, barulah selamat dan menyelamatkan.<br />Sajak<br />Keindahan dan KecantikanSeorang Wanita<br />Malu pada seorang wanita itusebenarnya di situlah letaknyakeindahan dan kecantikannyaBersopan santun, berakhlak muliamaruahnya dijagakerana ia adalah harga dirinyaPandai bergaul tapi tidak bebas dan terbabasPakaiannya kemas tapi tidak menampakkanterlalu mewah atau menunjuk-nunjukdan tidak pula terlalu rendah mutunyakecuali tidak adaBerbudi bahasa, peramah dan mesratapi tidak mengada-ngadaAuratnya dijaga tidak didedahkankepada yang bukan muhramnyaMatanya selalu ditundukkanterutama kepada laki-laki ajnabikecuali perlu sahajaBahasa bersahajamengikut fitrah semula jadinyatidak dibuat-buatatau mengada-ngadaPercakapannya dijagatidak menyindir-nyindiratau mengata-ngata orangatau memuji-muji diri dan keturunannyaSuaminya dihormati dan ditaatinyakeluarga suaminya dimuliakannyaBerkasih sayang dan berlemah lembutdengan anak-anaknyatetapi tidak terlalu dimanjadan dimewah-mewahkanRajin bekerja dan mengemaskan rumah tanggabudaya hidupnyaBeribadah dengan Tuhan tidak diabaikanbahkan istiqamah ibadahnyaJiran dan kehormatan jiran sangat dijagamacam menjaga keluarganyaKetika berjalan jauh bersama muhramnyaatau bersama 3 orang wanitayang boleh dipercayaTidak tamak, tidak bakhilsentiasa baik sangkadengan suaminyaApatah lagi cemburudan prejudis dengan suaminyatidak ada di benak kepalanyaJika suaminya susahsanggup bersama-sama susahdengan suaminyaTidak suka meminta-minta dengan suaminyakecuali terlalu perlu sahajaTidak suka bertanya-tanya suaminya ketika balik"Abang ke mana? Dari mana?Buat apa di sana?Mengapa lambat balik?"Suaminya balik disambutdan dilayan dengan baikDi waktu itu dia tahu dan fahamapa keperluan suaminya.Hingga sikapnya itu suaminya senangtenang, terhibur dan lapang fikirannyaTidak meninggikan suara dengan suaminyakalau dia bersalah cepat meminta maafdengan suaminyaKesalahan dan kesilapan suaminyadilupa-lupakan sahajaTidak mengungkit-ungkit suaminyasekalipun di waktu dia tidak senangdengan suaminyaItulah kecantikan dan keindahanseorang wanita.Manalah hendak kita cariwanita semacam ini sekarang?</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Sumber : <a href="http://kawansejati.ee.itb.ac.id/">http://kawansejati.ee.itb.ac.id</a></div>fadhlal kiromhttp://www.blogger.com/profile/02602735393257797630noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5648381741568984356.post-51615244841233529862008-01-13T17:42:00.000-08:002008-01-13T17:43:57.571-08:00Kedudukan Wanita Dalam Islam<div align="justify"><br />Berikut ini adalah jawaban dari pertanyaan yang terdapat dalam majalah Al-Jail di Riyadh (Arab Saudi) tentang kedudukan wanita dalam Islam yang disampaikan oleh Syaikh Ibnu Baz.<br />***<br />Segala puji hanya milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi dan Rasul yang paling mulia, kepada keluarganya, sahabatnya, serta kepada siapa saja yang meniti jalannya sampai hari pembalasan.<a id="more-21"></a>Sesungguhnya wanita muslimah memiliki kedudukan yang tinggi dalam Islam dan pengaruh yang besar dalam kehidupan setiap muslim. Dia akan menjadi madrasah pertama dalam membangun masyarakat yang shalih, tatkala dia berjalan di atas petunjuk Al-Qur’an dan sunnah Nabi. Karena berpegang dengan keduanya akan menjauhkan setiap muslim dan muslimah dari kesesatan dalam segala hal.<br />Kesesatan dan penyimpangan umat tidaklah terjadi melainkan karena jauhnya mereka dari petunjuk Allah dan dari ajaran yang dibawa oleh para nabi dan rasul-Nya. Rasulullah bersabda,“Aku tinggalkan pada kalian dua perkara, di mana kalian tidak akan tersesat selama berpegang dengan keduanya, yaitu Kitab Allah dan sunnahku.” (Diriwayatkan oleh Imam Malik dalam al-Muwaththa’ kitab Al-Qadar III)<br />Sungguh telah dijelaskan di dalam Al-Qur’an betapa pentingnya peran wanita, baik sebagai ibu, istri, saudara perempuan, mapun sebagai anak. Demikian pula yang berkenaan dengan hak-hak dan kewajiban-kewajibannya. Adanya hal-hal tersebut juga telah dijelaskan dalam sunnah Rasul.<br />Peran wanita dikatakan penting karena banyak beban-beban berat yang harus dihadapinya, bahkan beban-beban yang semestinya dipikul oleh pria. Oleh karena itu, menjadi kewajiban bagi kita untuk berterima kasih kepada ibu, berbakti kepadanya, dan santun dalam bersikap kepadanya. Kedudukan ibu terhadap anak-anaknya lebih didahulukan daripada kedudukan ayah. Ini disebutkan dalam firman Allah,<br />“Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu. Hanya kepada-Ku lah kamu akan kembali.” (QS. Luqman: 14)<br />Begitu pula dalam firman-Nya,“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada ibu bapaknya. Ibunya telah mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandung dan menyapihnya adalah tiga puluh bulan.” (QS. Al-Ahqaf: 15)<br />Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa pernah ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah dan berkata, “Wahai Rasulullah, siapa orang yang paling berhak bagi aku untuk berlaku bajik kepadanya?” Nabi menjawab, “Ibumu.” Orang itu bertanya lagi, “Kemudian setelah dia siapa?” Nabi menjawab, “Ibumu.” Orang itu bertanya lagi, “Kemudian setelah dia siapa?” Nabi menjawab, “Ibumu.” Orang itu bertanya lagi, “Kemudian setelah dia siapa?” Nabi menjawab, “Ayahmu.” (HR. Bukhari, Kitab al-Adab no. 5971 juga Muslim, Kitab al-Birr wa ash-Shilah no. 2548)<br />Dari hadits di atas, hendaknya besarnya bakti kita kepada ibu tiga kali lipat bakti kita kepada ayah. Kemudian, kedudukan isteri dan pengaruhnya terhadap ketenangan jiwa seseorang (suami) telah dijelaskan dalam Al-Qur’an.<br />Allah berfirman,“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untuk kalian istri-istri dari jenis kalian sendiri, supaya kalian cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan menjadikan rasa kasih dan sayang di antara kalian.” (QS. Ar-Rum: 21)<br />Al-Hafizh Ibnu Katsir –semoga Alah merahmatinya- menjelaskan pengertian firman Allah: “mawaddah wa rahmah” bahwa mawaddah adalah rasa cinta, dan rahmah adalah rasa kasih sayang.<br />Seorang pria menjadikan seorang wanita sebagai istrinya bisa karena cintanya kepada wanita tersebut atau karena kasih sayangnya kepada wanita itu, yang selanjutnya dari cinta dan kasih sayang tersebut keduanya mendapatkan anak.<br />Sungguh, kita bisa melihat teladan yang baik dalam masalah ini dari Khadijah, isteri Rasulullah, yang telah memberikan andil besar dalam menenangkan rasa takut Rasulullah ketika beliau didatangi malaikat Jibril membawa wahyu yang pertama kalinya di goa Hira’. Nabi pulang ke rumah dengan gemetar dan hampir pingsan, lalu berkata kepada Khadijah, “Selimuti aku, selimuti aku! Sungguh aku khawatir dengan diriku.” Demi melihat Nabi yang demikian itu, Khadijah berkata kepada beliau, “Tenanglah. Sungguh, demi Allah, sekali-kali Dia tidak akan menghinakan dirimu. Engkau adalah orang yang senantiasa menyambung tali silaturahim, senantiasa berkata jujur, tahan dengan penderitaan, mengerjakan apa yang belum pernah dilakukan orang lain, menolong yang lemah dan membela kebenaran.” (HR. Bukhari, Kitab Bad’ al-Wahyi no. 3, dan Muslim, Kitab al-Iman no. 160)<br />Kita juga tentu tidak lupa dengan peran ‘Aisyah. Banyak para sahabat, baik yang laki-laki maupun yang perempuan, menerima hadits darinya berkenaan dengan hukum-hukum agama.<br />Kita juga tentu mengetahui sebuah kisah yang terjadi belum lama ini berkenaan dengan istri Imam Muhammad bin Su‘ud, raja pertama kerajaan Arab Saudi. Kita mengetahui bahwa isteri beliau menasehati suaminya yang seorang raja itu untuk menerima dakwah Imam al-Mujaddid Muhammad bin Abdul Wahhab. Sungguh, nasehat isteri sang raja itu benar-benar membawa pengaruh besar hingga membuahkan kesepakatan antara Imam al-Mujaddid Muhammad bin Abdul Wahhab dengan Imam Muhammad bin Su‘ud untuk menggerakkan dakwah. Dan –alhamdulillah— kita bisa merasakan hasil dari nasehat istri raja itu hingga hari ini, hal mana aqidah merasuk dalam diri anak-anak negeri ini. Dan tidak bisa dipungkiri pula bahwa ibuku sendiri memiliki peran dan andil yang besar dalam memberikan dorongan dan bantuan terhadap keberhasilan pendidikanku. Semoga Allah melipat gandakan pahala untuknya dan semoga Allah membalas kebaikannya kepadaku tersebut dengan balasan yang terbaik.<br />Tidak diragukan bahwa rumah yang penuh dengan rasa cinta, kasih dan sayang, serta pendidikan yang islami akan berpengaruh terhadap kehidupan seseorang. Dengan izin Allah seseorang yang hidup dalam lingkungan rumah seperti itu akan senantiasa mendapatkan taufik dari Allah dalam setiap urusannya, sukses dalam pekerjaan yang ditempuhnya, baik dalam menuntut ilmu, perdagangan, pertanian atau pekerjaan-pekerjaan lain.<br />Kepada Allah-lah aku memohon semoga Dia memberi taufik-Nya kepada kita semua sehingga dapat melakukan apa yang Dia cintai dan Dia ridhai. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi kita Muhammad, keluarganya dan sahabat-sahabatnya. (Majmu’ Fatawa Syaikh Ibnu Baz III/348)<br />Tidak Suka Dengan Kelahiran Anak Wanita Termasuk Perilaku Jahiliyah<br />Tanya: Pada zaman ini, kita sering mendengar perkara-perkara yang biasa menjadi bahan perdebatan orang karena ganjilnya. Di antaranya mungkin kita pernah mendengar sebagian orang mengatakan, “Kami tidak suka menggauli istri kami jika yang lahir adalah anak perempuan.” Sebagian lagi mengatakan kepada istrinya, “Demi Allah, jika engkau melahirkan anak perempuan, saya akan menceraikanmu.” -Kita berlepas diri dari orang-orang seperti itu-. Sebagian dari wanita ada yang mendapatkan perlakuan semacam itu dari suaminya. Mereka merasa gelisah dengan perkataan suaminya yang seperti itu. Bagaimana dan apa yang mesti mereka perbuat terhadap perkataan suami seperti itu? Apa nasehat Syaikh dalam masalah ini?<br />Jawab: Saya yakin apa yang dikatakan saudara penanya adalah sesuatu yang sangat jarang terjadi. Saya tidak habis pikir, bagaimana ada seorang suami yang kebodohannya sampai pada taraf seperti itu; mengultimatum akan menceraikan isterinya jika anak yang dilahirkannya anak perempuan. Lain masalahnya, kalau sebenarnya dia sudah tidak suka dengan isterinya, kemudian ingin menceraikannya dan menjadikan masalah ini sebagai alasan agar dapat menceraikannya. Jika ini masalah yang sebenarnya; dia sudah tidak bisa bersabar lagi untuk hidup bersama isterinya, dan telah berusaha untuk tetap hidup berdampingan dengannya akan tetapi tidak berhasil; jika ini masalah yang sebenarnya, hendaknya dia mencerai istrinya dengan cara yang jelas, bukan dengan alasan seperti itu.<br />Karena perceraian dibolehkan asalkan dengan dengan alasan yang syar‘i. Akan tetapi, meskipun demikian, kami menasehatkan kepada para suami yang mendapatkan hal-hal yang tidak disukai pada diri isterinya agar bersabar, sebagaimana yang difirmankan Allah,“Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka (isteri-isteri kamu), (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (QS. An-Nisa’: 19)<br />Adapun membenci anak perempuan, tidak diragukan bahwa itu merupakan perilaku jahiliyah, dan di dalamnya terkandung sikap tasakhuth (tidak menerima) terhadap apa yang telah menjadi ketetapan dan takdir Allah. Manusia tidak tahu, mungkin saja anak-anak perempuan yang dimilikinya akan lebih baik baginya daripada mempunyai banyak anak laki-laki. Berapa banyak anak-anak perempuan justru menjadi berkah bagi ayahnya baik semasa hidupnya maupun setelah matinya. Dan berapa banyak anak-anak lelaki justru menjadi bala dan bencana bagi ayahnya semasa hidupnya dan tidak memberi manfaaat sedikit pun setelah matinya.<br />Rujukan:Fatawa Ulama al-Balad al-Haram hal. 519.Majmu’ Fatawa Syaikh Ibnu Baz (III/348).<br />- Diambil dari majalah Fatawa </div>fadhlal kiromhttp://www.blogger.com/profile/02602735393257797630noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5648381741568984356.post-26632457415844994402008-01-13T17:39:00.000-08:002008-01-13T17:40:38.603-08:00PAKAIAN DAN PERHIASAN<div align="justify"><br />Pakaian dan Perhiasan</div><div align="justify">Dr.Yusuf Qardhawi </div><div align="justify"> </div><div align="justify">ISLAM memperkenankan kepada setiap muslim, bahkan menyuruh supaya geraknya baik, elok dipandang dan hidupnya teratur dengan rapi untuk menikmati perhiasan dan pakaian yang telah dicipta Allah.<br />Adapun tujuan pakaian dalam pandangan Islam ada dua macam; yaitu, guna menutup aurat dan berhias. Ini adalah merupakan pemberian Allah kepada umat manusia seluruhnya, di mana Allah telah menyediakan pakaian dan perhiasan, kiranya mereka mau mengaturnya sendiri.<br />Maka berfirmanlah Allah s.w.t.:<br />"Hai anak-cucu Adam! Sungguh Kami telah menurunkan untuk kamu pakaian yang dapat menutupi aurat-auratmu dan untuk perhiasan." (al-A'raf: 26)<br />Barangsiapa yang mengabaikan salah satu dari dua perkara di atas, yaitu berpakaian untuk menutup aurat atau berhias, maka sebenarnya orang tersebut telah menyimpang dari ajaran Islam dan mengikuti jejak syaitan. Inilah rahasia dua seruan yang dicanangkan Allah kepada umat manusia, sesudah Allah mengumandangkan seruanNya yang terdahulu itu, dimana dalam dua seruanNya itu Allah melarang keras kepada mereka telanjang dan tidak mau berhias, yang justru keduanya itu hanya mengikuti jejak syaitan belaka.<br />Untuk itulah maka Allah berfirman:<br />"Hai anak-cucu Adam! Jangan sampai kamu dapat diperdayakan oleh syaitan, sebagaimana mereka telah dapat mengeluarkan kedua orang tuamu (Adam dan Hawa) dari sorga, mereka dapat menanggalkan pakaian kedua orang tuamu itu supaya kelihatan kedua auratnya." (al-A'raf: 27)<br />"Hai anak-cucu Adam! Pakailah perhiasanmu di tiap-tiap masjid dan makanlah dan minumlah tetapi jangan berlebih-lebihan (boros)." (al-A'raf: 31)<br />Islam mewajibkan kepada setiap muslim supaya menutup aurat, dimana setiap manusia yang berbudaya sesuai dengan fitrahnya akan malu kalau auratnya itu terbuka. Sehingga dengan, demikian akan berbedalah manusia dari binatang yang telanjang.<br />Seruan Islam untuk menutup aurat ini berlaku bagi setiap manusia, kendati dia seorang diri terpencil dari masyarakat, sehingga kesopanannya itu merupakan kesopanan yang dijiwai oleh agama dan moral yang tinggi.<br />Bahaz bin Hakim dari ayahnya dari datuknya menceriterakan, kata datuknya itu:<br />"Ya, Rasulullah! Aurat kami untuk apa harus kami pakai, dan apa yang harus kami tinggalkan? Jawab Nabi. 'Jagalah auratmu itu kecuali terhadap isterimu atau hamba sahayamu.' Aku bertanya lagi: 'Ya, Rasulullah! Bagaimana kalau suatu kaum itu bergaul satu sama lain?' Jawab Nabi, 'Kalau kamu dapat supaya tidak seorang pun yang melihatnya, maka janganlah dia melihat.' Aku bertanya lagi: 'Bagaimana kalau kami sendirian?' Jawab Nabi, 'Allah tabaraka wa Ta'ala, lebih berhak (seseorang) malu kepadaNya." (Riwayat Ahmad, Abu Daud, Tarmizi, Ibnu Majah, Hakim dan Baihaqi)<br /><a name="2.2.1"></a>2.2.1 Islam Agama Bersih dan Cantik<br />Sebelum Islam mencenderung kepada masalah perhiasan dan gerak yang baik, terlebih dahulu Islam mengerahkan kecenderungannya yang lebih besar kepada masalah kebersihan adalah merupakan dasar pokok bagi setiap perhiasan yang baik dan pemandangan yang elok.<br />Dalam salah satu hadisnya, Rasulullah s.a.w. pernah bersabda sebagai berikut:<br />"Menjadi bersihlah kamu, karena sesungguhnya Islam itu bersih." (Riwayat Ibnu Hibban)<br />Dan sabdanya pula:<br />"Kebersihan itu dapat mengajak orang kepada iman. Sedang iman itu akan bersama pemiliknya ke sorga." (Riwayat Thabarani)<br />Rasulullah s.a.w. sangat menekankan tentang masalah kebersihan pakaian, badan, rumah dan jalan-jalan. Dan lebih serius lagi, yaitu tentang kebersihan gigi, tangan dan kepala.<br />Ini bukan suatu hal yang mengherankan, karena Islam telah meletakkan suci (bersih) sebagai kunci bagi peribadatannya yang tertinggi yaitu shalat. Oleh karena itu tidak akan diterima sembahyangnya seorang muslim sehingga badannya bersih, pakaiannya bersih dan tempat yang dipakai pun dalam keadaan bersih. Ini belum termasuk kebersihan yang diwajibkan terhadap seluruh badan atau pada anggota badan. Kebersihan yang wajib ini dalam Islam dilakukan dengan mandi dan wudhu'.<br />Kalau suasana bangsa Arab itu dikelilingi oleh suasana pedesaan padang pasir di mana orang-orangnya atau kebanyakan mereka itu telah merekat dengan meremehkan urusan kebersihan dan berhias, maka Nabi Muhammad s.a.w. waktu itu memberikan beberapa bimbingan yang cukup dapat membangkitkan, serta nasehat-nasehat yang jitu, sehingga mereka naik dari sifat-sifat primitif menjadi bangsa modern dan dari bangsa yang sangat kotor menjadi bangsa yang cukup necis.<br />Pernah ada seorang laki-laki datang kepada Nabi, rambut dan jenggotnya morat-marit tidak terurus, kemudian Nabi mengisyaratkan, seolah-olah memerintah supaya rambutnya itu diperbaiki, maka orang tersebut kemudian memperbaikinya, dan setelah itu dia kembali lagi menghadap Nabi.<br />Maka kata Nabi:<br />"Bukankah ini lebih baik daripada dia datang sedang rambut kepalanya morat-marit seperti syaitan?" (Riwayat Malik)<br />Dan pernah juga Nabi melihat seorang laki-laki yang kepalanya kotor sekali.<br />Maka sabda Nabi:<br />"Apakah orang ini tidak mendapatkan sesuatu yang dengan itu dia dapat meluruskan rambutnya?"<br />Pernah juga Nabi melihat seorang yang pakaiannya kotor sekali, maka apa kata Nabi:<br />"Apakah orang ini tidak mendapatkan sesuatu yang dapat dipakai mencuci pakaiannya?" (Riwayat Abu Daud)<br />Dan pernah ada seorang laki-laki datang kepada Nabi, pakaiannya sangat menjijikkan, maka tanya Nabi kepadanya:<br />"Apakah kamu mempunyai uang?" Orang tersebut menjawab: "Ya! saya punya" Nabi bertanya lagi. "Dari mana uang itu?" Orang itupun kemudian menjawab: "Dari setiap harta yang Allah berikan kepadaku." Maka kata Nabi: "Kalau Allah memberimu harta, maka sungguh Dia (lebih senang) menyaksikan bekas nikmatNya yang diberikan kepadamu dan bekas kedermawananNya itu." (Riwayat Nasa'i)<br />Masalah kebersihan ini lebih ditekankan lagi pada hari-hari berkumpul, misalnya: Pada hari Jum'at dan Hari raya. Dalam hal ini Nabi pun pernah bersabda:<br />"Sebaiknyalah salah seorang di antara kamu --jika ada rezeki-- memakai dua pakaian untuk hari Jum'at, selain pakaian kerja." (Riwayat Abu Daud)<br /><a name="2.2.2"></a>2.2.2 Emas dan Sutera Asli Haram Untuk Orang Laki-Laki<br />Kalau Islam telah memberikan perkenan bahkan menyerukan kepada umatnya supaya berhias dan menentang keras kepada siapa yang mengharamkannya, yaitu seperti yang dikatakan Allah dalam al-Quran:<br />"Siapakah yang berani mengharamkan perhiasan Allah yang telah dikeluarkan untuk hambaNya dan begitu juga rezeki-rezeki yang baik (halal)?" (al-A'raf: 32)<br />Maka dibalik itu Islam telah mengharamkan kepada orang laki-laki dua macam perhiasan, di mana kedua perhiasan tersebut justru paling manis buat kaum wanita. Dua macam perhiasan itu ialah:<br />Berhias dengan emas.<br />Memakai kain sutera asli.<br />Ali bin Abu Talib r.a. berkata:<br />"Rasulullah s.a.w. mengambil sutera, ia letakkan di sebelah kanannya, dan ia mengambil emas kemudian diletakkan di sebelah kirinya, lantas ia berkata: Kedua ini haram buat orang laki-laki dari umatku." (Riwayat Ahmad, Abu Daud, Nasa'i, Ibnu Hibban dan Ibnu Majah)<br />Tetapi Ibnu Majah menambah:<br />"halal buat orang-orang perempuan."<br />Dan Saiyidina Umar pernah juga berkata:<br />"Aku pernah mendengar Rasulullah s.a. w. bersabda: 'Jangan kamu memakai sutera, karena barangsiapa memakai di dunia, nanti di akhirat tidak lagi memakainya.'" (Riwayat Bukhari dan Muslim)<br />Dan tentang masalah pakaian sutera Nabi pun pernah juga bersabda:<br />"Sesungguhnya ini adalah pakaian orang yang (nanti di akhirat) tidak ada sedikitpun bagian baginya." (Riwayat Bukhari dan Muslim)<br />Dan tentang masalah emas, Nabi s.a.w. pernah melihat seorang laki-laki memakai cincin emas di tangannya, kemudian oleh Nabi dicabutnya cincin itu dan dibuang ke tanah.<br />Kemudian beliau bersabda:<br />"Salah seorang diantara kamu ini sengaja mengambil bara api kemudian ia letakkan di tangannya. Setelah Rasulullah pergi, kepada si laki-laki tersebut dikatakan: 'Ambillah cincinmu itu dan manfaatkanlah.' Maka jawabnya: 'Tidak! Demi Allah, saya tidak mengambil cincin yang telah dibuang oleh Rasulullah.'" (Riwayat Muslim)<br />Dan seperti cincin, menurut apa yang kami saksikan di kalangan orang-orang kaya, yaitu mereka memakai pena emas, jam emas, gelang emas, kaling rokok emas, mulut(?)/gigi emas dan seterusnya.<br />Adapun memakai cincin perak, buat orang laki-laki jelas telah dihalalkan oleh Rasulullah s.a.w., sebagaimana tersebut dalam hadis riwayat Bukhari, bahwa Rasulullah sendiri memakai cicin perak, yang kemudian cincin itu pindah ke tangan Abubakar, kemudian pindah ke tangan Umar dan terakhir pindah ke tangan Usman sehingga akhirnya jatuh ke sumur Aris (di Quba').<a name="13"></a><a href="http://media.isnet.org/islam/Qardhawi/Halal/2kaki.html#13">13</a><br />Tentang logam-logam yang lain seperti besi dan sebagainya tidak ada satupun nas yang mengharamkannya, bahkan yang ada adalah sebaliknya, yaitu Rasulullah s.a.w. pernah menyuruh kepada seorang laki-laki yang hendak kawin dengan sabdanya:<br />"Berilah (si perempuan itu) mas kawin, walaupun dengan satu cincin dari besi." (Riwayat Bukhari)<br />Dari hadis inilah, maka Imam Bukhari beristidlal untuk menetapkan halalnya memakai cincin besi.<br />Memakai pakaian sutera dapat diberikan keringanan (rukhshah) apabila ada suatu keperluan yang berhubungan dengan masalah kesehatan, yaitu sebagaimana Rasulullah pernah mengizinkan Abdur-Rahman bin 'Auf dan az-Zubair bin Awwam untuk memakai sutera karena ada luka di bagian badannya.<a name="14"></a><a href="http://media.isnet.org/islam/Qardhawi/Halal/2kaki.html#14">14</a><br />(<a href="http://media.isnet.org/islam/Qardhawi/Halal/201195.html">sebelum</a>, <a href="http://media.isnet.org/islam/Qardhawi/Halal/2023.html">sesudah</a>)<br />Halal dan Haram dalam IslamOleh Syekh Muhammad Yusuf QardhawiAlih bahasa: H. Mu'ammal HamidyPenerbit: PT. Bina Ilmu, 1993</div>fadhlal kiromhttp://www.blogger.com/profile/02602735393257797630noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5648381741568984356.post-6759647717168539282008-01-13T17:36:00.000-08:002008-01-13T17:37:21.028-08:00HAK ISTRI ATAS SUAMINYAHAK ISTERI ATAS SUAMI<br /><div align="justify">Dr. Yusuf Qardhawi<br /><br />PERTANYAAN<br /><br />Saya menikah dengan seorang laki-laki yang usianya<br />lebih tua daripada saya dengan selisih lebih dari dua<br />puluh tahun. Namun, saya tidak menganggap perbedaan<br />usia sebagai penghalang yang menjauhkan saya<br />daripadanya atau membuat saya lari daripadanya. Kalau<br />dia memperlihatkan wajah, lisan, dan hatinya dengan<br />baik sudah barang tentu hal itu akan melupakan saya<br />terhadap perbedaan usia ini. Tetapi sayang, semua itu<br />tak saya peroleh. Saya tidak pernah mendapatkan wajah<br />yang cerah, perkataan manis, dan perasaan hidup yang<br />menenteramkan. Dia tidak begitu peduli dengan<br />keberadaan saya dan kedudukan saya sebagai isteri.<br /><br />Dia memang tidak bakhil dalam memberi nafkah dan<br />pakaian, sebagaimana dia juga tidak pernah menyakiti<br />badan saya. Tetapi, tentunya bukan cuma ini yang<br />diharapkan oleh seorang isteri terhadap suaminya. Saya<br />melihat posisi saya hanya sebagai objek santapannya,<br />untuk melahirkan anak, atau sebagai alat untuk<br />bersenang-senang manakala ia butuh bersenang-senang.<br />Inilah yang menjadikan saya merasa bosan, jenuh, dan<br />hampa. Saya merasakan hidup ini sempit. Lebih-lebih<br />bila saya melihat teman-teman saya yang hidup bersama<br />suaminya dengan penuh rasa cinta, tenteram, dan<br />bahagia.<br /><br />Pada suatu kesempatan saya mengadu kepadanya tentang<br />sikapnya ini, tetapi dia menjawab dengan bertanya,<br />"Apakah aku kurang dalam memenuhi hakmu? Apakah aku<br />bakhil dalam memberi nafkah dan pakaian kepadamu?"<br /><br />Masalah inilah yang ingin saya tanyakan kepada Ustadz<br />agar suami isteri itu tahu: Apakah hanya pemenuhan<br />kebutuhan material seperti makan, minum, pakaian, dan<br />tempat tinggal itu saja yang menjadi kewajiban suami<br />terhadap isterinya menurut hukum syara'? Apakah aspek<br />kejiwaan tidak ada nilainya dalam pandangan syari'at<br />Islam yang cemerlang ini?<br /><br />Saya, dengan fitrah saya dan pengetahuan saya yang<br />rendah ini, tidak percaya kalau ajaran Islam demikian.<br />Karena itu, saya mohon kepada Ustadz untuk menjelaskan<br />aspek psikologis ini dalam kehidupan suami isteri,<br />karena hal itu mempunyai dampak yang besar dalam meraih<br />kebahagiaan dan kesakinahan sebuah rumah tangga.<br /><br />Semoga Allah menjaga Ustadz.<br /><br />JAWABAN<br /><br />Apa yang dipahami oleh saudara penanya berdasarkan<br />fitrahnya dan pengetahuan serta peradabannya yang<br />rendah itu merupakan kebenaran yang dibawakan oleh<br />syari'at Islam yang cemerlang.<br /><br />Syari'at mewajibkan kepada suami untuk memenuhi<br />kebutuhan isterinya yang berupa kebutuhan material<br />seperti nafkah, pakaian, tempat tinggal, pengobatan dan<br />sebagainya, sesuai dengan kondisi masing- masing, atau<br />seperti yang dikatakan oleh Al Qur'an "bil ma'ruf"<br />(menurut cara yang ma'ruf/patut)<br /><br />Namun, Syari'at tidak pernah melupakan akan<br />kebutuhan-kebutuhan spiritual yang manusia tidaklah<br />bernama manusia kecuali dengan adanya<br />kebutuhan-kebutuhan tersebut, sebagaimana kata seorang<br />pujangga kuno: "Maka karena jiwamu itulah engkau<br />sebagai manusia, bukan cuma dengan badanmu."<br /><br />Bahkan Al Qur'an menyebut perkawinan ini sebagai salah<br />satu ayat diantara ayat-ayat Allah di alam semesta dan<br />salah satu nikmat yang diberikan-Nya kepada<br />hamba-hamba-Nya. Firman-Nya:<br /><br />"Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia<br />menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri,<br />supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya,<br />dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.<br />Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar<br />terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir." (Ar Rum:<br />21)<br /><br />Ayat ini menjadikan sasaran atau tujuan hidup bersuami<br />isteri ialah ketenteraman hati, cinta, dan kasih sayang<br />antara keduanya, yang semua ini merupakan aspek<br />kejiwaan, bukan material. Tidak ada artinya kehidupan<br />bersuami isteri yang sunyi dari aspek-aspek maknawi<br />ini, sehingga badan berdekatan tetapi ruh berjauhan.<br /><br />Dalam hal ini banyak suami yang keliru - padahal diri<br />mereka sebenarnya baik - ketika mereka mengira bahwa<br />kewajiban mereka terhadap isteri mereka ialah memberi<br />nafkah, pakaian, dan tempat tinggal, tidak ada yang<br />lain lagi. Dia melupakan bahwa wanita (isteri) itu<br />bukan hanya membutuhkan makan, minum, pakaian, dan<br />lain-lain kebutuhan material, tetapi juga membutuhkan<br />perkataan yang baik, wajah yang ceria, senyum yang<br />manis, sentuhan yang lembut, ciuman yang mesra,<br />pergaulan yang penuh kasih sayang, dan belaian yang<br />lembut yang menyenangkan hati dan menghilangkan<br />kegundahan.<br /><br />Imam Ghazali mengemukakan sejumlah hak suami isteri dan<br />adab pergaulan diantara mereka yang kehidupan<br />berkeluarga tidak akan dapat harmonis tanpa semua itu.<br />Diantara adab-adab yang dituntunkan oleh Al-Qur'an dan<br />Sunnah itu ialah berakhlak yang baik terhadapnya dan<br />sabar dalam menghadapi godaannya. Allah berfirman:<br /><br />"... Dan gaulilah mereka (isteri-isterimu) dengan cara<br />yang ma'ruf (patut) ..., An Nisa': 19)<br /><br />"... Dan mereka (isteri-isterimu) telah mengambil dari<br />kamu perjanjian yang kuat." (An Nisa': 21 )<br /><br />"... Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapak,<br />karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin,<br />tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman<br />sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahayamu ...." (An Nisa:<br />36)<br /><br />Ada yang menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan "teman<br />sejawat" dalam ayat di atas ialah isteri.<br /><br />Imam Ghazali berkata, "Ketahuilah bahwa berakhlak baik<br />kepada mereka (isteri) bukan cuma tidak menyakiti<br />mereka, tetapi juga sabar menerima keluhan mereka, dan<br />penyantun ketika mereka sedang emosi serta marah,<br />sebagaimana diteladankan Rasulullah saw. Isteri-isteri<br />beliau itu sering meminta beliau untuk mengulang-ulangi<br />perkataan, bahkan pernah ada pula salah seorang dari<br />mereka menghindari beliau sehari semalam.<br /><br />Beliau pernah berkata kepada Aisyah, "Sungguh, aku tahu<br />kalau engkau marah dan kalau engkau rela." Aisyah<br />bertanya, "Bagaimana engkau tahu?" Beliau menjawab,<br />"Kalau engkau rela, engkau berkata, 'Tidak, demi Tuhan<br />Muhammad,' dan bila engkau marah, engkau berkata,<br />'Tidak, demi Tuhan Ibrahim.' Aisyah menjawab, "Betul,<br />(kalau aku marah) aku hanya menghindari menyebut<br />namamu."<br /><br />Dari adab yang dikemukakan Imam Ghazali itu dapat<br />ditambahkan bahwa disamping bersabar menerima atau<br />menghadapi kesulitan isteri, juga bercumbu, bergurau,<br />dan bermain-main dengan mereka, karena yang demikian<br />itu dapat menyenangkan hati wanita. Rasulullah saw.<br />biasa bergurau dengan isteri-isteri beliau dan<br />menyesuaikan diri dengan pikiran mereka dalam bertindak<br />dan berakhlak, sehingga diriwayatkan bahwa beliau<br />pernah melakukan perlombaan lari cepat dengan Aisyah.<br /><br />Umar r.a. - yang dikenal berwatak keras itu - pernah<br />berkata, "Seyogyanya sikap suami terhadap isterinya<br />seperti anak kecil, tetapi apabila mencari apa yang ada<br />disisinya (keadaan yang sebenarnya) maka dia adalah<br />seorang laki-laki."<br /><br />Dalam menafsirkan hadits: "Sesungguhnya Allah membenci<br />alja'zhari al-jawwazh," dikatakan bahwa yang dimaksud<br />ialah orang yang bersikap keras terhadap isteri<br />(keluarganya) dan sombong pada dirinya. Dan ini<br />merupakan salah satu makna firman Allah: 'utul. Ada<br />yang mengatakan bahwa lafal 'utul berarti orang yang<br />kasar mulutnya dan keras hatinya terhadap keluarganya.<br /><br />Keteladanan tertinggi bagi semua itu ialah Rasulullah<br />saw. Meski bagaimanapun besarnya perhatian dan<br />banyaknya kesibukan beliau dalam mengembangkan dakwah<br />dan menegakkan agama, memelihara jama'ah, menegakkan<br />tiang daulah dari dalam dan memeliharanya dari serangan<br />musuh yang senantiasa mengintainya dari luar, beliau<br />tetap sangat memperhatikan para isterinya. Beliau<br />adalah manusia yang senantiasa sibuk berhubungan dengan<br />Tuhannya seperti berpuasa, shalat, membaca Al-Qur'an,<br />dan berzikir, sehingga kedua kaki beliau bengkak karena<br />lamanya berdiri ketika melakukan shalat lail, dan<br />menangis sehingga air matanya membasahi jenggotnya.<br /><br />Namun, sesibuk apa pun beliau tidak pernah melupakan<br />hak-hak isteri-isteri beliau yang harus beliau penuhi.<br />Jadi, aspek-aspek Rabbani tidaklah melupakan beliau<br />terhadap aspek insani dalam melayani mereka dengan<br />memberikan makanan ruhani dan perasaan mereka yang<br />tidak dapat terpenuhi dengan makanan yang mengenyangkan<br />perut dan pakaian penutup tubuh.<br /><br />Dalam menjelaskan sikap Rasulullah dan petunjuk beliau<br />dalam mempergauli isteri, Imam Ibnu Qayyim berkata:<br /><br />"Sikap Rasulullah saw. terhadap isteri-isterinya ialah<br />bergaul dan berakhlak baik kepada mereka. Beliau pernah<br />menyuruh gadis-gadis Anshar menemani Aisyah bermain.<br />Apabila isterinya (Aisyah) menginginkan sesuatu yang<br />tidak terlarang menurut agama, beliau menurutinya. Bila<br />Aisyah minum dari suatu bejana, maka beliau ambil<br />bejana itu dan beliau minum daripadanya pula dan beliau<br />letakkan mulut beliau di tempat mulut Aisyah tadi<br />(bergantian minum pada satu bejana/tempat), dan beliau<br />juga biasa makan kikil bergantian dengan Aisyah."<br /><br />Beliau biasa bersandar di pangkuan Aisyah, beliau<br />membaca Al Qur'an sedang kepala beliau berada di<br />pangkuannya. Bahkan pernah ketika Aisyah sedang haidh,<br />beliau menyuruhnya memakai sarung, lalu beliau<br />memeluknya. Bahkan, pernah juga menciumnya, padahal<br />beliau sedang berpuasa.<br /><br />Diantara kelemahlembutan dan akhlak baik beliau lagi<br />ialah beliau memperkenankannya untuk bermain dan<br />mempertunjukkan kepadanya permainan orang-orang Habsyi<br />ketika mereka sedang bermain di masjid, dia (Aisyah)<br />menyandarkan kepalanya ke pundak beliau untuk melihat<br />permainan orang-orang Habsyi itu. Beliau juga pernah<br />berlomba lari dengan Aisyah dua kali, dan keluar dari<br />rumah bersama-sama.<br /><br />Sabda Nabi saw:<br /><br />"Sebaik-baik kamu ialah yang paling baik terhadap<br />keluarganya, dan aku adalah orang yang paling baik<br />terhadap keluargaku."<br /><br />Apabila selesai melaksanakan shalat ashar, Nabi<br />senantiasa mengelilingi (mengunjungi) isteri-isterinya<br />dan beliau tanyakan keadaan mereka, dan bila malam tiba<br />beliau pergi ke rumah isteri beliau yang pada waktu itu<br />tiba giliran beliau untuk bermalam. Aisyah berkata,<br />"Rasulullah saw. tidak melebihkan sebagian kami<br />terhadap sebagian yang lain dalam pembagian giliran.<br />Dan setiap hari beliau mengunjungi kami semuanya, yaitu<br />mendekati tiap-tiap isteri beliau tanpa menyentuhnya,<br />hingga sampai kepada isteri yang menjadi giliran<br />beliau, lalu beliau bermalam di situ."1<br /><br />Kalau kita renungkan apa yang telah kita kutip disini<br />mengenai petunjuk Nabi saw. tentang pergaulan beliau<br />dengan isteri-isteri beliau, kita dapati bahwa beliau<br />sangat memperhatikan mereka, menanyakan keadaan mereka,<br />dan mendekati mereka. Tetapi beliau mengkhususkan<br />Aisyah dengan perhatian lebih, namun ini bukan berarti<br />beliau bersikap pilih kasih, tetapi karena untuk<br />menjaga kejiwaan Aisyah yang beliau nikahi ketika masih<br />perawan dan karena usianya yang masih muda.<br /><br />Beliau mengawini Aisyah ketika masih gadis kecil yang<br />belum mengenal seorang laki-laki pun selain beliau.<br />Kebutuhan wanita muda seperti ini terhadap laki-laki<br />lebih besar dibandingkan dengan wanita janda yang lebih<br />tua dan telah berpengalaman. Yang kami maksudkan dengan<br />kebutuhan disini bukan sekadar nafkah, pakaian, dan<br />hubungan biologis saja, bahkan kebutuhan psikologis dan<br />spiritualnya lebih penting dan lebih dalam daripada<br />semua itu. Karena itu, tidaklah mengherankan jika kita<br />lihat Nabi saw. selalu ingat aspek tersebut dan<br />senantiasa memberikan haknya serta tidak pernah<br />melupakannya meskipun tugas yang diembannya besar,<br />seperti mengatur strategi dakwah, membangun umat, dan<br />menegakkan daulah.<br /><br />"Sungguh pada diri Rasulullah itu terdapat teladan yang<br />bagus bagi kamu."<br /><br />Mahabenar Allah dengan segala firman-Nya.<br /><br />Catatan kaki:<br /><br />1 Zadul Ma'ad 1:78-79, terbitan Sunnah Muhammadiyyah.<br /><br />-----------------------<br />Fatwa-fatwa Kontemporer<br />Dr. Yusuf Qardhawi<br />Gema Insani Press<br />Jln. Kalibata Utara II No. 84 Jakarta 12740<br />Telp. (021) 7984391-7984392-7988593<br />Fax. (021) 7984388<br />ISBN 979-561-276-X<br /> </div>fadhlal kiromhttp://www.blogger.com/profile/02602735393257797630noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5648381741568984356.post-43861575645298385692008-01-13T17:34:00.000-08:002008-01-13T17:35:33.289-08:00APAKAH WANITA ITU JAHAT DALAM SEGALANYA<div align="justify"><br />APAKAH WANITA ITU JAHAT DALAM SEGALANYA?<br />Dr. Yusuf Al-Qardhawi<br /><br />PERTANYAAN<br /><br />Dalam buku Nahjul Balaghah karangan Amirul-Mukminin Ali bin<br />Abi Thalib r.a terdapat suatu keterangan:<br /><br />"Wanita itu jahat dalam segalanya. Dan yang paling<br />jahat dari dirinya ialah kita tidak dapat terlepas<br />dari padanya."<br /><br />Apakah arti yang sebenarnya (maksud) dari kalimat tersebut?<br />Apakah hal itu sesuai dengan pandaigan Islam terhadap<br />wanita? Saya mohon penjelasannya. Terima kasih.<br /><br />JAWAB<br /><br />Ada dua hal yang nyata kebenarannya, tetapi harus dijelaskan<br />iebih dahulu, yaitu:<br /><br />Pertama, yang menjadi pegangan atau dasar dari<br />masalah-masalah agama ialah firman Allah swt. dan sabda Nabi<br />saw, selain dari dua ini, setiap orang kata-katanya boleh<br />diambil dan ditinggalkan. Maka, Al-Qur'an dan As-Sunnah,<br />kedua-duanya adalah sumber yang kuat dan benar.<br /><br />Kedua, sebagaimana telah diketahui oleh para analis dan<br />cendekiawan Muslim, bahwa semua tulisan yang ada pada buku<br />tersebut di atas (Nahjul Balaghah), baik yang berupa<br />dalil-dalil atau alasan-alasan yang dikemukakan, tidak<br />semuanya tepat. Diantara hal-hal yang ada pada buku itu<br />ialah tidak menggambarkan masa maupun pikiran serta cara di<br />zaman Ali r.a.<br /><br />Oleh sebab itu, tidak dapat dijadikan dalil dan tidak dapat<br />dianggap benar, karena semua kata-kata dalam buku itu tidak<br />ditulis oleh Al-Imam Ali r.a.<br /><br />Didalam penetapan ilmu agama, setiap ucapan atau kata-kata<br />dari seseorang, tidak dapat dibenarkan, kecuali disertai<br />dalil yang shahih dan bersambung, yang bersih dari<br />kekurangan atau aib dan kelemahan kalimatnya.<br /><br />Maka, kata-kata itu tidak dapat disebut sebagai ucapan Ali<br />r.a. karena tidak bersambung dan tidak mempunyai sanad yang<br />shahih. Sekalipun kata-kata tersebut mempunyai sanad yang<br />shahih, bersambung, riwayatnya adil dan benar, maka wajib<br />ditolak, karena hal itu bertentangan dengan dalil-dalil dan<br />hukum Islam. Alasan ini terpakai di dalam segala hal<br />(kata-kata) atau fatwa, walaupun sanadnya seterang matahari.<br /><br />Mustahil bagi Al-Imam Ali r.a. mengatakan hal itu, dimana<br />beliau sering membaca ayat-ayat Al-Qur'an, di antaranya<br />adalah:<br /><br />"Wahai sekalian manusia! Bertakwalah kepada<br />Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari seorang,<br />yang kemudian darinya Allah lantas menciptakan<br />istrinya, dari keduanya Allah mengembangbiakkan<br />laki-laki dan wanita yang banyak ..." (Q.s.<br />An-Nisa': 1)<br /><br />"Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya<br />(dengan firman-Nya): 'Bahwa sesungguhnya Aku tiada<br />mensia-siakan amal orang-orang yang beramal di<br />antara kamu, baik laki-laki maupun wanita,<br />(karena) sebagian darimu adalah keturunan dari<br />sebagian yang lain ..." (Q.s. Ali Imran: 195).<br /><br />"Dan diantara tanda-tanda kekuasaan Allah ialah<br />Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu<br />sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram<br />kepadanya, dan Allah menjadikannya diantara kamu<br />rasa kasih dan sayang ..." (Q.s. Ar-Ruum: 21).<br /><br />Masih banyak lagi di antara ayat-ayat suci Al-Qur'an yang<br />mengangkat dan memuji derajat kaum wanita, disamping kaum<br />laki-laki. Sebagaimana Nabi saw. bersabda:<br /><br />"Termasuk tiga sumber kebahagiaan bagi laki-laki<br />ialah wanita salehat, kediaman yang baik dan<br />kendaraan yang baik pula." (H.r. Ahmad dengan<br />sanad yang shahih).<br /><br />"Di dunia ini mengandung kenikmatan, dan<br />sebaik-baik kenikmatan itu adalah wanita yang<br />salehat." (H.r. Imam Muslim, Nasa'i dan Ibnu<br />Majah).<br /><br />"Barangsiapa yang dikaruniai oleh Allah wanita<br />yang salehat, maka dia telah dibantu dalam<br />sebagian agamanya; maka bertakwalah pula kepada<br />Allah dalam sisanya yang sebagian."<br /><br />Banyak lagi hadis-hadis dari Nabi saw. yang memuji wanita;<br />maka mustahil bahwa Ali r.a. berkata sebagaimana di atas.<br /><br />Sifat wanita itu berbeda dengan sifat laki-laki dari segi<br />fitrah; kedua-duanya dapat menerima kebaikan, kejahatan,<br />hidayat. kesesatan dan sebagainya.<br /><br />Firman Allah swt. dalam Al-Qur'an,<br /><br />"Jiwa dan penyempurnaannya (ciptaannya); maka<br />Allah mengilhamkan pada jiwa itu (jalan) kefasikan<br />dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang<br />yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya<br />merugilah orang yang mengotorinya." (Q.s.<br />Asy-Syams: 7-10)<br /><br />Mengenai fitnah yang ada pada wanita disamping fitnah yang<br />ada pada harta dan anak-anak, dimana hal itu telah<br />diterangkan di dalam Al-Qur'an dan dianjurkan supaya mereka<br />waspada dan menjaga diri dari fitnah tersebut.<br /><br />Dalam sabda Rasulullah saxv. diterangkan mengenai fitnahnya<br />kaum wanita, yaitu sebagai berikut,<br /><br />"Setelah aku tiada, tidak ada fitnah yang paling<br />besar gangguannya bagi laki-laki daripada<br />fitnahnya wanita." (H.r. Bukhari).<br /><br />Arti dari hadis di atas menunjukkan bahwa wanita itu bukan<br />jahat, tetapi mempunyai pengaruh yang besar bagi manusia,<br />yang dikhawatirkan lupa pada kewajibannya, lupa kepada Allah<br />dan terhadap agama.<br /><br />Selain masalah wanita, Al-Qur'an juga mengingatkan manusia<br />mengenai fitnah yang disebabkan dari harta dan anak-anak.<br /><br />Allah swt. berfirman dalam Al-Qur'an:<br /><br />"Sesungguhnya harta-harta dan anak-anakmu adalah<br />fitnah (cobaan bagimu); dan pada sisi Allah-lah<br />pahala yang besar." (Q.s. At-Taghaabun: 15)<br /><br />"Hai orang-orang yang beriman!Janganlah<br />harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikanmu<br />mengingat kepada Allah. Barangsiapa yang berbuat<br />demikian' maka mereka termasuk orang-orang yang<br />merugi." (Q.s. Al-Munaafiquun: 9).<br /><br />Selain dari itu (wanita, anak-anak dan harta yang dapat<br />mendatangkan fitnah), harta juga sebagai sesuatu yang baik.<br /><br />Firman Allah swt.:<br /><br />"Allah menjadikan bagi kamu istri-istri dari<br />jenismu sendiri dan menjadikan bagimu dan<br />istri-istrimu itu, anak-anak dan cucu; dan<br />memberimu rezeki dari harta yang baik-baik ..."<br />(Q.s. An-Nahl: 72)<br /><br />Oleh karena itu, dianjurkannya untuk waspada dari fitnah<br />kaum wanita, fitnah harta dan anak-anak, hal itu bukan<br />berarti kesemuanya bersifat jahat, tetapi demi mencegah<br />timbulnya fitnah yang dapat melalaikan kewajiban-kewajiban<br />yang telah diperintahkan oleh Allah swt.<br /><br />Allah swt. tidak mungkin menciptakan suatu kejahatan,<br />kemudian dijadikannya sebagai suatu kebutuhan dan keharusan<br />bagi setiap makhluk-Nya.<br /><br />Makna yang tersirat dari suatu kejahatan itu adalah suatu<br />bagian yang amat sensitif, realitanya menjadi lazim bagi<br />kebaikan secara mutlak. Segala bentuk kebaikan dan kejahatan<br />itu berada di tangan (kekuasaan) Allah swt.<br /><br />Oleh sebab itu, Allah memberikan bimbingan bagi kaum<br />laki-laki untuk menjaga dirinya dari bahaya dan fitnah yang<br />dapat disebabkan dan mudah dipengaruhi oleh hal-hal<br />tersebut.<br /><br />Diwajibkanjuga bagi kaum wanita, agar waspada dan<br />berhati-hati dalam menghadapi tipu muslihat yang diupayakan<br />oleh musuh-musuh Islam untuk menjadikan kaum wanita sebagai<br />sarana perusak budi pekerti, akhlak yang luhur dan bernilai<br />suci.<br /><br />Wajib bagi para wanita Muslimat kembali pada kodratnya<br />sebagai wanita yang saleh, wanita hakiki, istri salehat, dan<br />sebagai ibu teladan bagi rumah tangga, agama dan negara.<br /><br />---------------------------------------------------<br />Fatawa Qardhawi: Permasalahan, Pemecahan dan Hikmah<br />Dr. Yusuf Al-Qardhawi<br />Cetakan Kedua, 1996<br />Penerbit Risalah Gusti<br />Jln. Ikan Mungging XIII/1<br />Telp./Fax. (031) 339440<br />Surabaya 60177<br /></div>fadhlal kiromhttp://www.blogger.com/profile/02602735393257797630noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5648381741568984356.post-34676786224297955902008-01-13T17:31:00.000-08:002008-01-13T17:33:29.027-08:00WANITA BERHIAS DI SALON KENCANTIKAN<div align="justify">WANITA BERHIAS DI SALON KECANTIKAN<br />Dr. Yusuf Al-Qardhawi<br /><br />PERTANYAAN<br /><br />Apakah boleh wanita Muslimat menghias (mempercantik) dirinya<br />di tempat-tempat tertentu, misalnya pada saat ini, yang<br />dinamakan salon kecantikan, dengan alasan keadaan masa kini<br />bagi wanita sangat penting untuk tampil dengan perlengkapan<br />dan cara-cara berhias seperti itu yang bersifat modren?<br /><br />Selain itu, bolehkah wanita memakai rambut palsu atau tutup<br />kepala yang dibuat khusus untuk itu?<br /><br />JAWAB<br /><br />Agama Islam menentang kehidupan yang bersifat kesengsaraan<br />dan menyiksa diri, sebagaimana yang telah dipraktekkan oleh<br />sebagian dari pemeluk agama lain dan aliran tertentu. Agama<br />Islam pun menganjurkan bagi ummatnya untuk selalu tampak<br />indah dengan cara sederhana dan layak, yang tidak<br />berlebih-lebihan. Bahkan Islam menganjurkan di saat hendak<br />mengerjakan ibadat, supaya berhias diri disamping menjaga<br />kebersihan dan kesucian tempat maupun pakaian.<br /><br />Allah swt. berfirman:<br /><br />"... pakailah pakaianmu yang indah pada setiap<br />(memasuki) masjid ..." (Q.s.Al-A'raaf: 31)<br /><br />Bila Islam sudah menetapkan hal-hal yang indah, baik bagi<br />laki-laki maupun wanita, maka terhadap wanita, Islam lebih<br />memberi perhatian dan kelonggaran, karena fitrahnya,<br />sebagaimana dibolehkannya memakai kain sutera dan perhiasan<br />emas, dimana hal itu diharamkan bagi kaum laki-laki.<br /><br />Adapun hal-hal yang dianggap oleh manusia baik, tetapi<br />membawa kerusakan dan perubahan pada tubuhnya, dari yang<br />telah diciptakan oleh Allah swt, dimana perubahan itu tidak<br />layak bagi fitrah manusia, tentu hal itu pengaruh dari<br />perbuatan setan yang hendak memperdayakan. Oleh karena itu,<br />perbuatan tersebut dilarang. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad<br />saw.:<br /><br />"Allah melaknati pembuatan tatto, yaitu menusukkan<br />jarum ke kulit dengan warna yang berupa tulisan,<br />gambar bunga, simbol-simbol dan sebagainya;<br />mempertajam gigi, memendekkan atau menyambung<br />rambut dengan rambut orang lain, (yang bersifat<br />palsu, menipu dan sebagainya)." (Hadis shahih).<br /><br />Sebagaimana riwayat Said bin Musayyab, salah seorang sahabat<br />Nabi saw. ketika Muawiyah berada di Madinah setelah beliau<br />berpidato, tiba-tiba mengeluarkan segenggam rambut dan<br />mengatakan, "Inilah rambut yang dinamakan Nabi saw. azzur<br />yang artinya atwashilah (penyambung), yang dipakai oleh<br />wanita untuk menyambung rambutnya, hal itulah yang dilarang<br />oleh Rasulullah saw. dan tentu hal itu adalah perbuatan<br />orang-orang Yahudi. Bagaimana dengan Anda, wahai para ulama,<br />apakah kalian tidak melarang hal itu? Padahal aku telah<br />mendengar sabda Nabi saw. yang artinya, 'Sesungguhnya<br />terbinasanya orang-orang Israel itu karena para wanitanya<br />memakai itu (rambut palsu) terus-menerus'." (H.r. Bukhari).<br /><br />Nabi saw. menamakan perbuatan itu sebagai suatu bentuk<br />kepalsuan, supaya tampak hikmah sebab dilarangnya hal itu<br />bagi kaum wanita, dan karena hal itu juga merupakan sebagian<br />dari tipu muslihat.<br /><br />Bagi wanita yang menghias rambut atau lainnya di salon-salon<br />kecantikan, sedang yang menanganinya (karyawannya) adalah<br />kaum laki-laki. Hal itu jelas dilarang, karena bukan saja<br />bertemu dengan laki-laki yang bukan muhrimnya, tetapi lebih<br />dari itu, sudah pasti itu haram, walaupun dilakukan di rumah<br />sendiri.<br /><br />Bagi wanita Muslimat yang tujuannya taat kepada agama dan<br />Tuhannya, sebaiknya berhias diri di rumahnya sendiri untuk<br />suaminya, bukan di luar rumah atau di tengah jalan untuk<br />orang lain. Yang demikian itu adalah tingkah laku kaum<br />Yahudi yang menginginkan cara-cara moderen dan sebagainya.<br /><br />---------------------------------------------------<br />Fatawa Qardhawi: Permasalahan, Pemecahan dan Hikmah<br />Dr. Yusuf Al-Qardhawi<br />Cetakan Kedua, 1996<br />Penerbit Risalah Gusti<br />Jln. Ikan Mungging XIII/1<br />Telp./Fax. (031) 339440<br />Surabaya 60177<br /> </div>fadhlal kiromhttp://www.blogger.com/profile/02602735393257797630noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5648381741568984356.post-78413362006246794782008-01-13T17:30:00.000-08:002008-01-13T17:31:25.771-08:00MENUTUP RAMBUT BAGI WANITA<div align="justify">MENUTUP RAMBUT BAGI WANITADr. Yusuf Al-Qardhawi PERTANYAAN Ada sebagian orang mengatakan bahwa rambut wanita tidaktermasuk aurat dan boleh dibuka. Apakah hal ini benar danbagaimana dalilnya? JAWAB Telah menjadi suatu ijma' bagi kaum Muslimin di semua negaradan di setiap masa pada semua golongan fuqaha, ulama,ahli-ahli hadis dan ahli tasawuf, bahwa rambut wanita itutermasuk perhiasan yang wajib ditutup, tidak boleh dibuka dihadapan orang yang bukan muhrimnya. Adapun sanad dan dalil dari ijma' tersebut ialah ayatAl-Qur'an: "Katakanlah kepada wanita yang beriman, 'Hendaklah mereka menahan pandangannya, memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) tampak darinya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, ..." (Q.s. An-Nuur: 31). Maka, berdasarkan ayat di atas, Allah swt. telah melarangbagi wanita Mukminat untuk memperlihatkan perhiasannya.Kecuali yang lahir (biasa tampak). Di antara para ulama,baik dahulu maupun sekarang, tidak ada yang mengatakan bahwarambut wanita itu termasuk hal-hal yang lahir; bahkanulama-ulama yang berpandangan luas, hal itu digolongkanperhiasan yang tidak tampak. Dalam tafsirnya, Al-Qurthubi mengatakan, "Allah swt. telahmelarang kepada kaum wanita, agar dia tidak menampakkanperhiasannya (keindahannya), kecuali kepada orang-orangtertentu; atau perhiasan yang biasa tampak." Ibnu Mas'ud berkata, "Perhiasan yang lahir (biasa tampak)ialah pakaian." Ditambahkan oleh Ibnu Jubair, "Wajah"Ditambah pula oleh Sa'id Ibnu Jubair dan Al-Auzai, "Wajah,kedua tangan dan pakaian." Ibnu Abbas, Qatadah dan Al-Masuri Ibnu Makhramah berkata,"Perhiasan (keindahan) yang lahir itu ialah celak, perhiasandan cincin termasuk dibolehkan (mubah)." Ibnu Atiyah berkata, "Yang jelas bagi saya ialah yang sesuaidengan arti ayat tersebut, bahwa wanita diperintahkan untuktidak menampakkan dirinya dalam keadaan berhias yang indahdan supaya berusaha menutupi hal itu. Perkecualian padabagian-bagian yang kiranya berat untuk menutupinya, karenadarurat dan sukar, misalnya wajah dan tangan." Berkata Al-Qurthubi, "Pandangan Ibnu Atiyah tersebut baiksekali, karena biasanya wajah dan kedua tangan itu tampak diwaktu biasa dan ketika melakukan amal ibadat, misalnyasalat, ibadat haji dan sebagainya." Hal yang demikian ini sesuai dengan apa yang diriwayatkanoleh Abu Daud dari Aisyah r.a. bahwa ketika Asma' binti AbuBakar r.a. bertemu dengan Rasulullah saw, ketika itu Asma'sedang mengenakan pakaian tipis, lalu Rasulullah saw.memalingkan muka seraya bersabda: "Wahai Asma'! Sesungguhnya, jika seorang wanita sudah sampai masa haid, maka tidak layak lagi bagi dirinya menampakkannya, kecuali ini ..." (beliau mengisyaratkan pada muka dan tangannya). Dengan demikian, sabda Rasulullah saw. itu menunjukkan bahwarambut wanita tidak termasuk perhiasan yang bolehditampakkan, kecuali wajah dan tangan. Allah swt. telah memerintahkan bagi kaum wanita Mukmin,dalam ayat di atas, untuk menutup tempat-tempat yangbiasanya terbuka di bagian dada. Arti Al-Khimar itu ialah"kain untuk menutup kepala," sebagaimana surban bagilaki-laki, sebagaimana keterangan para ulama dan ahlitafsir. Hal ini (hadis yang menganjurkan menutup kepala)tidak terdapat pada hadis manapun. Al-Qurthubi berkata, "Sebab turunnya ayat tersebut ialahbahwa pada masa itu kaum wanita jika menutup kepala denganakhmirah (kerudung), maka kerudung itu ditarik ke belakang,sehingga dada, leher dan telinganya tidak tertutup. Maka,Allah swt. memerintahkan untuk menutup bagian mukanya, yaitudada dan lainnya." Dalam riwayat Al-Bukhari, bahwa Aisyah r.a. telah berkata,"Mudah-mudahan wanita yang berhijrah itu dirahmati Allah." Ketika turun ayat tersebut, mereka segera merobek pakaiannyauntuk menutupi apa yang terbuka. Ketika Aisyah r.a. didatangi oleh Hafsah, kemenakannya, anakdari saudaranya yang bernama Abdurrahman r.a. dengan memakaikerudung (khamirah) yang tipis di bagian lehernya, Aisyahr.a. lalu berkata, "Ini amat tipis, tidak dapatmenutupinya." ---------------------------------------------------Fatawa Qardhawi: Permasalahan, Pemecahan dan HikmahDr. Yusuf Al-QardhawiCetakan Kedua, 1996Penerbit Risalah GustiJln. Ikan Mungging XIII/1Telp./Fax. (031) 339440Surabaya 60177</div>fadhlal kiromhttp://www.blogger.com/profile/02602735393257797630noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5648381741568984356.post-82171436567897196482008-01-13T17:27:00.000-08:002008-01-13T17:29:57.093-08:00Hubungan Suami Istri<div align="justify">HUBUNGAN SEKSUAL SUAMI-ISTRIDr. </div><div align="justify">Yusuf Al-Qardhawi </div><div align="justify">Pertanyaan: Sebagaimana diketahui, bahwa seorang Muslim tidak boleh maluuntuk menanyakan apa saja yang berkaitan dengan hukumagama, baik yang bersifat umum maupun pribadi. Oleh karena itu, izinkanlah kami mengajukan suatu pertanyaanmengenai hubungan seksual antara suami-istri yangberdasarkan agama, yaitu jika si istri menolak ajakansuaminya dengan alasan yang dianggap tidak tepat atau tidakberdasar. Apakah ada penetapan dan batas-batas tertentumengenai hal ini, serta apakah ada petunjuk-petunjuk yangberdasarkan syariat Islam untuMk mengatur hubungan keduapasangan, terutama dalam masalah seksual tersebut? Jawab: Benar, kita tidak boleh bersikap malu dalam memahami ilmuagama, untuk menanyakan sesuatu hal. Aisyah r.a. telahmemuji wanita Anshar, bahwa mereka tidak dihalangi sifatmalu untuk menanyakan ilmu agama. Walaupun dalammasalah-masalah yang berkaitan dengan haid, nifas, janabat,dan lain-lainnya, di hadapan umum ketika di masjid, yangbiasanya dihadiri oleh orang banyak dan di saat para ulamamengajarkan masalah-masalah wudhu, najasah (macam-macamnajis), mandi janabat, dan sebagainya. Hal serupa juga terjadi di tempat-tempat pengajian Al-Qur'andan hadis yang ada hubungannya dengan masalah tersebut, yangbagi para ulama tidak ada jalan lain, kecuali dengan caramenerangkan secara jelas mengenai hukum-hukum Allah danSunnah Nabi saw. dengan cara yang tidak mengurangikehormatan agama, kehebatan masjid dan kewibawaan paraulama. Hal itu sesuai dengan apa yang dihimbau oleh ahli-ahlipendidikan pada saat ini. Yakni, masalah hubungan ini, agardiungkapkan secara jelas kepada para pelajar, tanpa ditutupiatau dibesar-besarkan, agar dapat dipahami oleh mereka. Sebenarnya, masalah hubungan antara suami-istri itupengaruhnya amat besar bagi kehidupan mereka, maka hendaknyamemperhatikan dan menghindari hal-hal yang dapat menyebabkankesalahan dan kerusakan terhadap kelangsungan hubungansuami-istri. Kesalahan yang bertumpuk dapat mengakibatkankehancuran bagi kehidupan keluarganya. Agama Islam dengan nyata tidak mengabaikan segi-segi darikehidupan manusia dan kehidupan berkeluarga, yang telahditerangkan tentang perintah dan larangannya. Semua telahtercantum dalam ajaran-ajaran Islam, misalnya mengenaiakhlak, tabiat, suluk, dan sebagainya. Tidak ada satu halpun yang diabaikan (dilalaikan). 1. Islam telah menetapkan pengakuan bagi fitrah manusia dan dorongannya akan seksual, serta ditentangnya tindakan ekstrim yang condong menganggap hal itu kotor. Oleh karena itu, Islam melarang bagi orang yang hendak menghilangkan dan memfungsikannya dengan cara menentang orang yang berkehendak untuk selamanya menjadi bujang dan meninggalkan sunnah Nabi saw, yaitu menikah. Nabi saw. telah menyatakan sebagai berikut: "Aku lebih mengenal Allah daripada kamu dan aku lebih khusyu, kepada Allah daripada kamu, tetapi aku bangun malam, tidur, berpuasa, tidak berpuasa dan menikahi wanita. Maka, barangsiapa yang tidak senang (mengakui) sunnahku, maka dia bukan termasuk golonganku." 2. Islam telah menerangkan atas hal-hal kedua pasangan setelah pernikahan, mengenai hubungannya dengan cara menerima dorongan akan masalah-masalah seksual, bahkan mengerjakannya dianggap suatu ibadat. Sebagaimana keterangan Nabi saw.: "Di kemaluan kamu ada sedekah (pahala)." Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah ketika kami bersetubuh dengan istri akan mendapat pahala?" Rasulullah saw. menjawab, "Ya. Andaikata bersetubuh pada tempat yang dilarang (diharamkan) itu berdosa. Begitu juga dilakuknn pada tempat yang halal, pasti mendapat pahala. Kamu hanya menghitung hal-hal yang buruk saja, akan tetapi tidak menghitung hal-hal yang baik." Berdasarkan tabiat dan fitrah, biasanya pihak laki-laki yanglebih agresif, tidak memiliki kesabaran dan kurang dapatmenahan diri. Sebaliknya wanita itu bersikap pemalu dandapat menahan diri. Karenanya diharuskan bagi wanita menerima dan menaatipanggilan suami. Sebagaimana dijelaskan dalam hadis: "Jika si istri dipanggil oleh suaminya karena perlu, makasupaya segera datang, walaupun dia sedang masak." (H.r.Tirmidzi, dan dikatakan hadis Hasan). Dianjurkan oleh Nabi saw. supaya si istri jangan sampaimenolak kehendak suaminya tanpa alasan, yang dapatmenimbulkan kemarahan atau menyebabkannya menyimpang kejalan yang tidak baik, atau membuatnya gelisah dan tegang. Nabi saw. telah bersabda: "Jika suami mengajak tidur si istri lalu dia menolak,kemudian suaminya marah kepadanya, maka malaikat akanmelaknat dia sampai pagi." (H.r. Muttafaq Alaih). Keadaan yang demikian itu jika dilakukan tanpa uzur danalasan yang masuk akal, misalnya sakit, letih, berhalangan,atau hal-hal yang layak. Bagi suami, supaya menjaga hal itu,menerima alasan tersebut, dan sadar bahwa Allah swt. adalahTuhan bagi hamba-hambaNya Yang Maha Pemberi Rezeki danHidayat, dengan menerima uzur hambaNya. Dan hendaknyahambaNya juga menerima uzur tersebut. Selanjutnya, Islam telah melarang bagi seorang istri yangberpuasa sunnah tanpa seizin suaminya, karena baginya lebihdiutamakan untuk memelihara haknya daripada mendapat pahalapuasa. Nabi saw. bersabda: "Dilarang bagi si istri (puasa sunnah) sedangkan suaminyaada, kecuali dengan izinnya." (H.r. Muttafaq Alaih). Disamping dipeliharanya hak kaum laki-laki (suami) dalamIslam, tidak lupa hak wanita (istri) juga harus dipeliharadalam segala hal. Nabi saw. menyatakan kepada laki-laki(suami) yang terus-menerus puasa dan bangun malam. Beliau bersabda: "Sesungguhnya bagi jasadmu ada hak dan hagi keluargamu(istrimu) ada hak." Abu Hamid Al-Ghazali, ahli fiqih dan tasawuf? dalam kitabIhya' mengenai adab bersetubuh, beliau berkata: "Disunnahkan memulainya dengan membaca Bismillahirrahmaanir-rahiim dan berdoa, sebagaimana Nabi saw. mengatakan: "Ya Allah,jauhkanlah aku dan setan dan jauhkanlah setan dariapa yang Engkau berikan kepadaku'." Rasulullah saw. melanjutkan sabdanya, "Jika mendapat anak,maka tidak akan diganggu oleh setan." Al-Ghazali berkata, "Dalam suasana ini (akan bersetubuh)hendaknya didahului dengan kata-kata manis, bermesra-mesraandan sebagainya; dan menutup diri mereka dengan selimut,jangan telanjang menyerupai binatang. Sang suami harusmemelihara suasana dan menyesuaikan diri, sehingga keduapasangan sama-sama dapat menikmati dan merasa puas." Berkata Al-Imam Abu Abdullah Ibnul Qayyim dalam kitabnyaZaadul Ma'aad Fie Haadii Khainrul 'Ibaad, mengenai sunnahNabi saw. dan keterangannya dalam cara bersetubuh.Selanjutnya Ibnul Qayyim berkata: Tujuan utama dari jimak (bersetubuh) itu ialah: 1. Dipeliharanya nasab (keturunan), sehingga mencapai jumlah yang ditetapkan menurut takdir Allah. 2. Mengeluarkan air yang dapat mengganggu kesehatan badan jika ditahan terus. 3. Mencapai maksud dan merasakan kenikmatan, sebagaimana kelak di surga. Ditambah lagi mengenai manfaatnya, yaitu: Menundukkanpandangan, menahan nafsu, menguatkan jiwa dan agar tidakberbuat serong bagi kedua pasangan. Nabi saw. telahmenyatakan: "Yang aku cintai di antara duniamu adalah wanita danwewangian." Selanjutnya Nabi saw. bersabda: "Wahai para pemuda! Barangsiapa yang mampu melaksanakanpernikahan, maka hendaknya menikah. Sesungguhnya hal itumenundukkan penglihatan dan memelihara kemaluan." Kemudian Ibnul Qayyim berkata, "Sebaiknya sebelumbersetubuh hendaknya diajak bersenda-gurau dan menciumnya,sebagaimana Rasulullah saw. melakukannya." Ini semua menunjukkan bahwa para ulama dalam usaha mencarijalan baik tidak bersifat konservatif, bahkan tidak kalahkemajuannya daripada penemuan-penemuan atau pendapat masakini. Yang dapat disimpulkan di sini adalah bahwa sesungguhnyaIslam telah mengenal hubungan seksual diantara keduapasangan, suami istri, yang telah diterangkan dalamAl-Qur'anul Karim pada Surat Al-Baqarah, yang adahubungannya dengan peraturan keluarga. Firman Allah swt.: "Dihalalkan bagi kamu pada malam hari puasa, bercampurdengan istri-istri kamu; mereka itu adalah pakaian bagimu,dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahuibahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu,Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu. Makasekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telahditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah kamu, hinggajelas bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar.Kemudian, sempurnakanlah puasa itu sampai malam, (tetapi)janganlah kamu campuri mereka itu, sedangkan kamu beriktikafdalam masjid. Itulah larangan Allah, maka janganlah kamumendekatinya ..." (Q.s. Al-Baqarah: 187). Tidak ada kata yang lebih indah, serta lebih benar, mengenaihubungan antara suami-istri, kecuali yang telah disebutkan,yaitu: "Mereka itu adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalahpakaian bagi mereka." (Q.s. Al-Baqarah 187). Pada ayat lain juga diterangkan, yaitu: "Mereka bertanya kepadamu tentang haid, katakanlah: Haid ituadalah suatu kotoran. Oleh sebab itu, hendaklah kamumenjauhkan diri dari wanita di waktu haid; dan janganlahkamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila merekatelah suci maka campurilah mereka itu di tempat yangdiperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukaiorang-orang yang bertobat dan menyukai orang-orang yangmenyucikan diri. Istri-istrimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocoktanam, maka datangilah tanah tempat bercocok tanammu itudengan cara bagaimana saja kamu kehendaki. Dan kerjakanlah(amal yang baik) untuk dirimu, dan takwalah kamu kepadaAllah dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemuiNya. Danberilah kabar gembira bagi orang-orang yang beriman." (Q.s.Al-Baqarah: 222-223). Maka, semua hadis yang menafsirkan bahwa dijauhinya yangdisebut pada ayat di atas, hanya masalah persetubuhan saja.Selain itu, apa saja yang dapat dilakukan, tidak dilarang. Pada ayat di atas disebutkan: "Maka, datangilah tanah tempat bercocok tanammu dengan carabagaimanapun kamu kehendaki." (Q.s. Al-Baqarah: 223). Tidak ada suatu perhatian yang melebihi daripada disebutnyamasalah dan undang-undang atau peraturannya dalamAl-Qur'anul Karim secara langsung, sebagaimana diterangkandi atas. ---------------------------------------------------FATAWA QARDHAWI, Permasalahan, Pemecahan dan HikmahDr. Yusuf Al-QardhawiPenerbit Risalah GustiCetakan Kedua, 1996Jln. Ikan Mungging XIII/1Telp./Fax. (031) 339440Surabaya 60177</div>fadhlal kiromhttp://www.blogger.com/profile/02602735393257797630noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5648381741568984356.post-26322160578277981412008-01-13T09:13:00.000-08:002008-01-13T09:16:45.824-08:00Super Mama yang Sebenarnya<div align="justify"><br />Super Mama yang Sebenarnya <br />gaulislam edisi 012/tahun I (5 Muharam 1429/14 Januari 2008)<br /><br />Acara Supermama di stasiun TV Indosiar cukup menyita perhatian banyak orang. Kelanjutan Mamamia ini diyakini menjadi tontonan favorit karena melibatkan ibu dan anak yang notabene artis berwajah cantik dan ganteng. Kebolehan menyanyi diadu di atas pentas. Sang ibu diminta berpromo tentang anaknya di depan seratus juri votelock agar tidak tereliminasi.<br />Banyolan di sana-sini oleh sang host membuat tontonan ini semakin digemari. Dengan hanya sekitar lima pasang kontestan, acara Supermama membutuhkan waktu sekitar lima jam yaitu mulai pukul 6 hingga 11 malam. Wow! Dengan alokasi waktu sebanyak itu, betulkah acara Supermama mampu menghadirkan sosok mama yang super-duper? Ataukah Supermama ini sekadar lip service dunia infotainment yang jelas-jelas merupakan kepanjangan kapitalis? Yuk, kita kupas sama-sama bareng gaulislam.<br />‘Sihir’ SupermamaKemampuan menyihir bukan hanya nenek sihir ataupun milik Harry Potter yang emang bercerita tentang pernik-pernik dunia kepenyihiran. Kemampuan menyihir juga dimiliki oleh media bernama televisi dengan berbagai ragam acara unggulannya. Supermama hanyalah salah satunya yang dianggap mampu meraup rating tinggi sehingga memancing pemasang iklan untuk berdatangan. So, banyaknya iklan itu bermakna banyaknya duit yang akan berhamburan untuk acara tersebut.<br />Supermama adalah ide brilian untuk menyedot iklan setelah pemirsa dibuat bosan dengan acara pencarian idola semacam AFI (Akademi Fantasi Indosiar) dan Indonesian Idol. Kenapa saya katakan brilian? Karena melibatkan sosok seorang mama atau ibu adalah hal yang sangat alami dibandingkan dengan program apa pun juga. Mama adalah sosok istimewa di hati manusia, siapa pun dia adanya. Sosok ini mampu menggugah sisi lembut manusia secara universal.<br />Kakak saya cowok bisa berkaca-kaca matanya setiap menyaksikan acara Mamamia yang merupakan pendahulu ide Supermama. Kenapa? Ia terharu melihat sosok ibu yang bernyanyi dengan harmonis bersama putrinya. Lalu dosen saya sering menyebut sistem penjurian dalam acara Mamamia dan Supermama sebagai contoh dalam salah satu mata kuliah. Bisa ditebak, beliau ini pastilah fans berat acara tersebut. Sebab kalau nggak, bagaimana bisa beliau menyebutkan setiap perkembangan acara Supermama dengan detil?<br />Dua contoh di atas hanya sedikit bukti tentang keberadaan ‘sihir’ Supermama. ‘Sihir’ yang tanpa sadar mampu menyihir pemirsa untuk duduk manis selama kurang lebih lima jam! Bandingkan waktu sebanyak itu dengan berapa lama kamu belajar, mengaji, menghapal rumus fisika, dan hapalan surat dalam al-Quran. Walah, pastinya ‘sihir’ Supermama jauh lebih top. Belum lagi acaranya yang tersela oleh adzan Maghrib, apa iya sih para juri votelock, kontestan Supermama, para host, dan para penonton di studio sempat untuk menunaikan sholat? Nggak tahu pasti deh. Cuma saya meragukan aja.<br />Mama yang tereksploitasiKetika melihat acara Supermama, saya langsung merasa iba dengan sosok mulia ini. Gimana nggak bila di sana, sosok yang seharusnya kita hormati dan junjung tinggi ini dijadikan bahan olok-olok. Mama yang latah menjadi semakin gencar digoda agar keluar latahnya. Mama yang periang terus digoda agar semakin terlihat lucu di panggung. Mama yang pendiam pun juga mendapat kritikan karena sikap pasifnya. Duh, mama.<br />Penampilan mama juga dikritik oleh komentator mode dalam hal ini diwakili oleh Ivan Gunawan (di sini berjuluk Madam Ivan). Kritik tentang alis mata yang kurang begini, yang bau kurang begitu, yang kerudung harus begini-begitu dll. Penampilan mama yang semula anggun dan sederhana harus tereksploitasi demi kepuasan mata dunia entertainment.<br />Belum lagi bila sang mama harus menghiba-hiba di hadapan seratus juri votelock supaya anaknya dipilih sehingga bisa tampil lagi keesokan hari. Sungguh tak pantas seorang mama mengemis sedemikian rupa hanya demi segepok rupiah dan ketenaran sesaat nan semu. Sosok mama yang mulia meluncur bebas ke area yang serba bebas dan tak ada lagi penghargaan atas jasa-jasanya. Menyedihkan!<br />UUD (Ujung-Ujungnya Duit) adalah tujuan dari program serupa meskipun dikemas dalam bentuk apa pun juga. Sangat khas kemasan kaptalismenya yang emang memuja-muja harta dan popularitas meski semu adanya. Nggak berhenti mengeksploitasi para remaja belia dengan kontes-kontes idol dan Miss-Miss apa pun namanya, sosok ibu akhirnya terkena jerat eksploitasi ini. Tampil duet dengan sang anak, bisa anak laki-laki atau pun perempuan, klop sudah acara eksploitasi antara ibu dan anak demi meningkatnya rating.<br />Mama tereksploitasi atas nama kekompakan dengan sang anak. Biar pun sang mama tampil berkerudung yang penting anak masih tetap bisa gaya. Sosok mama sesungguhnyalah hanya sebagai pajangan untuk mendongkrak popularitas sang anak yang masih muda dan segar. Jangan berharap mama akan menjadi bintang dalam acara ini meskipun judulnya Supermama. Bahkan bila ada sosok mama yang menonjol lebih daripada anaknya, maka sang komentator pasti akan menyarankan mama untuk mundur dan memberi kesempatan anaknya untuk maju. Intinya, tetap yang muda, segar dan cantik yang jadi idola. Mama kembali terpuruk meski terpoles sesaat sekadar hiasan si anak tampil. Waduh!<br />Mama yang berprestasiSuper Mama adalah milik semua mama yang mempunyai anak unggul dan bisa dibanggakan. Siapakah anak unggul dan bisa dibanggakan ini? Kalo kamu bertanya pada mama yang di kepalanya hanya duit binti fulus aja, maka jawabnya pastilah tidak sama dengan mama yang di benaknya menginginkan sang anak menjadi pejuang dan pembela Islam. Jauh beda banget. Jauuuh!<br />Lagu yang menjadi themesong Supermama masih memakai lirik terdahulu dari tayangan Mamamia. “Aku dan mama, maju ke depan, menggapai dunia.” Pertanyaannya, benarkah dengan acara itu, mama dan anak mampu maju ke depan untuk menggapai dunia?<br />Lirik lagu Supermama, jujur saja, mampu menggetarkan hati saya. Karena tak jarang banyak sosok mama yang rela ‘menjual’ anaknya ke dunia entertainment dengan alasan mengembangkan potensi dan bakat si anak. Bukannya sibuk belajar dan mengasah akhlak agar mulia, si anak yang masih sangat belia malah akrab dengan blitz kamera, berakting semu di depan sutradara, bahkan keluar masuk acara pesta hura-hura dan pergaulan bebas. Persis banget dengan isi nyanyian untuk menggapai dunia. Namun benarkah dunia bisa digapai hanya dengan acara seperti itu? Lalu, bagaimanakah dengan akhirat? Masih perlukah dunia ‘hereafter’ ini untuk digapai juga?<br />Bayangan yang muncul dalam benak saya tentang menggapai dunia adalah sosok Super Mama yang bukan tereksploitasi di TV demi menarik pemasang iklan. Tapi mereka yang benar-benar menghasilkan anak-anak yang mampu menggapai dunia dalam makna sebenarnya. Bayangan sosok Mama yang muncul adalah mereka sosok-sosok yang mampu melahirkan dan mendidik anak-anak hebat pengguncang dunia selevel penakluk Konstantinopel; Muhammad al-Fatih. Mama yang berkualitas super sehingga menghasilkan anak-anak sehebat Ibnu Taimiyah, Imam Bukhari, Imam Muslim, Umar Bin Abdul Aziz, Ibnu Abbas, Shalahuddin al-Ayubi, Imam Syafi’i, Hasan al-Bana, Taqiyuddin an-Nabhani, Buya Hamka, dll. Dunia benar-benar di tangan mereka, namun akhirat juga tak dilupakan. Hebat banget!<br />The Real Super MamaYang dibutuhkan seorang anak hingga mampu mencapai kesuksesan dunia-akhirat adalah the real supermama, bukan super mama palsu, imitasi atau bahkan jadi-jadian. The real super mama adalah mama yang mampu menjadi pendidik anak-anaknya dalam arti sebenarnya. Bukan kompak di atas panggung hiburan nan penuh maksiat, the real super mama adalah sosok mama yang kompak dengan anak-anaknya dalam semua aspek kehidupan yang benar dan baik. Seorang mama hebat yang mampu menghantarkan sang anak menjadi sosok yang hebat. Bagaimanakah sosok riil super mama yang hebat ini?<br />Super Mama adalah ibu yang harus mempunyai kepribadian Islam. Pola pikir dan pola sikapnya hanya Islam saja sebagai standar dalam menjalani kehidupan termasuk dalam hal mendidik anak-anaknya. Bukan seperti yang tersaji pada episode Super Mama palsu di TV ketika mama berkerudung tapi si anak malah mengumbar aurat dengan bebas.<br />Super Mama adalah ibu yang menyadari bahwa mendidik anak dengan baik dan benar sesuai tuntunan Islam adalah satu-satunya pilihan yang harus diambil. Mama akan mendidik anaknya dengan baik bukan hanya sejak dalam kandungan, melainkan sejak dalam pemilihan jodoh siapa yang bakal menjadi ayah yang baik bagi anak-anaknya kelak. So, mereka milih calon suami yang agamanya kualitas oke. Mama seperti inilah yang nantinya akan melahirkan generasi hebat karena sejak menanam ‘benih’ beliau ini sungguh berhati-hati.<br />Super Mama akan dengan sabar memantau perkembangan anak-anaknya sesuai dengan tuntunan al-Quran. Bukan dengan lagu Beethoven yang katanya bisa mencerdaskan otak bayi, tapi mama yang baik yakin bahwa hanya bacaan al-Quran dan majelis-majelis ilmu yang mampu mendidik otak bayi agar berkembang maksimal. Bayi pun tumbuh menjadi anak yang sholih dan sholihah karena berada di tangan seorang mama hebat seperti ini.<br />Super Mama menanamkan kecintaan pada Allah dan RasulNya sejak dini. Mama yang baik akan menyertai perkembangan putra-putrinya dengan kemampuan sendiri yang dilandasi keimanan. Bukan menyerahkan ke pembantu atau pun ke rumah penitipan anak. Sosok mama seperti ini ingin memastikan pendidikan anaknya benar-benar sesuai dengan kepribadian Islam. Anak-anak pun tumbuh menjadi pembela dan pejuang Islam sejati. Meskipun banyak lomba Idol di TV, didikan mama super tak akan tergiur demi popularitas semu semata. Jadilah anak-anak ini tumbuh menjadi remaja berkualitas yang mengukir prestasi dengan otak dan akhlak, bukan dengan otot dan gemulai lenggak-lenggok di panggung maksiat.<br />Super Mama memang ada. Tapi sosok ini tak mungkin kita dapati di panggung hiburan yang sifatnya semu dan sementara. Kita butuh sosok panutan super mama yang benar-benar super, bukan polesan kosmetik dan produk kilat dunia entertainment. Kita rindu super mama selevel Khadijah, Aisyah, Khonsa’, Asiyah, Asma’, dan wanita-wanita lain yang memang super. Wanita-wanita ibunda para syuhada yang memang mempersembahkan anak-anaknya untuk perjuangan dan kejayaan Islam. Ibunda para ulama, para mujtahid, para mujaddid, dan para pengemban dakwah yang ikhlas inilah yang pantas disebut super mama sejati.<br />Sungguh, sangat rindu hati ini akan hadirnya the real super mama yang mempersembahkan putra-putrinya untuk perjuangan menegakkan syariat Islam di muka bumi ini yang udah penuh dengan manusia-manusia yang akhlaknya kelas ‘rongsokan’ dan hina-dina. Siapakah dia adanya? Semoga kita nanti adalah salah satunya yang menjadi super mama, insya Allah. [ria: <a href="mailto:riafariana@yahoo.com">riafariana@yahoo.com</a>]</div>fadhlal kiromhttp://www.blogger.com/profile/02602735393257797630noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5648381741568984356.post-87399895878687698682008-01-13T08:58:00.000-08:002008-01-13T09:02:34.577-08:00RUMAHKU SURGAKU<div align="justify">Kamu pernah ngeliat film lawas Little House on the Prairie? Yup, film yang dibintangi sekaligus disutradarai oleh Michael Landon ini ngetop banget di tahun 70-an ampe 80-an. Waktu saya kecil, suka banget film ini. Abisnya, ini kayaknya film keluarga yang setidaknya memberikan kesejukan justru di tengah film Amrik yang bertabur kekerasan waktu itu. Meski setting ceritanya nggak islami, tapi dari segi nilai memang mengajarkan hal-hal yang baik bagi sebuah keluarga. Keharmonisan, perjuangan, pengorbanan, kesetiaan, perhatian, dan kepedulian ditanamkan dalam keluarga yang punya rumah kecil di padang rumput yang luas itu.<br />Masih di tahun 80-an, selain film asing itu, TVRI juga rajin menayangkan film Rumah Masa Depan, yang dibintangi Bang Septian Dwicahyo waktu masih ABG. Doi berperan sebagai Bayu, anak SMP yang digambarkan baik hati, suka menolong, setiakawan, dan juga cukup berprestasi di sekolah. Kehidupan keluarganya yang tinggal di desa selain sederhana juga harmonis. Punya ayah yang bertanggung jawab, punya ibu yang penuh perhatian. Bayu juga memiliki nenek yang baik hati meski sedikit bawel, kakeknya juga digambarkan sayang ama cucu. Bagusnya, film ini juga ngasih solusi ketika terjadi ?gesekan? di antara mereka dan kehidupan di sekitarnya. Wah, pokoknya menarik deh. Waktu itu, film keluarga ini jadi favorit bagi kami, yang kebetulan juga tinggal di desa. ?<br />Tahun 90-an, sinetron Keluarga Cemara yang pernah tayang di RCTI juga lumayan bagus. Sayangnya, film ini kalah bersaing dalam mencari iklan dengan sinetron lainnya yang bertabur bintang ngetop dan dipajang di prime time alias waktu utama, dimana orang pada nonton televisi, sekitar pukul 19.00 ampe 21.00 WIB. Sementara Keluarga Cemara, ditayangkan pukul lima sore, malah pernah pukul satu siang. Yang mau nonton jadi sedikit atuh!<br />Sekali lagi, kisah ini pun sebetulnya diangkat dari buku cerita degan judul sama, karya Bang Arswendo Atmowiloto. Kalo di bukunya, sama sekali nggak ada nilai islamnya. Bahkan kentel banget dengan nuansa kristiani. Maklum, sang penulis penganut Kristen. Nah, pas diangkat ke sinetron, ceritanya jadi berlatar Islam, bahkan hampir semua pemainnya muslim kecuali Adi Kurdi yang jadi si Abah.<br />Oke deh, terlepas dari pemeran dan latar belakang cerita itu, tapi yang pasti Keluarga Cemara mengajarkan nilai kebaikan, bahkan menggambarkan realitas umum masyarakat kita. Bagi sebuah keluarga, apalagi dengan kondisi kehidupan yang amburadul begini, boleh dibilang bisa membantu untuk mengajarkan nilai moral. Minimal lho. Soalnya sekarang, banyak keluarga muslim yang dari sikap moralnya aja payah banget, apalagi nilai-nilai Islam.<br />Nah, kalo tadi film keluarga yang ?baik-baik?, ternyata ada juga film yang justru menggambarkan kehidupan keluarga yang amburadul macam Malcom in the Middle yang pernah tayang di TransTV. Dibuat berdasarkan pengalaman kreatornya, Linwood Boomer--juga kreator 3rd Rock from the Sun dan pemeran Adam Kendall dalam Little House on the Prairie. Perjalanan hidup Boomer nyaris sama dengan Malcolm. Anak ke-2 dari 4 bersaudara ini harus masuk kelas berbakat gara-gara punya skor IQ mencapai 165. Bukannya bangga, dia justru merasa aneh dan terasing. "Sebagai anak kecil yang masuk kelas istimewa, justru itu menjadi saat terburuk dalam hidup," kenang Boomer.<br />Di film itu, sang ayah yang kadang kelihatan tak bertanggung jawab, sang ibu yang sangat keras dan menerapkan hukuman sekenanya. Keduanya bertindak seenaknya di dalam rumah. Bayangin aje, mereka berdua berkeliaran dalam rumah dengan hanya memakai, maaf, pakaian dalam!<br />Tokoh Francis yang dianggap paling normal di keluarga Malcolm, malah ?dibuang? ke sekolah militer. Jadilah Malcolm anak tengah di antara Reese dan Dewey. Perpaduan yang menarik kalau mengingat karakternya.Oke deh, dari sekian banyak film, yang juga sangat boleh jadi terinspirasi dari kehidupan nyata, setidaknya ingin memberikan suasana sejuk di tengah keluarga pemirsanya, meski selalu saja ada bias yang membuat kita sebagai penonton kesulitan untuk mewujudkan pesan yang ditawarkan itu.<br />Tapi kita yakin kok, bahwa banyak orang berharap tercipta suasana yang akrab di tengah keluarga. Jalinan komunikasi di antara mereka terus dikembangkan. Seluruh anggota keluarga pasti mendambakan kondisi yang harmonis. Tul nggak? Misalnya aja hubungan antara ortu dengan anak-anaknya, juga hubungan antara ayah dengan ibu kita sebagai ortu yang bisa mengarahkan dan membimbing kita. Pendek kata, semua orang menginginkan saat-saat indah bersama keluarga.<br />Sobat muda muslim, kita tentunya nggak berharap suasana di rumah itu berantakan, komunikasi antar anggota keluarganya juga payah. Misalnya aja, ayah dan ibu kita malah terus dalam posisi berhadapan kayak di ring tinju. Lebih tragis lagi kalo kita sebagai anaknya cuma sanggup nonton dan ngasih komentar nyelekit, ?Emak apa bapak dulu neh yang ngejoprak?? Hih, emangnya mereka lagi nimbrung di acara Duel, Smackdown, atau UFC?<br />Gimana kalo nggak ideal?Sobat muda muslim, hidup ini nggak selamanya bisa memilih. Kadangkala harus menerima realitas. Termasuk kalo kudu punya keluarga yang kebetulan belum ideal seperti yang kita harapkan. Sementara nikmati aja dulu sambil berusaha untuk membangun keluarga yang ideal.<br />Kalo bisa milih, tentu enak banget ya? Pasti kita bakalan minta yang enak-enak aja. Nah, jika keluarga kita ternyata nggak seideal kehidupan keluarga Rasul, atau paling banter tidak seideal seperti yang digambarkan dalam sinetron atau film, jangan putus asa. Insya Allah masih ada hari esok bagi kita untuk berusaha memperbaikinya.<br />Emang sih, punya keluarga yang ideal nggak musti diukur dengan memiliki banyak harta. Tapi ditentukan dari terciptanya komunikasi yang sehat di antara anggota keluarga. Dalam kebanyakan keluarga muslim sekarang memang udah dikondisikan bahwa keluarga cuma sebatas status aja. Jadi jangan heran kalo kehidupan di dalam rumah yang kadang bak istana malah nggak bikin tenteram penghuninya.<br />Ayahnya sering keluar kota karena tugas kantor. Sehari-harinya juga pergi pagi pulang petang. Sang ibu, juga adalah wanita karir. Sementara anaknya banyak yang dibiarkan diasuh oleh babby sitter. Sebagian malah diasuh penuh sama neneknya. Emang sih dari segi kebutuhan jasmani, boleh jadi sudah terpenuhi. Tapi kasih sayang? Itu sulit diraih.<br />Seorang guru di sebuah sekolah swasta terkenal di Bogor ini pernah cerita kepada saya, bahwa ia suatu ketika bertanya kepada salah seorang anak didiknya yang masih betah main di sebuah warung di sekitar sekolah, ?Kenapa kamu belum pulang?? Ternyata jawaban yang keluar dari mulut remaja pria itu cukup membuat kita tercengang. ?Buat apa pulang? Di rumah juga nggak ada siapa-siapa. Nggak ada orang yang bisa diajak berbagi cerita. Di sini banyak kawan saya?. Duh, perih nian?<br />Perlu diketahui sobat, anak itu punya ortu yang keduanya bekerja, meski rumahnya dipenuhi dengan barang-barang berharga, tapi tidak memberikan kebahagiaan bagi si anak. Maklum, karena kebahagiaan tidak selalu berarti banyaknya harta. Justru tanggung jawab dan perhatian dari kedua orang tua, seringkali menjadi energi yang tanpa batas bagi anak.<br />Di sebuah radio yang menyiarkan program tentang keluarga pernah ada seorang ibu yang curhat, bahwa ia sangat menyesal tidak bisa memandikan anaknya yang berusia balita, karena dia sibuk bekerja. Rengekan manja si kecil yang minta dimandikan olehnya tak membuatnya luluh. Ia tetap pergi pagi untuk bekerja. Sampai suatu saat, ia bisa bisa juga memandikan anaknya, tapi ketika sang anak sudah jadi jenazah. Hmm.. sedih banget deh.<br />Sobat muda muslim, kita bisa upayakan untuk ngobrol dengan ortu kita bahwa kita inginkan suatu kehidupan keluarga yang harmonis. Bicarakan baik-baik bahwa kita bukan robot. Kita manusia, yang perlu disentuh juga dengan kasih sayang dan cinta. Kepedulian dan perhatian ortu adalah energi yang membuat kita percaya diri. Kita pun berusaha untuk menanamkan rasa hormat kepada kedua ortu kita.<br />Keluarga adalah istana paling indahWaktu saya kecil inget banget, meski awalnya nggak paham kenapa orang tua saya cerewet banget melarang saya berantem dengan kawan main, melarang saya supaya jangan masuk rumah orang sembarangan tanpa diizinkan pemiliknya, menganjurkan saya untuk sopan santun kalo bermain, seringkali amat bawel dengan meminta supaya saya hormat sama orang yang lebih tua, supaya meminta maaf kalo memang saya bersalah. Wah, banyak banget deh aturannya. Saya sih nurut aja, meski nggak tahu ?hikmah? apa di balik semua larangan dan perintahnya. Saya berusaha untuk merealisasikan pesan tersebut tanpa pernah ngerti rencananya. Polos abis, nggak tahu apa-apa.<br />Nah, waktu besar dan udah bisa ngaji, karena suka ikut ke surau bareng anak-anak yang lain, pak ustadz ngasih penjelasan tentang banyak hal dari semua yang diajarkan orang tua saya di rumah. Ya, entah orang tua saya nggak mau ngejelasin karena mungkin percuma karena saya masih kecil, atau bisa juga kesulitan menterjemahkannya. Tapi yang pasti, sampe sekarang pelajaran itu amat berkesan bagi saya.<br />Nah, udah gedean dikit (baca: baligh), baru tahu bahwa memang sopan santun, berbuat baik sama keluarga dan juga kepada teman, menolong orang lain, menghargai dan menghormati sesama bukan semata sikap moral, tapi memang adalah hukum syara, alias memang ada dasar hukumnya yang diajarkan dalam Islam. Begitu kata pak ustadz suatu saat. Aduh, nambah neh wawasan.<br />Kita semua mendambakan keluarga yang baik-baik. Ayah bertanggung jawab, ibu perhatian, kakak penyayang, adik juga penurut. Nenek dan kakek menikmati masa tuanya dengan melihat perkembangan pribadi anak dan cucunya dengan baik. Keluarga penuh ceria, saling mengingatkan, mengamalkan ajaran-ajaran Islam dengan penuh ketaatan. Duh, indah banget deh. Pantes aja kalo Rasulullah mengilustrasikan kehidupan keluarga beliau yang penuh dengan keharmonisan, kebahagiaan, ketenangan, sakinah, mawaddah, dan rahmah dengan ungkapan Baitiy jannatiy alias rumahku, surgaku.<br />Bersama keluargalah kita lebih banyak berinteraksi, bersama keluarga pula kita lebih banyak punya waktu untuk belajar tentang makna hidup. Kayaknya masih pada inget deh penggalan OST-nya Keluarga Cemara. Yup, ?Keluarga adalah harta yang paling berharga, istana yang paling indah, puisi yang paling bermakna, dan mutiara tiada tara.?<br />Allah Swt. berfirman: ?Dan hendaklah takut kepada Allah, orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah (iman, ilmu, dan amal), yang mereka khawatir terhadap kesejahteraan mereka, oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.? (QS an-Nis⒠ [4]: 9).<br />Kita semua berharap punya keluarga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah. Kalo ada konflik, kita selesaikan baik-baik. Jangan hawa nafsu yang jadi panglima, tapi keikhlasan kita yang dikedepankan. Konflik bukan berarti bencana, tapi kerikil kecil yang bisa mendewasakan kita semua. Tapi yang pasti, taburkan ajaran Islam di dalam keluarga kita, insya Allah berkah. Yuk, kita bangun istana paling indah dalam hidup ini. Syukur-syukur bisa dengan lega menyebut: rumahku, surgaku. ?</div><div align="justify"><a href="http://www.dudung.net/">http://www.dudung.net</a></div>fadhlal kiromhttp://www.blogger.com/profile/02602735393257797630noreply@blogger.com0